3.1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/18/PBI/2016 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap
Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik
I. Latar Belakang
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah, serta
meningkatkan pelaksanaan transaksi lindung nilai bagi pelaku pasar,
diperlukan pengembangan pasar valuta asing domestik melalui pengayaan instrumen lindung
nilai. Pengayaan instrumen tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan alternatif lindung
nilai di pasar valas domestik, yaitu dengan memperbolehkan Bank untuk melakukan transaksi
Domestic Non-Deliverable Forward.
Untuk menjaga likuiditas setiap mata uang, maka perlu dibuat proyeksi Cash Flow
masing-masing mata uang yang dikelola bank, sehingga bisa dihindari terjadinya over liquid
yang mengakibatkan idle fund (dana yang mengangur) dan dampaknya adalah Bank akan
kehilangan “opportunity” untuk mendapatkan bunga atas dana-dana tersebut atau kekurangan
likuiditas mata uang tertentu, misalnya DEM, sehingga memaksa bank untuk pinjam melalui
Pasar Uang antarbank atau menjual USD untuk mendapatkan DEM.
Untuk itu dibutuhkan perhitungan Cash Flow dan Proyeksi Cash Flow yang tepat dan
akurat, sehingga dapat menghindari kemungkinan timbulnya risiko yang diakibatkan oleh
kesalahan atau keterlambatan dalam menghitung atau memberikan informasi kepada
manajemen.
Perlu diingat juga bahwa dalam pengelolaan dana dalam mata uang asing
diperhitungkan Giro Wajib Minimum (GWM) yang berbeda dengan perhitungan Giro Wajib
Minimum Rupiah. Terutama perhitungan mengenai sumber dananya, dalam perhitungan
Rupiah sumber dana yang diperhitungkan adalah dana pihak ketiga, sedangkan dana dari
bank lain (antarbank) tidak dihitung sebagai komponen yang dikenai GWM. Oleh sebab itu
dalam perhitungan cash flow, harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan GWM berupa
rekening giro valuta asing pada Bank Indonesia.
Dalam perhitungan cash flow perlu diperhatikan jenis-jenis sumber dana, karena
setiap sumber mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga untuk sementara belum
diperhitungkan dalam kelompok sumber dana, jadi perhitungan sumber dan penggunaan dana
disini selalu ditinjau dari sudut pandang kegiatan kegiatan treasury, untuk itu penghimpunan
dana yang berasal dari pihak ketiga seperti giro valuta asing, deposito berjangka valuta asing,
setoran jaminan, dan dana-dana lainnya yang berasal dari masyarakat belum diperhitungkan
dalam penyusunan cash flow ini.
Sumber dana dapat berupa penempatan dana pada bank lain (placement) yang jatuh
tempo, sehingga merupakan dana masuk, penerimaan pembayaran cicilan kredit dan bunga
dari debitur dan wesel ekspor usance (berjangka) yang jatuh tempo, sifat dana-dana tersebut
dapat dihitung oleh treasury yaitu unit kerja yang mengelola dana bank.
Sedangkan dari sisi penggunaannya adalah Giro Wajib Minimum berupa rekening
giro valuta asing (USD) pada Bank Indonesia, deposito nasabah yang jatuh tempo,
penempatan dana pada bank lain melalui pasar uang antarbank, baik di dalam maupun di luar
negeri, pemberian kredit baru dan pembayaran lain-lain, seperti biaya konsultan asing dan
biaya perjalanan dinas atau pendidikan ke luar negeri.
Cash flow mata uang USD bank BUDI LUHUR per tanggal 30 November 2005 sebagai
berikut :
Saldo Awal 1.000.000
SUMBER DANA :
Penempatan Dana (placement) Jatuh Tempo
Pada Bank Dalam Negeri 75.000.000
Pada Bank Luar Negeri 225.000.000
300.000.000
Penenerimaan Pembayaran Kredit :
Cicilan Utang Pokok 150.000.000
Pembayaran Bunga 10.000.000
160.000.000
Sumber Dana Lainnya :
Wesel Ekspor Jatuh Tempo 50.000.000
50.000.000
510.000.000
Total Sumber Dana 511.000.000
PENGGUNAAN DANA :
Pinjaman Dana (Taken) Jatuh Tempo :
Pada Bank Dalam Negeri 25.000.000
Pada Bank Luar Negeri 75.000.000
100.000.000
Pemberian Kredit :
Kredit Langsung 130.000.000
Kredit Sindikasi 20.000.000
150.000.000
Pembayaran Lainnya :
Allowance Konsultan Asing 12.500.000
Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri 1.500.000
14.000.000
Total Penggunaan Dana 264.000.000
Saldo 247.000.000
Berdasarkan perhitungan cash flow Bank Budi Luhur diatas pada tanggal 30 Nopember 2005
memiliki saldo dalam valuta asing sebesar USD. 247.000.000 baik dalam bentuk kas ataupun
dalam bentuk giro valuta asing pada Bank Indonesia atau Depository Koresponden Bank.