Di Susun Oleh :
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
Alamat : Jl. Soekarno Hatta No.42 Mulyojati 16 B Metro Barat, Kota Metro 34125
Telp/Fax : (0725) 7008000, 7850378 Fax.(0725)47760
Wabsite : www.rsum.co.id
Email : info.rsumm@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat
menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam
keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian,
selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien UGD RSU
Muhammadiyah Metro khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat
di UGD RSU Muhammadiyah Metro harus berdasarkan standar pelayanan Gawat
Darurat RSU Muhammadiyah Metro.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
a. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
b. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
C. Batasan Operasional
1. Unit Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
1) Waktu kejadian
2) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
3) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu sistem / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan (poisoning)
d. Degerenerasi (failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolit)
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
1) Ditempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
D. Landasan Hukum
a. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
c. Surat Keputusan Menteri KesehatanRI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII /
1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
d. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
e. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDI
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 5 ( lima ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS
Kategori :
1 orang Kasie
1 orang PJ
3 orang Pelaksana perawat
2. Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 4 ( empat ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS
Kategori :
1 orang PJ
3 orang Pelaksana
3. Untuk Dinas Malam
yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS
Kategori :
1 orang PJ
3 orang Pelaksana
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat UGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kasie UGD dan disetujui oleh KasieUGD.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana UGD setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan blangko tukeran shift. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan
berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti dan Lt ( libur tambahan ).
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu kasie UGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kasie UGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,
Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka
kasie UGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu
libur atau perawat UGD yang sedang berdinas saat itu.(Dobel dinas)
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka kasie UGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat UGD yang sedang berdinas saat itu. Apabila
perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas
perawat UGD sesuai SOP terlampir).
Ruang
PONEK
Ruang
Resusitasi
Counter
Ruang Perawat
Tindakan
Non Bedah
Meja
Dokter
Ruang
Tindakan
Non Bedah
Lemari
Obat
Ruang
Tindakan
Bedah
Wastafel
Ruang Kamar
Tindakan Ganti
Bedah Petugas
UGD
Ruang
Depo Obat
UGD
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defibrilator
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction ( 1 set )
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3) Laringoskope dewasa ( 1 set )
4) Spuit semua ukuran ( masing – masing 2 buah )
5) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6) Infus set / transfusi set ( 2 / 2 buah )
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada standar infus satu( 1
buah )
8) Monitor EKG ( 1 buah )
9) Trolly Emergency yang berisi obat-obatan dan alat medis untuk melakukan
resusitasi ( 1 buah )
10) Papan resusitasi ( 1 buah )
11) Ambu bag ( 1 buah )
12) Stetoskop ( 1 buah )
13) Tensi meter ( 1 buah )
14) Tiang Infus ( 1 buah )
b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah
1) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )
2) Verban segala ukuran :
a) 4 x 5 cm ( 5 buah )
b) 4 x10 cm ( 5 buah )
3) Vena seksi set ( 1 set )
4) Hecting set ( 3 set )
5) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
a) Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 roll)
b) Silk Black 2/0 ( 1 roll ), 3/0 ( 1 roll )
c) Jarum ( 1 set )
d) Cat gut 1/0, 4/0 dan 5/0 masing – masing satu roll
6) Lampu sorot ( 1 buah )
7) Kassa ( 1 tromel )
8) Dook bolong
9) Ganti verban set ( 2 set )
10) Spekulum hidung ( 2 buah )
11) Emergency lamp ( 1 buah )
12) Stetoskop ( 1 buah )
13) Tensimeter ( 1 buah )
2. Tablet
No Nama Obat Satuan Min Max Jenis Obat
1. Amlodipin 5 mg Tablet 2 10 Anti hypertensi/ Betabloker
2. Cedocard 5 mg Tablet 2 10 Anti anginal
3. Captopril 12,5 Tablet 2 2 Anti hypertensi/ ACE Inhibitor
mg
4. Captopril 25 mg Tablet 10 10 Anti hypertensi/ ACE Inhibitor
5. Diltiazem Tablet 2 5 Anti hypertensi
6. Nipedipin Tablet 2 10 Anti hypertensi/ Betabloker
3. Cairan Infus
4. Suppositoria
No Nama Obat Satuan Min Max Jenis Obat
1. Pronalges Sup Supp 2 20 Analgetik
2. Proris Sup Supp 2 20 Anti piretik , Analgetik
3. Stesolid 5 mg Tube 2 10 Sedatif
rect
B. OBAT PENUNJANG
1. Injeksi
No Nama Obat Satuan Min Max Jenis Obat
1. Asam Ampul 10 20 Haemostatic
Tranexamat
2. Calsium Ampul 2 6 Vitamin (elektrolit)
gluconas
3. Ketorolac Ampul 5 60 Analgetik
4. Novalgin Ampul 5 10 Analgetik
5. Ondancetron Ampul 10 80 Anti emetik
6. Vit. K Ampul 5 15 Anti perdarahan
2. Obat tablet
No Nama Obat Satuan Min Max Jenis Obat
2. Perangkat Kerja
a. Status Medis
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Formulir persetujuan tindakan
c. Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan UGD
a. Alih Rawat
1) Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
2) Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasien.
3) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat UGD menghubungi
bagian kendaraan / ambulan sesuai kondisi pasien
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
2) Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat UGD menghubungi petugas ambulan RSU Muhammadiyah Metro
c. Spesimen
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan spesimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
BAB V
LOGISTIK
A. PENGERTIAN
1. Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
G. KESALAHAN MEDIS
1. Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
H. KEJADIAN SENTINEL
1. Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
I. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga UGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.