PENDAHULUAN
Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 juga
1
kajian awal mengenai sistem perlindungan dan jaminan sosial yang pada
rakyat Indonesia. Pada tahun 2003 juga melakukan kajian SPJS dengan
teknis melalui dana hibah dari Asian Development Bank (ADB) yaitu
prinsip desentralisasi.
2
ekonomi yang dapat mengakibatkan penduduk rentan menjadi miskin.
rentan.
1.2 Tujuan
3
(c) Menelaah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
dan
kabupaten/kota.
1.3 Metodologi
a. Metode
Penulisan Sistem Perlindungan Sosial bagi Penduduk Rentan ini
studi literatur dan diskusi kelompok terbatas (focus group discussion, FGD).
Agar hasil studi ini juga sesuai dengan kondisi di daerah maka
konsep yang telah disusun melalui studi literatur dan FGD di tingkat pusat
4
manfaat (target beneficiary) dan monitoring untuk penduduk
rentan miskin;
5
BAB II
KONSEP DAN DATA PENDUDUK RENTAN
konsep risiko, yaitu risiko seseorang yang saat ini tidak miskin dan di
kemudian hari akan jatuh menjadi miskin jika terjadi peristiwa yang dapat
maupun pendanaannya.
6
berkurang dalam jumlah yang signifikan jauh melebihi nilai pengeluaran
pendapatan (baik karena PHK, rugi atau pailit usahanya, jatuh sakit berat,
tertentu besar kemungkinan orang tersebut akan jatuh miskin, tidak lagi
usahanya bangkrut atau gagal panen, tidak lagi mampu melunasi hutang-
hutangnya juga dapat berisiko menjadi miskin. Para korban bencana alam
baik karena gempa bumi, banjir, kebakaran dan sebagainya dapat tiba-tiba
seketika. Orang yang semula tidak mampu tetapi memiliki penyakit kronis
atas yang tidak memiliki aset sendiri sebagai cadangan atau tidak memiliki
jaminan sosial, baik dari majikan atau dari sistem jaminan sosial lain
seperti Askes dan Taspen (bagi pegawai negeri), memiliki risiko besar
7
Dalam pengertian seperti itu maka pada dasarnya setiap orang
Karena prinsip risiko yang dapat menimpa setiap orang itulah maka
bantuan sosial) perlu bagi setiap orang. Mengapa? Karena pada dasarnya
setiap orang itu rentan untuk menjadi miskin, setiap orang pada dasarnya
rentan untuk tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Lagi pula
akibat berbagai faktor seperti PHK, pailit, bencana alam, bencana sosial,
tinggi dibanding orang yang sehat dan tidak berpotensi memiliki penyakit
kronis. Penduduk yang berada di daerah rawan bencana alam (apakah itu
faktor yang terjadi dalam jangka waktu relatif pendek. Mereka adalah
8
kemampuan ekononomis tidak tinggi, orang yang memiliki tingkat
berada dimana mereka? Inilah pertanyaan besar yang terkait dengan cara
ditetapkan.
setara Rp 150.000 per orang per bulan), dan (c) mendekati miskin (near poor,
per orang per bulan). Dalam kaitan kategori itu maka secara teknis dapat
dikatakan bahwa penduduk yang dalam kategori near poor atau di atasnya
sedikit, meskipun dia saat ini tidak miskin (tidak berada di bawah garis
seperti itu, sekali lagi didasarkan pada pertimbangan bahwa orang yang
9
memiliki kerentanan yang lebih tinggi menjadi miskin dibandingkan
kemampuan ekonomis tinggi tetapi memiliki risiko yang tinggi juga, maka
melalui model statistik (regresi logistik ataupun probit). Yang lebih menjadi
Current Consumption
C<ĉ C ≥ĉ
Vulnerability V ≥ 0.5 A D E (c) < ĉ Expected
B E E (c} ≥ ĉ
to Poverty Consumption
V < 0.5 C F
10
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk miskin adalah
konsumsinya saat ini lebih rendah dari garis kemiskinan. Penduduk miskin
yang berada di atas garis kemiskinan menurut tingkat konsumsi saat ini.
penduduk miskin. Data tersebut, oleh BPS, dihitung dari hasil survei sosial
dihitung.
(a) direktori rumah tangga miskin berupa daftar nama, alamat dan
jumlah anggota rumah tangga;
kabupaten/ kota;
1. luas bangunan,
2. jenis lantai,
3. jenis dinding,
6. sumber penerangan,
7. jenis bahan bakar untuk memasak,
balita, anak usia sekolah, kesertaan KB, dan penerima kredit usaha kecil
jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum,
terkait dengan konsumsi non makanan (jenis bahan bakar dan pembelian
pakaian).
tidak tepat untuk dijadikan sebagai dasar penentuan rumah tangga miskin
rumah tangga miskin yang perlu dibantu. Begitu juga dengan indikator
frekuensi makan kurang dari 2 kali sehari. Sekitar 63 persen rumah tangga
dan hampir semua rumah tangga miskin menyatakan dapat makan 2 kali
lebih dalam sehari (47,3 persen makan dua kali, dan 52,4 persen makan tiga
dari yang tertinggi sampai yang terendah, dan dapat pula digunakan untuk
sebagai penduduk rentan, yang sekali waktu jika ada guncangan keuangan
untuk dianalisis dalam studi ini, maka jumlah dan persebaran penduduk
data bahwa keluarga miskin yang layak untuk menerima bantuan langsung
tunai (BLT, cash transfer) adalah sebanyak 15,6 juta keluarga miskin.3
keluarga tersebut semua masuk dalam kategori miskin kronis dan miskin,
atau ada sebagian dari mereka yang masuk kategori mendekati miskin
(near poor) yang dalam studi ini didefinisikan sebagai penduduk rentan
(vulnerable people).
pada tahun 1996 menjadi 27,2 persen pada tahun 1999. Adapun persebaran
Tabel. 1
dan sosial yang berakibat pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar warga
bencana lokal atau masal, (3) didanai dari penduduk, dan (4)
miskin absolut.
hidup minimumnya.
atau dana lump sum, yang dapat digunakan untuk modal atau
iuran tersebut.
seperti ini sering juga disebut “bantuan sosial” bahkan tidak jarang
akibat suatu bencana alam, epidemi, paceklik, atau hal-hal lain yang
oleh mereka yang kebutuhan fisik dasarnya telah terpenuhi. Karena motif
baik dalam bentuk bantuan uang tunai, iuran kepesertaan jaminan sosial,
1
Naskah Akademis Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem
tabungan sosial yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai
dari kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban
menjadi peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi seluruh
seperti pegawai negeri atau pegawai swasta. Iuran dibayarkan oleh setiap
bahwa iuran ditanggung bersama antara pegawai dan majikan (pekerja dan
pemberi kerja).
mengiur.
menabung untuk masa depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial juga
peserta. Karena sifatnya yang wajib, maka jaminan sosial ini harus diatur
oleh UU tersendiri.
atau preminya dibayar oleh peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai
dengan tingkat risikonya dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis
Departemen Keuangan.
memadai jumlahnya.
bantuan sosial menjadi semakin kecil. Semakin banyak warga negara yang
PHK, kecelakaan, pensiun, atau sebab lain. Selain itu, perlu terus
dilakukan oleh berbagai sektor agar bantuan sosial yang diberikan dapat
tes kebutuhan --mean test) dapat memperoleh bantuan sosial yang bersifat
miskin. Dengan kerangka seperti itu diharapkan setiap warga negara dapat
bangsa.
dalam bentuk non tunai kepada setiap warga negara yang mengalami
sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak mampu menjadi sistem
bagi yang menghendaki manfaat yang lebih tinggi dari standar kebutuhan
mereka dalam jangka panjang, agar tidak terjadi resistensi untuk mengikuti
dan dilakukan oleh berbagai instansi. Beberapa sektor yang selama ini
terlibat dalam pemberian bantuan sosial kepada penduduk miskin antara
lain adalah sektor sosial, sektor kesehatan, sektor pendidikan, dan sektor
sosial bagi penduduk miskin relatif cukup besar, mencapai belasan triliun
sampai Rp 18,8 triliun per tahun untuk berbagai sektor. Jika dibandingkan
Dengan jumlah dana yang cukup besar nilainya, maka perlu dipikirkan
lingkaran kemiskinan.
Pengamanan Sosial (JPS) yang dimulai setelah krisis ekonomi tahun 1997
kemiskinan.
a) ketidaktepatan sasaran;
setiap tahunnya?
pemerintah daerah?
Departemen Sosial yang tugas dan fungsinya mengelola bantuan sosial dari
pemerintah memiliki peran yang terbatas. Departemen Sosial hanya
penduduk lain yang juga rentan terhadap berbagai risiko sosial. Kedua,
daerah.
tugas dan kewenangan utama mengelola bantuan sosial. Dalam hal ini,
Oleh karena itu dalam pelaksanaan bantuan sosial harus ditetapkan satu
tindih.
jaminan sosial yang bersifat formal telah mulai diatur oleh satu UU yang
di berbagai daerah.
3.3 Telaah Kebijakan Jaminan Sosial
Dari tiga pilar perlindungan sosial, jaminan sosial yang bertumpu
karena menderita penyakit atau memasuki usia lanjut. Jaminan sosial dapat
dana bantuan sosial yang dapat digunakan untuk menyediakan sarana dan
ekonomi yang setiap saat dapat terjadi pada setiap warga negaranya.
menjadi sumber dana investasi yang memiliki daya ungkit besar bagi
Nasional dari Dana Jaminan Sosial (Employee Provident Fund, EPF) senilai
US$ 90 miliar. Kekuatan dana asuransi sosial inilah, antara lain, yang
kecil dari masyarakat yang bekerja di sektor formal. Sebagian besar lainnya,
yang belum meyakinkan, dan kondisi makro ekonomi, hukum dan sosial
sulit dilakukan. Karenanya, tidak heran jika saat ini program jaminan sosial
sektor informal yaitu tenaga kerja di luar hubungan kerja, seperti nelayan,
petani dan pedagang sayur, kios, pedagang sate, baso, gado-gado, warteg,
dll, sampai saat ini belum mempunyai sistem perlindungan yang handal.
sosial dalam bentuk bantuan sosial. Pada tahun 2005 Pemerintah telah
jaminan sosial dan mencakup program yang lebih lengkap adalah UU No.
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan santunan akibat kematian
Jaminan Hari Tua dan Pensiunan Pegawai Negeri yang dikelola oleh PT
mendapat jaminan hari tua, cacat, dan pensiun melalui program ASABRI
sebagian besar program pensiunan pegawai negeri, TNI, dan POLRI tidak
pegawai negeri, tentara, dan anggota polisi yang merupakan suatu bentuk
pegawai. Selain itu, tidak adil jika dana APBN yang berasal dari pajak akan
tentara dan anggota polisi saja. Penyelenggara dana pensiun yang adil dan
pemberi kerja, terlepas dari status pegawai negeri atau swasta atau usaha
sendiri (self employed) merupakan sebuah sistem yang lebih berkeadilan dan
Asabri, Jamsostek) baru dinikmati oleh 12 juta tenaga kerja yang kini aktif
sebagai peserta PT Jamsostek dari 100,8 juta angkatan kerja (BPS,2003).
baru mencakup 7,8 juta tenaga kerja formal yang mencakup sekitar 19 juta
persen dari total pekerja di sektor formal. Thailand telah menjamin seluruh
bagi para peserta, dan manfaat yang diberikan kepada peserta juga belum
Indonesia masih sangat kecil, yaitu sekitar 1 (satu) persen PDB (Purwoko,
2001).
peserta;
Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN Nomor 40 Tahun 2004) yang sudah
sosial diperluas menjadi lima program yaitu: (a) jaminan kesehatan; (b)
jaminan kecelakaan kerja; (c) jaminan hari tua; (d) jaminan pensiun; dan (e)
mampu (Pasal 14). Pada tahap pertama, bantuan iuran yang dibayar oleh
2005 sudah diberikan kepada 60 juta penduduk, yang terdiri atas 34,1 juta
No. 56 Tahun 2005 yang sesuai dengan perintah UU SJSN, maka dalam
sebagaimana diharapkan.
rakyat banyak. Pada saat ini (akhir tahun 2005) satu Peraturan Pemerintah
bagi penduduk miskin dan rentan, sedang dalam tahap sosialisasi draf
daerah.
Yang perlu disadari oleh pemerintah di pusat dan di daerah adalah
melengkapi antara pusat dan daerah, maka salah satu upaya yang perlu
risiko jatuh miskin apabila ia sakit, karena telah dijamin oleh Pemerintah
rumah sakit. Selain itu, pemerintah daerah dapat membuat program yang
terpencil dapat dijual ke kota dengan biaya transportasi yang relatif murah.
sewa murah bagi nelayan atau peternak kecil yang dapat memelihara
produknya tetap segar dan memiliki harga jual yang baik. Pemerintah
dengan bantuan ijin pengolahan lahan tidur, bibit, pupuk, dan bantuan
pasal dalam UUD 1945 hasil amendemen ke-empat telah secara tegas
H ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa jaminan sosial adalah hak setiap
warga negara. Lebih lanjut, Pasal 34 ayat 2 Perubahan UUD 45 tahun 2002
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia juga menyatakan bahwa “… setiap
dalam hal menganggur, sakit, cacat, tidak mampu bekerja, menjanda, hari
tua …”. Konvensi ILO No.102 tahun 1952 meminta negara-negara para
Sosial.
PBB dan konvensi ILO tersebut sudah dijabarkan lebih lanjut ke dalam
masih terbatas pada penduduk di sektor formal atau bantuan sosial yang
formal.
c) Undang-undang No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai
rakyat.
bagi TNI-POLRI.
Pensiun.
Lanjut Usia.
Perasuransian.
Reasuransi.
Perusahaan Reasuransi.
D. Peraturan Lainnya
a) Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
2000.
e) Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 1999 tentang Pengalihan
Kepegawaian.
Ketenagakerjaan di Perusahaan.
Usaha Negara.
l) Undang-undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan
sangat mendesak bagi Indonesia. Hal itu didasari bukan saja karena
dasar hidupnya secara layak agar mereka bisa berproduksi dan keluar dari
beban APBN yang sangat besar untuk hal-hal yang di luar pos bantuan
sosial, seperti untuk pembayaran hutang dan subsidi BBM yang lebih
permulaan abad ke-21. Generasi yang lahir pada tahun '60-'70-an, di tahun
memasuki usia pensiun. Tanpa pembentukan dana pensiun yang luas dan
kuat saat ini, maka baby boomers tersebut akan menjadi beban masyarkat
tercakup oleh sistem jaminan sosial baik dalam bentuk asuransi maupun
tabungan hari tua (pensiun) masih amat sedikit. Sebagian besar penduduk
penduduk lansia juga masih belum memadai. Jumlah Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) yang ada relatif dibanding dengan jumlah lansia yang
memberikan bantuan sosial, menyebabkan beban berat bagi orang tua kita
yang telah ikut serta membangun negeri ini. Amat terbatasnya dukungan
cukup. Bukan saja karena sifat penanganannya yang tidak permanen tetapi
juga karena nilai-nilai sosial yang dapat mendukung mereka juga terus
mengalami perubahan.
pemerintah daerah, dan oleh masyarakat atau keluarga sendiri. Peta dan
akan dapat berkembang sistemik dan permanen jika didukung oleh jumlah
jaminan sosial, sebagai salah satu sistem perlindungan sosial yang handal
diwarnai dengan besarnya bantuan sosial dan jaringan sosial informal yang
Indonesia, diantaranya:
yang kuat.
dihasilkan.
kemudian hari.
dekat. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menunggu agar dependensi
rasio menjadi minimum untuk memulai. Semua negara memulai sejak dini,
relatif sedikit. Secara bertahap, sistem jaminan sosial akan tumbuh menjadi
perlindungan sosial lain, yang berbasis bantuan sosial dari sektor publik
jaminan sosial yang ada. Dari mana kita mulai? Membenahi kondisi
secara ekonomis tidak atau kurang produktif dan sangat rentan terhadap
yang terpadu baik di sektor sosial, tenaga kerja, industri kecil, pertanian,
PP dan PerPres yang sinkron dan terpadu, yang saling melengkapi antara
Naskah RUU Penanganan Bencana yang dibahas atas inisiatif DPR RI,
skema yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang
Presiden.
Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta
dari kemiskinan, bantuan sosial atau pemberdayaan lain, baik oleh sektor
B. Penentuan Sasaran
Salah satu masalah kritis yang dihadapi dalam pelaksanaan
satu sisi, sementara jumlah sasaran yang harus dilindungi demikian besar
di sisi lain. Jika pemerintah memiliki dana cukup besar untuk memberikan
sehingga masalah penentuan sasaran masih menjadi hal yang sangat kritis
dalam pemberian bantuan sosial. Masalah lain dalam penentuan sasaran
Salah satu masalah kritis yang dihadapi selama ini, termasuk juga
masyarakat.
belum ada data yang secara tegas menyatakan berapa besar jumlah
penduduk rentan. Namun tentu saja hasil kajian tersebut tidak bisa serta
Sejahtera.
masyarakat rentan antara lain adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir
rentan adalah penduduk yang dalam berbagai matranya tidak atau kurang
dengan penduduk rentan adalah orang lanjut usia (lansia), anak balita,
fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat (UU No. 30 Tahun 1999
balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun yang rentan terhadap
penyakit dan kemampuan potensi inteligensianya yang terkait pemenuhan
yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu
pekerjaan secara layaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik (tuna
rungu, tuna wicara, tuna netra, tuna daksa), dan penyandang cacat mental.
Fakir miskin adalah keluarga yang termasuk dalam kategori keluarga pra-
sejahtera dan keluarga sejahtera tahap 1 (KS 1). Anak terlantar adalah anak
penduduk yang ada selama ini masih belum efektif maka jumlah
C. Kelembagaan
Kelembagaan pengelola dan penyelenggara perlindungan sosial
secara garis besar dipilah menjadi dua, yaitu kelembagaan yang menangani
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selama ini sudah ada empat
empat BPJS tersebut, dapat dibentuk BPJS baru dengan UU. Pasal 5 ayat 1
keempat BPJS yang telah ada sah dan sesuai dengan amanat konstitusi.
jaminan sosial bagi penduduk atau program yang belum atau tidak
dilayani oleh BPJS nasional. Dengan demikian, akan terjadi harmoni dan
jumlahnya, bahkan ada negara yang jaminan sosialnya hanya dikelola oleh
langsung oleh organisasi pemerintah atau dikelola oleh badan semi (kuasi)
yang tergolong PMKS tetapi penduduk lain yang juga rentan terhadap
daerah.
sosial, yang dalam hal ini, misalnya, adalah Departemen Sosial. Sementara
miskin dan rentan yang memang berhak dan pantas memperoleh bantuan
Departemen Sosial berangkat dari data penduduk miskin dan rentan yang
perlu mendapat bantuan sosial secara permanen dan siapa yang cukup
termasuk pula jenis atau bentuk bantuan apa yang perlu diberikan (uang
D. Skema Pendanaan
Pendanaan program sistem perlindungan sosial yang bersumber
secara umum selama ini masih rendah harus ditingkatkan secara bertahap.
dari segi alokasi APBD telah mengalokasikan dana cukup signifikan untuk
Sumber dana kedua harus berasal dari iuran atau kontribusi setiap
Pemaksaan atau penegakan hukum kepada kelompok ini sangat sulit dan
tahun ke depan.
kecukupan dan ketepatan sasaran, peran sumber dana ini cukup besar di
kemudian hari.
menjadi tidak ada sama sekali. Sesungguhnya, potensi di dalam negeri dari
mereka yang mampu juga cukup besar. Selain itu, dana yang terkumpul
dari program jaminan sosial jangka panjang, seperti jaminan hari tua dan
rentan yaitu:
setiap tahun.
kelembagaan.
sementara.
bulan terakhir ini dilakukan, harus sangat dibatasi kepada penduduk yang
bantuan teknis tenaga ahli untuk berbagai program yang dijalankan sesuai
dengan kondisi daerah yang memungkinkan suatu program dijalankan.
dengan kayu bernilai jual baik seperti kayu jati dan mahoni
dan sebagainya.
risiko sakit kronis maupun sakit akut akibat infeksi atau tertular
antara lain:
atau di kantor bank atau kantor pos atau kantor desa yang
merugikan kelompok.
dunia.
2.) Dengan sistem dana pancingan, matching fund, dari Pusat yang
5.1. Kesimpulan
Perlindungan sosial saat ini masih dikelola secara terpecah-pecah
yang disebut penduduk rentan, yang memiliki potensi besar jatuh kepada
yang tidak mencakup program dan penduduk yang sama yang dicakup
oleh UU SJSN untuk sementara waktu masih harus segera dijabarkan dan
bersifat saling melengkapi antara pusat dan daerah, maka salah satu upaya
pusat. Hal ini harus disadari pemerintah daerah, bukan dengan menuntut
memiliki risiko jatuh miskin apabila ia sakit, karena telah dijamin oleh
puskesmas dan rumah sakit. Selain itu, pemda dapat membuat program
terpencil dapat dijual ke kota dengan biaya transportasi yang relatif murah.
bagi nelayan atau peternak kecil yang dapat memelihara produknya tetap
segar dan memiliki harga jual yang baik. Pemda juga dapat membuka
lahan tidur, bibit, pupuk, dan bantuan teknis serta bantuan manajemen
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2003, BPS, Jakarta, Juni 2004
Jakarta
Jakarta, 2004
Transient Poor and the Vulnarable in Indonesia Before and After the Crisis,
the Indonesian Crisis: New Data and Policy Implications, SMERU Report,
Jakarta, 1999
Indonesia Before and After the Crisis”, working paper, SMERU, May 2001
5
Thabrany dan Mundiharno.