Anda di halaman 1dari 8

3.

Peraturan Bank Indonesia yang Berkaitan Dengan Transaksi Valas

3.1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/18/PBI/2016 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap
Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik

Berlaku : sejak tanggal diundangkan (15-09-2016)

I. Latar Belakang dan Tujuan


1. Dalam rangka upaya mempercepat pengembangan dan pendalaman pasar keuangan, perlu
dilakukan pengayaan variasi instrumen pasar valuta asing domestik untuk dapat menjadi
alternatif bagi pelaku pasar dalam melakukan lindung nilai, sekaligus mendorong
pengembangan infrastruktur, dan peningkatan kredibilitas pasar.
2. Sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi peningkatan kebutuhan transaksi lindung nilai
pelaku ekonomi, khususnya korporasi non-bank yang memiliki utang luar negeri. Hal ini
sejalan dengan berlakunya PBI No.16/21/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-
hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Non-Bank, yang mengatur bahwa
sejak awal tahun 2017 korporasi non-bank yang memiliki ULN wajib melakukan
transaksi lindung nilai melalui bank domestik.
3. Dalam rangka upaya peningkatan porsi transaksi derivatif di pasar valuta asing domestik
yang saat ini kontribusinya terhadap total transaksi masih relatif kecil, namun dengan
tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

II. Pokok-Pokok Pengaturan


1. Transaksi Spot dan transaksi derivatif yang standar (plain vanilla), yang dilakukan Bank
dengan Nasabah di atas jumlah tertentu (threshold) wajib memiliki Underlying Transaksi.
2. Transaksi structured product valuta asing terhadap Rupiah berupa Call
Spread Option dapat digunakan sebagai instrumen hedging namun wajib
memiliki Underlying Transaksi.
3. Dalam hal Bank melakukan transaksi structured product valuta asing terhadap
Rupiah berupa Call SpreadOption selain, Bank wajib memenuhi prinsip kehati-hatian,
termasuk mitigasi risiko.
4. Underlying Transaksi meliputi seluruh kegiatan :
a) perdagangan barang dan jasa di dalam dan di luar negeri;
b) investasi berupa direct investment, portfolio investment, pinjaman, modal, dan investasi
lainnya di dalam dan di luar negeri; dan/atau
c) pemberian kredit atau pembiayaan Bank dalam valuta asing dan/atau dalam Rupiah
untuk kegiatan perdagangan dan investasi.
5. Yang dimaksud dengan “investasi lainnya” antara lain adalah investasi dan/atau transaksi
yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait perpajakan.
6. Underlying Transaksi meliputi juga perkiraan pendapatan dan biaya (income dan expense
estimation).
7. Underlying Transaksi tidak termasuk:
a) kegiatan penempatan dana pada Bank antara lain berupa tabungan, giro,
deposito, dan sertifikat deposito (negotiable certificate of deposit);
b) kegiatan pengiriman uang oleh perusahaan transfer dana;
c) fasilitas pemberian kredit yang masih belum ditarik, antara lain berupa standby
loan dan undisbursed loan; dan
d) penggunaan Surat Berharga Bank Indonesia dalam valuta asing.
8. Khusus untuk penjualan valuta asing terhadap Rupiah melalui transaksi forward oleh
Nasabah kepada Bank, Underlying Transaksi juga meliputi kepemilikan dana valuta asing
di dalam negeri dan di luar negeri antara lain berupa tabungan, giro, deposito, dan
sertifikat deposito (negotiable certificate of deposit).
9. Jumlah tertentu (threshold) untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah
kepada Bank melalui Transaksi Spot adalah USD25,000.00 (dua puluh lima ribu dolar
Amerika Serikat) atau ekuivalennya per bulan per Nasabah.
10. Jumlah tertentu (threshold) untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah
kepada Bank melalui transaksi derivatif yang standar (plain vanilla) adalah
USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) atau ekuivalennya per bulan per
Nasabah.
11. Jumlah tertentu (threshold) untuk penjualan valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah
kepada Bank melalui transaksi forward adalah USD5,000,000.00 (lima juta dolar
Amerika Serikat) atau ekuivalennya per transaksi per Nasabah.
12. Jumlah tertentu (threshold) untuk penjualan valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah
kepada Bank melalui transaksi option adalah USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika
Serikat) atau ekuivalennya per transaksi per Nasabah.
13. Kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap
Rupiah oleh Nasabah kepada Bank tidak berlaku untuk penyelesaian Transaksi
Derivatif Valuta Asing Terhadap Rupiah awal yang dilakukan melalui:
a) perpanjangan transaksi (roll over) sepanjang jangka waktu perpanjangan
transaksi (roll over) paling lama sama dengan jangka
waktu Underlying Transaksi awal;
b) percepatan penyelesaian transaksi (early termination); atau
c) pengakhiran transaksi (unwind).
14. Bank dilarang melakukan transaksi structured product valuta asing terhadap Rupiah,
kecuali untuk transaksi structured product valuta asing terhadap Rupiah berupa Call
Spread Option yang memenuhi persyaratan:
a) didukung oleh Underlying Transaksi
b) nominal transaksi structured product valuta asing terhadap Rupiah berupa Call
Spread Option tidak melebihi nominal Underlying Transaksi; dan
c) jangka waktu transaksi structured product valuta asing terhadap Rupiah berupa
Call Spread Optiontidak melebihi jangka waktu Underlying Transaks.
15. Transaksi structured product valuta asing terhadap Rupiah berupa Call Spread Option
wajib dilakukan secara dynamic hedging.
16. Transaksi dynamic hedging wajib dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut:
a) kisaran kurs tidak overlap dengan kisaran kurs transaksi Call Spread
Option awal;
b) kisaran kurs tidak memiliki gap dengan kisaran kurs transaksi Call Spread
Option awal;
c) menggunakan Underlying Transaksi yang sama dan belum jatuh waktu;
d) nominal tidak bersifat kumulatif;
e) jangka waktu:
1) paling kurang 6 (enam) bulan untuk transaksi Call Spread Option awal
yang memiliki sisa jatuh waktu 6 (enam) bulan atau lebih; atau
2) mengikuti sisa jatuh waktu transaksi Call Spread Option awal untuk
transaksi Call Spread Optionawal yang memiliki sisa jatuh waktu kurang
dari 6 (enam) bulan; dan
f) dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah kurs pasar melampaui
kisaran kurs Call SpreadOption awal.
17. Transaksi Spot yang dilakukan dalam rangka transaksi structured product valuta asing
terhadap Rupiah berupa Call Spread Option dapat menggunakan Underlying Transaksi
yang sama dengan transaksistructured product valuta asing terhadap Rupiah
berupa Call Spread Option awal.
18. Penyelesaian Transaksi diatur antara lain sebagai berikut:
a) Penyelesaian Transaksi Spot antara Bank dengan Nasabah dan antar-Bank wajib
dilakukan dengan pemindahan dana pokok secara penuh
b) Penyelesaian Transaksi Derivatif Valuta Asing Terhadap Rupiah antara Bank
dengan Nasabah dan antar-Bank dapat dilakukan secara netting atau dengan
pemindahan dana pokok secara penuh
c) Penyelesaian Transaksi Derivatif Valuta Asing Terhadap Rupiah antara Bank
dengan Nasabah dan antar-Bank yang dapat dilakukan secara netting hanya
berlaku untuk perpanjangan transaksi (roll over), percepatan penyelesaian
transaksi (early termination), dan pengakhiran transaksi (unwind).
19. Bank dilarang memberikan kredit atau pembiayaan dalam valuta asing dan/atau dalam
Rupiah kepada Nasabah untuk kepentingan Transaksi Derivatif Valuta Asing Terhadap
Rupiah
20. Bank dilarang memberikan cerukan kepada Nasabah dalam rangka Transaksi Valuta
Asing Terhadap Rupiah
21. Dalam hal Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap Rupiah kepada Bank di
atas jumlah tertentu (threshold), dan melakukan transaksi structured product valuta asing
terhadap Rupiah berupaCall Spread Option, Bank wajib memastikan Nasabah untuk
menyampaikan dokumen sebagai berikut:
a) dokumen Underlying Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dapat
dipertanggungjawabkan baik yang bersifat final maupun berupa perkiraan; dan
b) dokumen pendukung berupa:
1) fotokopi dokumen identitas Nasabah dan fotokopi Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP); dan
2) pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang
berwenang dari Nasabah atau pernyataan tertulis yang authenticated
22. Bank yang melanggar ketentuan dalam PBI ini dikenakan sanksi berupa:
a) sanksi administratif berupa teguran tertulis, dan/atau
b) sanksi administratif berupa teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar
sebesar 1% (satu persen) dari nominal transaksi yang dilanggar untuk setiap
pelanggaran, dengan jumlah sanksi paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
3.2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/10/PBI/2018 Tentang Transaksi Domestik Non-
Deliverable Forward
Berlaku : 21 September 2018

I. Latar Belakang

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah, serta
meningkatkan pelaksanaan transaksi lindung nilai bagi pelaku pasar,
diperlukan pengembangan pasar valuta asing domestik melalui pengayaan instrumen lindung
nilai. Pengayaan instrumen tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan alternatif lindung
nilai di pasar valas domestik, yaitu dengan memperbolehkan Bank untuk melakukan transaksi
Domestic Non-Deliverable Forward.

Dengan adanya Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward di pasar valuta asing


domestik, diharapkan dapat memberikan keyakinan (confidence) bagi pelaku pasar, baik
eksportir dan importir maupun investor asing yang memiliki aset Rupiah, untuk melakukan
lindung nilai atas risiko nilai tukar. Selain itu, dengan kebijakan ini diharapkan juga dapat
mengurangi tekanan pada pasar spot. Untuk mengedepankan prinsip kehati-hatian, seluruh
transaksi Domestik Non-Deliverable Forward ini wajib memiliki Underlying Transaksi.
Disamping itu, Bank yang melakukan transaksi ini harus menerapkan manajemen risiko,
edukasi bagi nasabah dan menerapkan perlindungan konsumen.

II. Pokok-Pokok Pengaturan

1. Seluruh Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward wajib memiliki Underlying


Transaksi.
2. Underlying Transaksi meliputi Perdagangan Barang dan Jasa serta investasi di dalam dan
di luar negeri, namun tidak termasuk:
a) Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
b) Penempatan dana antara lain tabungan, giro, deposito dan NCD
c) Fasilitas pemberian kredit yang belum ditarik
d) Dokumen penjualan valas terhadap Rupiah yang berasal dari penjualan DHE
e) Kredit antarnasabah (intercompany loan),
f) Kegiatan pengiriman uang oleh perusahaan transfer dana, dan
g) KUPVA
3. Underlying Transaksi dibuktikan dengan dokumen Underlying Transaksi yang bersifat
final dan dokumen pendukung
4. Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward dilakukan tanpa pergerakan dana secara
penuh dengan mekanisme fixing dan menggunakan kurs JISDOR sebagai acuan.
5. Mata uang penyelesaian transaksi adalah Rupiah.
6. Tenor/jangka waktu transaksi Domestic Non-Deliverable Forward tidak dibatasi.
7. Nominal dan jangka waktu transaksi Domestic Non-Deliverable Forward dilarang
melebihi nominal dan jangka waktu Underlying Transaksi.
8. Bank dilarang memberikan kredit dalam valuta asing dan/atau dalam rupiah kepada
Nasabah dan/atau Pihak Asing untuk kepentingan Transaksi DNDF
9. Bank yang melakukan transaksi ini harus menerapkan manajemen risiko sesuai aturan
OJK mengenai manajemen risiko bagi bank umum, memberikan edukasi kepada nasabah,
dan menerapkan prinsip-prinsip perlindungan konsumen.
10. Bank dapat melakukan Transaksi DNDF Domestik Non-Deliverable Forward
dengan bank di luar negeridalam rangka untuk cover hedging Bank.
11. Bank wajib memastikan kebenaran dan kewajaran atas dokumen underlying transaksi
valas terhadap Rupiah.
CONTOH ALTERNATIF PEMENUHAN DANA (LIKUIDITAS)

Untuk menjaga likuiditas setiap mata uang, maka perlu dibuat proyeksi Cash Flow
masing-masing mata uang yang dikelola bank, sehingga bisa dihindari terjadinya over liquid
yang mengakibatkan idle fund (dana yang mengangur) dan dampaknya adalah Bank akan
kehilangan “opportunity” untuk mendapatkan bunga atas dana-dana tersebut atau kekurangan
likuiditas mata uang tertentu, misalnya DEM, sehingga memaksa bank untuk pinjam melalui
Pasar Uang antarbank atau menjual USD untuk mendapatkan DEM.

Untuk itu dibutuhkan perhitungan Cash Flow dan Proyeksi Cash Flow yang tepat dan
akurat, sehingga dapat menghindari kemungkinan timbulnya risiko yang diakibatkan oleh
kesalahan atau keterlambatan dalam menghitung atau memberikan informasi kepada
manajemen.

Perlu diingat juga bahwa dalam pengelolaan dana dalam mata uang asing
diperhitungkan Giro Wajib Minimum (GWM) yang berbeda dengan perhitungan Giro Wajib
Minimum Rupiah. Terutama perhitungan mengenai sumber dananya, dalam perhitungan
Rupiah sumber dana yang diperhitungkan adalah dana pihak ketiga, sedangkan dana dari
bank lain (antarbank) tidak dihitung sebagai komponen yang dikenai GWM. Oleh sebab itu
dalam perhitungan cash flow, harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan GWM berupa
rekening giro valuta asing pada Bank Indonesia.

Dalam perhitungan cash flow perlu diperhatikan jenis-jenis sumber dana, karena
setiap sumber mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga untuk sementara belum
diperhitungkan dalam kelompok sumber dana, jadi perhitungan sumber dan penggunaan dana
disini selalu ditinjau dari sudut pandang kegiatan kegiatan treasury, untuk itu penghimpunan
dana yang berasal dari pihak ketiga seperti giro valuta asing, deposito berjangka valuta asing,
setoran jaminan, dan dana-dana lainnya yang berasal dari masyarakat belum diperhitungkan
dalam penyusunan cash flow ini.

Sumber dana dapat berupa penempatan dana pada bank lain (placement) yang jatuh
tempo, sehingga merupakan dana masuk, penerimaan pembayaran cicilan kredit dan bunga
dari debitur dan wesel ekspor usance (berjangka) yang jatuh tempo, sifat dana-dana tersebut
dapat dihitung oleh treasury yaitu unit kerja yang mengelola dana bank.

Sedangkan dari sisi penggunaannya adalah Giro Wajib Minimum berupa rekening
giro valuta asing (USD) pada Bank Indonesia, deposito nasabah yang jatuh tempo,
penempatan dana pada bank lain melalui pasar uang antarbank, baik di dalam maupun di luar
negeri, pemberian kredit baru dan pembayaran lain-lain, seperti biaya konsultan asing dan
biaya perjalanan dinas atau pendidikan ke luar negeri.

Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Cash flow mata uang USD bank BUDI LUHUR per tanggal 30 November 2005 sebagai
berikut :
Saldo Awal 1.000.000
SUMBER DANA :
Penempatan Dana (placement) Jatuh Tempo
Pada Bank Dalam Negeri 75.000.000
Pada Bank Luar Negeri 225.000.000
300.000.000
Penenerimaan Pembayaran Kredit :
Cicilan Utang Pokok 150.000.000
Pembayaran Bunga 10.000.000
160.000.000
Sumber Dana Lainnya :
Wesel Ekspor Jatuh Tempo 50.000.000
50.000.000
510.000.000
Total Sumber Dana 511.000.000
PENGGUNAAN DANA :
Pinjaman Dana (Taken) Jatuh Tempo :
Pada Bank Dalam Negeri 25.000.000
Pada Bank Luar Negeri 75.000.000
100.000.000
Pemberian Kredit :
Kredit Langsung 130.000.000
Kredit Sindikasi 20.000.000
150.000.000
Pembayaran Lainnya :
Allowance Konsultan Asing 12.500.000
Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri 1.500.000
14.000.000
Total Penggunaan Dana 264.000.000
Saldo 247.000.000

Berdasarkan perhitungan cash flow Bank Budi Luhur diatas pada tanggal 30 Nopember 2005
memiliki saldo dalam valuta asing sebesar USD. 247.000.000 baik dalam bentuk kas ataupun
dalam bentuk giro valuta asing pada Bank Indonesia atau Depository Koresponden Bank.

Dalam melakukan pengelolaan likuiditas dalam valuta asing harus memperhatikan


pengelolaan posisi devisa neto bank, karena untuk perhitungan besarnya PDN yang dapat
dikelola oleh bank, juga akan berpengaruh pada pengelolaan likuiditas. Untuk lebih jelasnya
mengenai komposisi devisa neto secara sederhana dapat dilihat pada perhitungan posisi
devisa neto Bank Budi Luhur sebagaimana terlihat dibawah ini.

Anda mungkin juga menyukai