PBI ini diterbitkan bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan transaksi lindung nilai bagi
pada pelaku pasar, serta upaya untuk meminimalisir dampak transaksi non-deliverable
forward di luar negeri. Dengan diterbitkannya PBI ini, perbankan domestik dapat
melakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) untuk memberikan
kemudahan bagi pelaku pasar tidak hanya eksportir dan importir namun juga bagi investor
asing yang memiliki aset rupiah, melakukan lindung nilai atas risiko nilai tukar rupiah.
Apa perbedaan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dengan transaksi
forward?
Perbedaannya adalah pada transaksi forward diatas jumlah tertentu (threshold) wajib
didukung dengan underlying transaksi, sementara itu pada transaksi Domestic Non-
Deliverable Forward (DNDF) semua nominal transaksi wajib didukung dengan underlying
transaksi.
Disamping itu, transaksi forward diselesaikan dengan pergerakan dana secara penuh
namun bisa dilakukan rollover, early termination dan unwind. Sementara itu, untuk
transaksi DNDF, penyelesaian transaksi dilakukan dengan menggunakan mekanisme fixing
dan diselesaikan tanpa pergerakan dana secara penuh.
Underlying transaksi apa saja yang dapat digunakan untuk transaksi Domestic Non-
Deliverable Forward (DNDF)?
Bank dapat melakukan transaksi DNDF dengan bank di luar negeri untuk cover hedging
Bank.
1
Apakah bank diperbolehkan memberikan kredit kepada nasabah dalam rangka transaksi
DNDF?
Bank dilarang memberikan kredit dalam valuta asing dan/ atau dalam rupiah kepada
Nasabah dan/atau Pihak Asing untuk kepentingan Transaksi DNDF.
Apakah perusahaan berupa pedagang valuta asing (KUPVA) dan penyelenggara transfer
dana (PTD) dapat melakukan transaksi DNDF?
Perusahaan KUPVA dan PTD tidak dapat melakukan transaksi DNDF
Apakah underlying transaksi dapat digunakan untuk lebih dari 1 (satu) transaksi yang
berbeda?
Transaksi DNDF dapat dilakukan sepanjang dokumen underlying transaksi belum jatuh
tempo dan tidak melebihi nominal underlying transaksi, namun dokumen underlying
transaksi tidak boleh digunakan pada lebih dari 1 (satu) bank dalam seluruh sistem
perbankan Indonesia pada waktu yang bersamaan.
Pada tanggal 17 September 2019, importir ABC memiliki invoice dalam USD dengan nominal
sebesar USD8,000,000.00 (delapan juta dolar Amerika Serikat) yang akan jatuh tempo pada
tanggal 17 Oktober 2019. Pada tanggal 17 September 2019, importir ABC melakukan
Transaksi DNDF sebesar USD8,000,000.00 (delapan juta dolar Amerika Serikat) dengan
tanggal jatuh tempo 17 Oktober 2019. Pada saat transaksi DNDF tersebut jatuh tempo,
importir ABC dapat melakukan Transaksi Spot beli sebesar USD8,000,000.00 (delapan juta
dolar Amerika Serikat) dengan menggunakan dokumen Underlying Transaksi yang sama,
sepanjang invoice masih berlaku.
2
Apakah bank syariah diperbolehkan melakukan transaksi DNDF?
Bank syariah diperbolehkan untuk melakukan transaksi DNDF sepanjang telah terdapat
fatwa Dewan Syariah Nasional yang menyatakan memperbolehkan bank syariah untuk
melakukan transaksi DNDF.
Apakah transaksi DNDF dapat dilakukan rollover, unwind, dan early termination?
Transakasi DNDF tidak dapat dilakukan perpanjangan transaksi (roll over) dan percepatan
penyelesaian transaksi (early termination). Dengan demikian, pengakhiran transaksi
(unwind) dapat dilakukan.
Apakah transaksi DNDF yang dilakukan antar-bank juga wajib didukung dengan underlying
transaksi?
Transaksi DNDF yang dilakukan antar-bank tidak wajib didukung dengan underlying
transaksi.
Apakah transaksi DNDF ini diperhitungkan dalam kewajiban lindung nilai sebagaimana
aturan mengenai prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi?
Transaksi DNDF dapat dilakukan nasabah untuk memenuhi kewajiban rasio lindung nilai
(hedging ratio), namun demikian tidak memenuhi kewajiban rasio likuiditas (liquidity ratio).
Apakah semua dokumen Underlying Transaksi dapat digunakan untuk transaksi DNDF?
Dokumen Underlying Transaksi yang dapat digunakan untuk transaksi DNDF adalah
dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final dengan didukung oleh dokumen
pendukung.
Selain itu, dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dibawah ini juga tidak dapat
digunakan sebagai Underlying Transaksi, antara lain:
a. Dokumen penjualan valas thd Rupiah yang berasal dari penjualan valuta asing hasil
ekspor
b. Bukti kepemilikan dana valas di dalam dan luar negeri a.l berupa buku tabungan, giro
(rekening koran), bilyet deposito, dan bukti kepemilikan NCD
c. Penjanjian pembukaan vostro Pihak Asing dengan Bank untuk tujuan remitansi, MT
299, ata MT 599 yang berisi pernyataan dari bank koresponden bahwa dana yang ada
akan dipergunakan untuk tujuan remitansi di Indonesia
3
d. Bukti konfirmasi penjualan Surat Berharga, antara lain berupa trade confirmation yang
disampaikan melalui SWIFT message, tested telex, Reuters Monitoring Dealing System
(RMDS), atau Bloomberg ticket
Perusahaan seperti eksportir, importir dan investor asing yang memiliki eksposur terhadap
risiko nilai tukar Rupiah.
Pihak Asing memiliki saham di Indonesia sebesar ekuivalen USD2,000,000.00 (dua juta dolar
Amerika Serikat). Atas aset berupa saham tersebut, Pihak Asing melakukan lindung nilai
melalui Transaksi DNDF dengan nominal paling banyak ekuivalen USD2,000,000.00 (dua
juta dolar Amerika Serikat) sepanjang Pihak Asing memiliki saham dimaksud.
Nasabah domestik PT. A yang melakukan investasi berupa surat berharga negara dalam
rupiah dan tidak memiliki risiko nilai tukar Rupiah, tidak diperbolehkan melakukan
Transaksi DNDF dengan Underlying Transaksi berupa surat berharga negara dalam rupiah.
Berdasarkan ketentuan PBI DNDF disebutkan bahwa transaksi DNDF tidak dapat di-roll over,
namun apabila nasabah ingin melakukan transaksi baru menggunakan dokumen underlying
yang sama, apakah dapat dilakukan?
Nasabah dapat membuka transaksi DNDF baru dengan menggunakan dokumen underlying
yang sama sepanjang dokumen underlying transaksi masih berlaku, transaksi DNDF yang
baru tidak melampaui nominal underlying dan tidak melebihi jangka waktu underlying.
Pelaporan transaksi DNDF dilakukan melalui form 202 (sama seperti transaksi forward).
Pada kolom Jenis Dokumen diisi dengan kode “999-dengan dokumen underlying lainnya”,
kemudian pada kolom Keterangan Jenis Dokumen diisi dengan kode “DNDF-” diikuti dengan
sandi dokumen underlying yang digunakan. Contoh: “DNDF-004”, artinya transaksi DNDF
dilakukan dengan menggunakan underlying transaksi berupa invoice.
4
Apabila suatu perusahaan mempunyai neraca keuangan dalam USD kemudian mempunyai
kewajiban pembayaran dalam rupiah atau tagihan dalam rupiah, apakah dapat melakukan
transaksi DNDF dalam rangka hedging atas kewajiban dan tagihan dimaksud?
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (4) PBI, transaksi DNDF hanya dapat dilakukan
untuk lindung nilai atas risiko nilai tukar rupiah. Dengan demikian, apabila terdapat
kewajiban atau tagihan dalam IDR sementara neraca keuangan dicatat dalam USD, maka
kewajiban dan tagihan tersebut dapat digunakan sebagai underlying transaksi DNDF.
Contoh, Perusahaan A melakukan transaksi perdagangan dan menerima pembayaran
dalam IDR, maka Perusahaan A dapat melakukan transaksi beli DNDF USD/IDR dengan
underlying berupa tagihan dalam Rupiah dan neraca perusahaan dalam USD.
Apakah importir dapat menggunakan underlying berupa DHE untuk melakukan transaksi
beli DNDF?
Tidak dapat. Underlying berupa DHE hanya dapat digunakan untuk transaksi jual DNDF
USD/IDR. Contohnya eksportir yang membutuhkan rupiah untuk membeli bahan baku lokal,
maka dapat melakukan transaksi jual DNDF dari hasil ekspornya.
Apakah transaksi DNDF yang dilakukan akan mempengaruhi akumulasi threshold jumlah
transaksi derivatif?
Apakah Pihak Asing dapat melakukan transaksi DNDF valas terhadap Rupiah dengan Bank
di dalam negeri untuk kepentingan (on behalf) nasabah di luar negeri yang akan melakukan
investasi di Indonesia?
Transaksi DNDF yang dilakukan oleh Pihak Asing yang mewakili nasabah di luar negeri
kepada Bank domestik tersebut dapat dilakukan sepanjang didukung oleh dokumen
underlying transaksi dari nasabah luar negeri berupa foreign direct investment, portfolio
investment, pinjaman, modal dan investasi lainnya.
Dokumen underlying yang wajib disampaikan antara lain berupa bukti konfirmasi
pembelian atau penjualan SSB seperti trade confirmation yang disampaikan melalui SWIFT
message, tested telex, RMDS dan Bloomberg Ticket.
5
Perusahaan A di dalam negeri memiliki kontrak dengan Perusahaan B, dimana Perusahaan
B memiliki tagihan dalam valas kepada perusahaan A namun pembayaran dilakukan dalam
mata uang rupiah dimana jumlah rupiah yang harus dibayarkan tergantung kurs JISDOR
atau kurs yang disepakati pada saat hari pembayaran. Apakah dengan skema tersebut
dapat menjadi underlying transaksi untuk melakukan transaksi DNDF?
Sesuai dengan pasal 2 ayat (4) PBI 20/10/PBI/2018, Transaksi DNDF dapat dilakukan untuk
lindung nilai atas risiko nilai tukar rupiah. Dengan demikian, skema diatas dapat dilakukan.
Contoh:
Perusahaan A memiliki kewajiban pembayaran pada Perusahaan B tanggal 25 setiap
bulannya eqv. sebesar USD1,000,000, dengan pembayaran pertama tanggal 25 November
2019. Pembayaran disepakati dalam mata uang Rupiah, dengan jumlah rupiah yang
dibayarkan tergantung kurs JISDOR pada tanggal 23 November 2019. Pada tanggal 25
Oktober 2019, Perusahaan A dapat melakukan transaksi DNDF beli USD1,000,000 dengan
kurs DNDF sebesar Rp15.000 dengan underlying berupa tagihan dari perusahaan B
tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan mengenai Kewajiban Penggunaan Rupiah di
Wilayah NKRI.
Apakah Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward digolongkan sebagai produk baru dan
harus dimasukkan dalam rencana bisnis bank?
Hal ini tunduk pada aturan manajemen risiko sebagaimana diatur oleh otoritas pengawas
perbankan. Namun demikian, transaksi ini pada dasarnya merupakan transaksi forward
bersifat plain vanilla sehingga manajemen risiko yang harus diterapkan Bank sama dengan
transaksi forward biasa. Disamping itu, transaksi DNDF juga harus tunduk pada aturan OJK
mengenai kegiatan usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal inti bank.
Apakah Transaksi DNDF masuk dalam perhitungan Posisi Devisa Netto (PDN)?
Transaksi ini tidak masuk dalam perhitungan PDN, karena sesuai dengan PBI
No.5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank umum, yang diperhitungkan dalam PDN
adalah transaksi yang menimbulkan tagihan dan kewajiban dalam valuta asing dimasa
mendatang yang merupakan komitmen dan kontinjensi.
Apa yang harus dilakukan bank dalam hal terjadi force majeure dimana JISDOR tidak ter-
update?
6
Sesuai diskusi mengenai market convention dengan IFEMC pada tanggal 1 Oktober 2018,
apabila terjadi force majeure pada JISDOR maka kurs JISDOR yang digunakan adalah JISDOR
hari sebelumnya.
Sesuai dengan pasal 11 ayat (4) PBI 20/10/PBI/ 2018 Dokumen Underlying Transaksi DNDF
yang sama tidak boleh digunakan pada lebih dari 1 (satu) Bank dalam seluruh sistem
perbankan Indonesia pada waktu yang bersamaan. Sehingga berdasarkan contoh tersebut,
maka Nasabah A tidak dapat menggunakan underlying yang sama untuk transaksi dengan
Bank B. Atas hal tersebut, jika diperlukan dapat dibuat surat pernyataan dari bank custody
yang menatausahakan portofolio tersebut bahwa nasabah/investor menjaga nilai
portofolio paling tidak sebesar lindung nilai yang dilakukan.
PT A mengeluarkan invoice dalam rupiah kepada PT E dimana kedua pihak setuju bahwa
invoice tersebut linked to JISDOR sehingga nilai rupiah yang akan dibayarkan oleh PT E
tergantung dengan kurs JISDOR pada tanggal jatuh waktu. Dalam hal ini, maka PT E terpapar
risiko nilai tukar rupiah. Apakah skema tersebut dapat dijadikan underlying untuk
melakukan transaksi DNDF?
Sesuai dengan pasal 2 ayat (4) PBI 20/10/PBI/2018, Transaksi DNDF dapat dilakukan untuk
lindung nilai atas risiko nilai tukar rupiah. Dengan demikian, skema diatas dapat dilakukan
dengan menambahkan keterangan sebagai berikut:
1. Nilai tagihan dalam rupiah dan nilai kurs yang digunakan pada saat penerbitan
invoice, dan/atau
2. Statement pada invoice yang menyebutkan bahwa nilai yang akan dibayar
mengikuti kurs yang berlaku pada tanggal pembayaran.
Investor Asing E melakukan investasi portofolio di aset rupiah (SBN, Saham atau aset lain)
pada tgl 2 Jan 2019 eqv. sebesar Rp.1 Triliun. Pada tanggal tanggal 2 Februari 2019, nilai
mark to market investasi portofolio tersebut adalah eqv. sebesar Rp1,2 triliun. Investor
asing E bemaksud melakukan hedging DNDF. Apakah Investor Asing E dapat melakukan
transaksi DNDF dengan nominal underlying eqv. senilai Rp1,2 triliun yang merupakan nilai
mark to market dari aset portofolio tersebut?
Sesuai pasal 4 huruf b PBI No.20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestik Non-Deliverable
Forward, nominal transaksi DNDF tidak melebihi nominal underlying transaksi. Dengan
demikian, Investor Asing E dapat melakukan transaksi DNDF dengan nominal mengacu pada
nilai mark to market portfolio investasi yang tercatat pada bukti kepemilikan investasi
(statement of holding) atau sesuai harga yang dikeluarkan oleh pihak independen yang
berwenang, pada saat transaksi DNDF dilakukan.