DISUSUN OLEH :
PROGRAM STUDI
FAKULTAS FARMASI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan untuk kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
PENGARUH VARIASI METODE EKSTRAKSI SECARA MASERASI DAN
DENGAN ALAT SOXHLET TERHADAP KANDUNGAN KURKUMINOID DAN
MINYAK ATSIRI DALAM EKSTRAK ETANOLIK KUNYIT (Curcuma domestica
Val.)
ABSTRACT
Rhizome turmeric plant (Curcuma domestica Val.) have been used from
generation to generation by Indonesian society as a traditional medicine. Active
compounds in the rhizome of turmeric, which is often used as traditional medicine is
curcuminoid as anti-inflammatory and essential oils efficacious to prevent the release
of excessive stomach acid.
The rhizome of turmeric was extracted with two kinds of methods such as
maceration and with tool of Soxhlet using ethanol then thickened with a rotary
vacuum evaporator. Curcuminoid then determined by visible spectrophotometer and
essential oils levels set by distillation Stahl in % v/b.
tanaman obat. Tanaman obat penggunaannya dapat dalam bentuk segar, tunggal
maupun campuran, serta dapat berupa ramuan yang lebih dikenal sebagai obat
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah
tradisional berkembang pesat. Bahan baku berupa simplisia banyak sekali diminati
oleh industri, salah satunya rimpang kunyit (RK) (Rukmana, 1994). Simplisia adalah
bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Anonim, 2005). Kebutuhan industri terhadap kunyit tinggi yaitu 1.355 ton/tahun
jumlahnya yang diserap oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki
peringkat pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama dengan
Sebagian besar jamu yang beredar di Indonesia, Malaysia, dan beberapa Negara
lain selalu menggunakan kunyit sebagai salah satu bahan baku (Nugroho, 1998).
berkhasiat untuk mengobati sakit perut, diare, asma, sakit kepala, keputihan, haid
kurkuminoid (Oomah, 2000) dan minyak atsiri (MA) (Rukmana, 1994). Warna
komponen utama tumbuhan kunyit dan memiliki peran penting dalam aktivitas
dan Adnyana, 2004). Zat warna kuning tersebut larut dalam alkohol dan asam
asetat glasial, tetapi tidak dapat larut dalam air dan eter (Tarujaya, 1992;
simetris dan dihubungkan dengan satu rantai heptadiena (Suwanto, 1983 yang
Kunyit mengandung senyawa minyak atsiri (MA) (6%) yang terdiri dari
keluarnya asam lambung yang berlebihan dan mengurangi peristaltik usus yang
telah disebutkan (Sumiati et al, 2004), kunyit juga mengandung protein, fosfor,
tradisional maju pesat, sehingga obat tradisional pun telah berhasil membuat
agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang
mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur
ekstrak. Bila kualitas ekstrak meningkat, maka kualitas sediaan obat tradisional
ikut meningkat. Peningkatan kualitas ekstrak dapat dimulai dari metode ekstraksi
yang digunakan untuk dapat menghasilkan ekstrak dengan kandungan senyawa
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Anonim, 1986). Metode ekstraksi dibagi menjadi dua jenis, antara lain cara
dingin dan cara panas. Metode ekstraksi yang tergolong cara dingin adalah
maserasi dan perkolasi sedangkan metode ekstraksi yang tergolong cara panas
adalah refluks, dengan alat Soxhlet, digesti, dan infus (Anonim, 2000).
ekstrak dengan kandungan senyawa aktif secara maksimal, maka pada penelitian
secara maserasi dan sokletasi yang akan memberikan hasil yang berbeda, sehingga
dari perbedaan tersebut dapat diketahui metode pembuatan ekstrak yang paling
baik. Senyawa aktif yang diekstraksi dengan kedua metode ekstraksi tersebut
dimana digunakan untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam
hingga meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat –zatnya akan larut
(Ansel, 1985; Voigt, 1971) dan digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986).
bertekstur lunak dan tidak tahan pemanasan secara langsung karena suhu
tahan pemanasan secara langsung karena akan terurai sehingga metode dengan
dengan alat Soxhlet (cara panas) untuk mengetahui metode ektraksi terbaik di
dengan membaca jumlah volume MA yang tertampung dalam buret berskala pada
rangkaian alat destilasi air dengan metode destilasi Stahl. Kemudian banyaknya
Digunakan etanol sebagai pelarut karena etanol merupakan pelarut yang universal
yang dapat menarik hampir sebagian besar senyawa kimia yang terkandung di dalam
herba (Runadi, 2007). Pertimbangan lainnya adalah etanol sebagai penyari karena
lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh, tidak beracun, netral, dan panas yang
diperlukan untuk pemekatan relatif lebih sedikit (Anonim, 1986), juga etanol tidak
kunyit 3,2% (Anonim, 2004). Berdasarkan hal tersebut diharapkan RK penelitian ini
a. Adakah pengaruh metode yaitu maserasi dam dengn alat Soxhlet terhadap kadar
kurkuminoid dalam extrak etanolik RK?
b. Adakah pengarhuh variasi metode yaitu maserasi dan dengan alat Soxhlet terhadap kadar
MA dalam extrak etanolik RK?
1.3. Tujuan
a. Untuk mendapatkan ekstrak RK yang paling baik diantara kedua metode extraksi , yaitu
maserasi dan dengan alat Soxhlet
b. Untuk mengetahui adanya pengaruh variasi metode ekstraksi secara maserasi dan dengan
alat Soxhlet terhadap kandungan krkuminoid dan MA extrak RK dengan etanol 95%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi
A. Uraian Kunyit
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar di sekitar hutan/bekas kebun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia
Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina
(Anonim, 2006).
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
henda (Kalimantan), Kunyit (Nusa Tenggara), Uinida (Sulawesi), Kurlai (Maluku), Rame
Pemerian. Bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan
jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan; bentuk hampir bundar sampai
dinding sel menggabus. Korteks dan silinder pusat: parenkimatik, terdiri dari sel-
sel besar, penuh berisi pati. Butir pati: Tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur
dengan satu sisi membulat; Sel sekresi: Banyak tersebar, bentuk bulat atau
lonjong berisi minyak berwarna kuning jingga yang sebagian mendamar dan
pada korteks dan pada silinder pusat, berkas pembuluh di bawah endodermis
turmeron, alfa dan beta turmeron, curlon, curcumol, atlanton, turmerol (minyak
glukosa, pati, tanin dan damar serta mineral, yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb,
senyawa MA (6%) yang terdiri dari sejumlah monoterpen dan keton seskuiterpen,
selain yang telah dijelaskan oleh Sudarsono, 1996 (Wikipedia, 2007). Basis warna
1999), kunyit juga mengandung protein, fosfor, kalium, besi, dan vitamin C
(Soedibjo, 1998).
keputihan, haid tidak lancar, dan sebagai ekspektoran (Duke, 2008). Selain itu
sebagai penawar racun (antidota), penguat lambung dan penambah nafsu makan
(Rukmana, 2004).
B. Uraian Kurkuminoid
kunyit (Chattopadhyay et al, 2004 ; Sumiati et al, 2004; Dandekar dan Kaikar,
2002) oleh sebab itu kurkuminoid (kebanyakan berupa kurkumin) banyak menjadi
2004). Kurkumin murni sangat sulit diperoleh langsung dari RK karena seringkali
xanthorrhiza, Roxb.) dan pada tanaman temugiring (Curcuma heyneana, Val. &
(Jaruga, 1998 ; Pan, 1999) memiliki berat molekul 368, 126 (Tonnesen, &
Karlsen, 1983; Wikipedia, 2007). Kurkumin tergolong senyawa diarilheptanoid
Pertama kali kurkumin ditemukan pada tahun 1815 oleh Vogel dan
Pelletier (van der Goot, 1997). Kristalisasi kurkumin pertama kali dilakukan oleh
Daube pada tahun 1870 dan elusidasi struktur kimia dilakukan pada tahun 1910
oleh Lampe. Sintesis kurkumin pertama kali dilakukan oleh Lampe dan
Milobedzka pada tahun 1913 (Roughly and Whiting, 1973). Struktur kimia
O O
H3CO OCH3
R
R1 2
Keterangan :
R1 =R2= H Bisdemetoksikurkumin
dan Ma’mun, 2005). Instabilitas kurkumin juga dipengaruhi oleh adanya cahaya
yang menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut (van der
Goot, 1997; Supardjan, dan Meiyanto, 2002) dan oleh sinar ultraviolet
Tarujaya, 1992) dan aseton (Joe, Vijaykumar, Lokesh, 2004; Chattopadhyay et al,
2004; Araujo dan Leon, 2001) tetapi tidak dapat larut dalam air, eter (Windholz,
Venkatesan, Babu, 2000; Siddiqui, Cui, Wu, Dong, Zhou, Hu, Simms, Wang,
Kawakishi, 1995) karena memiliki dua cincin fenol simetris dan dihubungkan
dengan satu rantai heptadiena (Suwanto, 1983 yang diacu dalam Sihombing,
2007). Kurkumin memiliki dua gugusan hidroksi atau dua gugusan fenol, maka
sering disebut sebagai senyawa polifenol (Madigan, 2005; Oomah, 2000;
Wikipedia, 2007).
Anonim, 1993).
(Anonim, 1985). MA adalah zat berbau yang terdapat dalam berbagai bagian
tanaman, karena menguap bila dibiarkan di udara pada suhu kamar, maka disebut
1988).
pewangi atau penyedap (flavoring). Selain itu, MA juga banyak digunakan dalam
analgesik, haemolitik, sedatif, stimulan untuk obat sakit perut, dan bakterisida
parfum dan kosmetik, sebagai penyedap rasa makanan (Tyler et al, 1988).
Kunyit mengandung MA 2-5% terdiri dari seskuiterpen dan turunan
curcumen, humulen, Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan damar serta
mineral, yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb, Zn, Co, Al, dan Bi (Sudarsono,
1996).
MA kunyit memiliki berat jenis 0,941, rotasi optik pada suhu 20°C
adalah -190.18, indeks bias pada suhu 20°C adalah 1.5025. Warna MA kuning
dan mempunyai bau yang khas dan rasa pedas (Guenther, 1952).
berlebihan dan mengurangi peristaltik usus yang terlalu kuat (Tampubolon, 1981)
campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disulng. Air dipanaskan
dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung,
mantel uap, pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini
ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Guenther, 1948).
Penyulingan ini dilakukan pada material basah ataupun kering yang bisa
rusak karena perebusan. Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di
atas rak –rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai
permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan
berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas
dari metode ini adalah: 1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu
panas; 2) bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan
Penyulingan cara ini tidak memerlukan air, uap air panas yang biasanya
bertekanan lebih dari 1 atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap. Peralatan yang
dipakai tidak berbeda dengan penyulingan dengan air dan uap, hanya diperlukan
alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan (Anonim, 1985). Uap yang
digunakan adalah uap jenuh, uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang
berpori yang terletak di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan
yang terletak di atas saringan (Guenther, 1948). Penyulingan ini baik digunakan
untuk membuat MA dari biji, akar, kayu yang umumnya mengandung komponen
1. Tujuan ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Anonim,
1986).
Ekstraksi dilakukan untuk menyari zat –zat berkhasiat atau zat –zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
Zat–zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda
yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 1986).
a. Cara dingin.
1) Maserasi
b. Cara panas
1) Refluks
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif
3) Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50 C.
4) Infus
selama waktu 15-20 menit di penangas air, berupa bejana infus tercelup dalam
3. Uraian maserasi
“merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus
susunan sel, sehingga zat –zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1985).
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. Cairan penyari yang digunakan
Bila cairan penyari yang digunakan adalah air maka untuk mencegah
timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal
terhadap simplisia, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1994).
luar sel. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu
diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari seperti penyari malam dan
lain-lain (Anonim, 1986). Cara ekstraksi maserasi ini dilakukan 3 x 24 jam, hal ini
dilakukan supaya senyawa yang terkandung dalam herba tertarik (Runadi, 2007).
Alat Soxhlet adalah suatu suatu alat terbuat dari gelas yang bekerja
secara kontinyu dalam menyari. Pada proses ini sampel yang akan disari
dimasukkan pada alat Soxhlet, lalu setelah dielusi dengan pelarut yang cocok
sedemikian rupa sehingga akan terjadi dua kali sirkulasi dalam waktu 30 menit
(Harborne, 1987).
diembunkan oleh pendingin udara menjadi tetesan –tetesan yang akan terkumpul
kembali dan bila melewati batas lubang pipa samping Soxhlet, maka akan terjadi
1987).
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstrak
(kertas, karton, dan sebagainya) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja kontinyu. Wadah gelas yang berisi sampel diletakkan di antara labu suling
dan suatu pendingin aliran balik. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap
dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet, berkondensasi
di dalamnya, menetes ke atas bahan yang akan diekstraksi dan membawa keluar
bahan yang diekstraksi. Larutan yang terkumpul dalam wadah gelas dan setelah
pelarut murni berikutnya. Pada cara ini bahan terus diperbaharui artinya
Kelemahannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama sampai
beberapa jam, sehingga kebutuhan energinya tinggi dan dapat berpengaruh negatif
(Lenny, 2006). Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna
.
5. Cairan penyari
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini: murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat yang berkhasiat yang
Cairan penyari yang biasa digunakan adalah air, eter atau campuran
etanol dan air (Anonim, 1979). Air atau etanol menjadi acuan cairan
pengekstraksi, karena banyak bahan tumbuhan larut dengan air atau etanol (Voigt,
1971).
b. Etanol
universal yang dapat menarik hampir sebagian besar senyawa kimia yang
optimal, di mana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan
pengekstraksi, selain itu ekstrak etanol sulit ditumbuhi kapang dan kuman, dan
F. Uraian Ekstrak
1. Definisi ekstrak
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan cair
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai
2. Pengelompokan ekstrak
encer (extractum tenue) sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat
dituang, (b) ekstrak kental (EK) (extractum spissum) sediaan ini liat dalam
keadaan dingin dan tidak dapat dituang. EK mengandung air tidak lebih dari 30%,
(c) ekstrak kering (extractum siccum) memiliki konsistensi kering dan mudah
terbentuk suatu produk, yang mengandung air tidak lebih dari 5%, (d) Ekstrak cair
(extractum fluidum), memiliki konsistensi cair dan mudah dituang (Voigt, 1994).
3. Ekstrak kunyit
a. Pemerian :Bentuk: kental; warna: kuning; bau: khas; rasa: agak pahit.
yang mempengaruhi penguapan adalah suhu, waktu, cara penguapan, dan konsentrasi
(Anonim, 1986).
yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk EK yang konsistensinya liat dan
kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak cair. Proses
larutan pengekstraksi yang lebih cepat karena adanya tekanan dan suhu yang
diatur tidak terlalu tinggi untuk menjaga stabilitas senyawa (Voigt, 1994). Tujuan
(Anonim, 2000).
H. Uraian Spektrofotometri
radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion, atau
molekul, sedang variasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang
ultraviolet (200 nm-400 nm) dan sinar tampak (400 nm-800 nm) akan
atau alat. Hukum Beer mungkin tidak cocok disebabkan oleh adanya perubahan
kadar zat yang dilarutkan, karena adanya asosiasi antar molekul zat atau antara
oleh sinar polikromatik, lebar cerah atau sinar menyimpang. Larutan yang
blanko. Maksud dari larutan blanko adalah untuk mengatur spektrofotometer hingga
pada panjang gelombang yang digunakan mempunyai serapan nol (Anonim, 1974).
I. Validasi Metode
1. Akurasi
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan
2004).
2. Presisi
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari
rata –rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang
diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi biasanya dinyatakan
tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi
untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi
(jumlah) analit dalam sampel. Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas
dari metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, linieritas, dan
akurasi yang bisa diterima (Harmita, 2004). Persyaratan data linearitas yang bisa
diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,99 atau r2 ≥ 0,997 (Pelczar,
4. Spesifisitas
tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin
hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,
senyawa asing lainnya atau membawa placebo dengan hasil analisis sampel tanpa
penambahan bahan –bahan tadi. Penyimpangan hasil merupakan selisih dari hasil uji
LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan
linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis
linier Y = A + BX, sedangkan simpangan baku blangko sama dengan simpangan baku
(Harmita, 2004).
BAB III
METEDEOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan model rancangan quasi eksperimental yaitu membandingkan kadar
kurkuminoid dan MA dalam ekstrak RK dengan variasi metode secara maserasi dan dengan
alat Soxhlet sebagai perlakuan
Tahapan penelitian
Klasifikasi variabel
a. Variabel bebas
b. Variabel tergantung
Umur RK.
pengacau namun dapat dikendalikan karena pembelian RK dilakukan hanya pada satu
pedagang di pasar Bringhardjo, sehingga diharapkan bila tanaman kunyit berasal dari satu
daerah memiliki kandungan kurkuminoid dan MA yang sama. Bila berbeda daerah asal,
maka dapat mempengaruhi kadar kurkuminoid dan MA hal ini dikarenakan adanya
perbedaan iklim, suhu tanah, kandungan tanah, keasaman tanah, jenis tanah, umur
tanaman, dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar zat aktif tanaman kunyit
(Mariastuty, 2002).
Definisi operasional
. Maserasi
Merupakan metode ekstraksi berkesinambungan karena pelarut selalu baru membasahi sampel.
Ekstraksi dihentikan apabila warna pelarut dalam tabung sifon telah bening secara visual.
Merupakan hasil penyarian serbuk simplisia RK secara maserasi yang telah dikentalkan
dengan alat VRE sampai volum ekstrak cairnya seperlima dari volum ekstrak cair semula
yang dimasukkan.
Merupakan hasil penyarian serbuk simplisia RK dengan alat Soxhlet yang telah dikentalkan
dengan alat VRE sampai volum ekstrak cairnya setengah dari volum ekstrak cair semula yang
dimasukkan.
Merupakan volume MA yang diperoleh dari masing–masing metode ekstraksi yakni maserasi
dan dengan alat Soxhlet yang dihasilkan dari setiap bobot penimbangan ekstrak dengan
Merupakan jumlah total kurkuminoid yang terukur oleh spektrofotometer visible yang telah
tervalidasi dengan menggunakan kurkumin baku pada panjang gelombang maksimum 420
nm.
Merupakan perbedaan secara signifikan kadar kurkuminoid dan MA antara hasil MEM
1) Bahan utama yang digunakan adalah ekstrak kental RK yang diperoleh dari
2) Bahan lain yang digunakan antara lain yaitu Aquadest, aseton p.a. (Merck),
asam borat p.a.(Merck), asam oksalat p.a., etanol teknis 95% (Merck), dan
baku kurkumin.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, ayakan, timbangan
analitik, oven, labu berskala, VRE, spektrofotometer UV – Vis SP 3000, pompa vacuum,
timbangan, alat-alat gelas, labu alas bulat 1 L, alat Soxhlet, seperangkat maserator, Corong
1) Metode maserasi
Ditimbang 100 g serbuk kering kunyit dan dimasukkan ke dalam maserator ditambah 1,0
L etanol 95 %. Ekstraksi dilakukan selama tiga hari, setiap 24 jam sekali pelarut diganti
dengan pelarut yang baru, prosedur per harinya adalah bahan dalam alat gelas (Erlenmeyer)
digojog dengan alat maserasi yang telah diatur untuk menggojog selama 6 jam, kemudian alat
dengan otomatis berhenti, kemudian bahan didiamkan sampai mencapai waktu 24 jam.
Setelah itu hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam wadah dengan cara disaring dengan kain
katun agar serbuk tidak ikut masuk ke dalam wadah tertentu. Setelah tiga kali penggantian
pelarut, hasil ekstraksi yang telah ditampung dalam wadah tertentu yang berwujud ekstrak cair
kemudian dikentalkan dengan VRE untuk mendapatkan ekstrak kental (EK) kunyit. Replikasi
Ditimbang 100 g serbuk kering kunyit dan dimasukkan ke dalam sifon kemudian
ditambahkan dengan 2 kali sirkulasi etanol 95 % (total pelarut ±544,6 ml per replikasi).
Ekstraksi dilakukan sampai semua kandungan kimia simplisia terekstraksi ditandai dengan
jernihnya larutan penyari di dalam tabung sifon, biasanya larutan penyari dalam tabung sifon
menjadi jernih bila telah mengalami 20 – 25 sirkulasi. Replikasi dilakukan sebanyak 5 kali
Ekstrak cair yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan metode maserasi dan dengan
alat Soxhlet dikentalkan dengan menggunakan VRE pada suhu 500C dan tekanan 72 mbar,
kemudian hasil berupa ekstrak cair, dikentalkan menggunakan oven pada suhu 400C.
Ditimbang 2,0 g ekstrak kental rimpang kunyit dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
kemudian ditambahkan aquadest 200 ml. Labu dipanaskan dengan penangas, sehingga
penyulingan pun berlangsung selama 6 jam. Setelah selesai, dibiarkan selama tidak kurang
dari 15 menit, volume MA pada labu berskala dicatat. Kadar MA dihitung dalam % v/b.
BAB IV
PEMBAHASAN
hal ini RK. Apakah RK tersebut setelah diidentifikasi benar- benar merupakan
dengan literatur. Literatur yang dipakai adalah Materia Medika Indonesia (MMI),
mikroskopis.
1. Organoleptik
Pengamatan
Kunyit Sampel MMI
Organoleptik
diidentifikasi merupakan rimpang tanaman kunyit karena bau, rasa, warna, dan
2. Makroskopis
1-3 mm
tebal= 1- 5 mm
bentuk rimpang sampel telah memenuhi kriteria pada RK pada MMI, yaitu bentuk
kepingan bulat, pada MMI disebutkan kepingan hampir bundar sampai bulat
memenuhi syarat diameter RK pada MMI, yaitu diameter 0,5 – 3 cm, dan tebal 1-5
mm. Warna rimpang sampel telah sama dengan kriteria warna RK pada MMI.
Cara Maserasi
95% (Anonim, 2004). Digunakan etanol sebagai pelarut karena etanol merupakan pelarut
yang universal yang dapat menarik hampir sebagian besar senyawa kimia yang terkandung
di dalam herba (Runadi, D., 2007) dalam hal ini kurkuminoid dan MA dalam kunyit.
kapang dan kuman sulit tumbuh, tidak beracun, netral, dan panas yang diperlukan
untuk pemekatan relatif lebih sedikit (Anonim, 1986), juga etanol tidak
menghambat kerja enzim (Voigt, 1994). Digunakan konsentrasi 95% karena etanol
95% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dalam hal
ini kurkuminoid dan MA dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke
distribusi cairan penyari sehingga konsentrasi akan tetap terjaga karena adanya
derajat perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel
(Anonim, 1986).
2004). Dilakukan 5 kali replikasi dengan masing – masing replikasi sebanyak 100
gram serbuk menggunakan etanol 95% sebanyak 1000 ml untuk 24 jam, karena
adalah 3000 ml untuk satu kali replikasi. (Anonim, 2004). Penggantian pelarut
dilakukan karena larutan telah menjadi jenuh (Anonim, 1986) ditandai dengan
pekatnya warna cairan ekstrak 24 jam pertama yaitu jingga tua sehingga dilakukan
penggantian pelarut yang baru untuk 24 jam kedua, dan 24 jam ketiga untuk
mengoptimalkan penyarian.
penyaringan. Hal ini bertujuan agar sisa ampas serbuk RK tidak terikut ke dalam
maserat, sehingga didapatkan maserat yang murni bebas partikel serbuk. Bebas
serbuk karena yang akan kita gunakan pada tahap selanjutnya untuk penetapan
penyaringan.
ditampung dalam satu wadah untuk per replikasi. Per replikasi agar diketahui bobot
EKnya setelah dilakukan penguapan dengan VRE. Dari ekstrak hasil maserasi
(EHM) ini diperoleh rata – rata bobotnya untuk 5 replikasi sebanyak 14,7732 gram.
Angka ini didapatkan dari membagi total bobot seluruh replikasi dengan banyaknya
Cara dengan alat Soxhlet ekstrak RK digunakan serbuk simplisia RK dengan cairan
penyari etanol 95%. 100 gram serbuk RK dimasukkan ke dalam pembungkus kertas saring
kemudian diletakkan ke dalam tabung sifon dan dialirkan dengan etanol 95% sebanyak dua
sirkulasi (Harborne, 1987), cairan penyari akan tertampung di dalam labu alas bulat. Rata –
rata jumlah total cairan penyari 2 sirkulasi dari 5 replikasi untuk 1 replikasi adalah 544,6 ml.
Metode dengan alat Soxhlet dapat dikatakan lebih hemat dalam hal jumlah
pelarut (Lenny, 2006), hal ini dikarenakan prinsip alat ini yaitu pelarutnya yang
setelah menarik kurkuminoid, menguap karena pemanasan (tanpa ada zat aktif yang
begitu seterusnya dan pelarutnya tidak pernah habis (Harborne, 1987; Voigt, 1995).
Suhu yang digunakan adalah 50°C karena dianggap optimal dalam menguapkan
pelarut dan tidak merusak senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia. Proses
ekstraksi dihentikan apabila pelarut dalam tabung sifon yang berisi kertas saring
berisi serbuk RK telah bening secara visual, bila telah bening berarti proses
ditampung dalam suatu wadah yang terpisah. Hal ini dilakukan agar diketahui
masing –masing bobot ekstrak per replikasinya sehingga didapatkan rata–rata EK-
nya yaitu 17,3418 gram. Angka ini didapatkan dari membagi total bobot seluruh
Ekstrak Kunyit
2,0957 2,0002 2,0111 2,0612 2,1877
(gram)
SD 2,0376
CV (%) 10,5500
Replikasi IV Replikasi V
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Ekstrak kunyit
2,0182 2,0398 2,0734 2, 3372 2,0247
(gram)
Volume MA
0,3700 0,3500 0,3200 0,3600 0,3600
(gram)
SD 2,0298
CV (%) 11,7874
= -1,859 sampai 1,859, jadi thitung < t tabel → 1,3594 < 1,859 maka Hnull diterima
yaitu kadar MA dari ekstrak RK dengan MEM dan MES tidak berbeda.
5.1.Kesimpulan
kurkuminoid antara metode ekstraksi maserasi dan dengan alat Soxhlet berbeda signifikan,
maka ada pengaruh variasi metode ekstraksi antara maserasi dan dengan alat Soxhlet untuk
kadar kurkuminoid dalam ekstrak rimpang kunyit, dalam hal ini metode ekstraksi yang paling
2. Dari hasil perhitungan statistik dengan Uji T menunjukkan bahwa kadar minyak
atsiri antara metode ekstraksi maserasi dan dengan alat Soxhlet tidak berbeda signifikan. Hal
ini menunjukkan tidak ada pengaruh variasi metode ekstraksi antara maserasi dan dengan alat
Soxhlet untuk kadar minyak atsiri dalam ekstrak rimpang kunyit. Kedua metode ekstraksi baik
secara maserasi maupun secara alat soxhlet sama baiknya dalam mengekstraksi rimpang