Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

“ FAKTOR UMUM PENYEBAB KORUPSI Serta FAKTOR INTERNAL DAN


EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI”

Oleh:
D3 Kebidanan Semester VI
1. Meidita Rohmawati (P27824116007)
2. Djayanti Dyah Wilujeng (P27824116025)
3. Vinda Dwi Dewanti (P27824116026)
4. Josydha Alya (P27824116034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Korupsi adalah suatu tindak pidana yang merugikan banyak pihak. Penyebab
adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara
umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau orang lain secara tidak sah.
Banyak kasus korupsi yang sampai sekarang tidak diketahui ujung pangkalnya.
Korupsi tidak akan pernah bisa kita pisahkan dari apa yang dinamakan kekuasaan. Di
mana ada kekuasaan, pasti ada korupsi. Hal ini telah menjadi kodrat dari kekuasaan itu
sendiri, yang menjadi “pintu masuk” bagi terjadinya tindakan korupsi. Kekuasaan dan
korupsi yang selalu berdampingan.
Sesuai dengan definisinya, korupsi sebagai perilaku yang menyimpang
merupakan suatu tindakan yang melanggar aturan etis formal yang dilakukan oleh
seseorang dalam posisi otoritas publik (penguasa). Korupsi cenderung dilakukan oleh
orang yang memiliki kuasa atau wewenang terhadap sesuatu. Apabila seseorang tersebut
tidak memiliki kuasa, kecil kemungkinan bagi dirinya untuk melakukan korupsi.
Namun, merupakan suatu kemustahilan bagi manusia yang tidak memiliki sebuah
‘kekuasaan’. Selain itu, ciri paling utama dari korupsi adalah tindakan tersebut
dilakukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi semata dan merugikan pihak lain
di luar dirinya.
Melihat konteks kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, korupsi kelas
kakap, merupakan korupsi serius yang merugikan negara dan masyarakat banyak.
Korupsi yang dimaksud ini juga tidak lepas dari masalah kekuasaan. Para pejabat publik
telah dengan sengaja menyalahgunakan wewenangnya untuk melakukan tindakan
melanggar hukum untuk kepentingan pribadi. Seorang pejabat publik yang memegang
kekuasaan (memiliki wewenang) secara otomatis memiliki daya untuk mempengaruhi
kebijakan yang akan dikeluarkan. Sesuai dengan sifat dari kekuasan (kekuasaan politik)
itu, yaitu mengendalikan tingkah laku manusia (masyarakat) secara koersif (memaksa)
agar supaya masyarakat bersedia tunduk kepada negara (pemerintah). Dalam hal ini,
setiap kebijaksanaan yang diberlakukan sejatinya merupakan sebuah ketentuan atau
aturan yang sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Dari sini lah
peluang untuk terjadinya tindakan korupsi besar sekali.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan factor-faktor penyebab korupsi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor umum penyebab korupsi
2. Mahasiswa dapat membedakan faktor internal dan eksternal penyebab
terjadinya perilaku korupsi
3. Mahasiswa mampu menyimpulkan faktor internal dan eksternal penyebab
terjadinya perilaku korupsi
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sikap diri sendiri yang cenderung
mendorong perilaku korup
5. Mahasiswa dapat menumbuhkan sikap anti korupsi di lingkungan kampus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor-faktor Umum Penyebab Korupsi


Penyebab adanya tindakan korupsi sangat bervariasi dan beraneka ragam. Akan
tetapi, penyebab korupsi secara umum dapat dirumuskan sesuai dengan pengertian
korupsi itu sendiri uyang bertujuan mendapatkan keuntungan pribadi/ kelompok/
keluarga/ golongannya sendiri.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Boulogne atau sering disebut GONE
Theory bahwa factor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi sebagai berikut:
a. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang.

b. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau


masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang
untuk melakukan kecurangan.

c. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-


individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

d. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang


dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.

Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)


korupsi yaitu individu atau kelompok, baik dalam organisasi maupun di luar organisasi
yang melakukan korupsi dan merugikan pihak korban. Adapun factor-faktor
Opputinities dan Exposures yang berkaitan dnegan perbuatan korupsi, yaitu organisasi,
institusi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan
tindakan korupsi ada 2 yaitu, faktor dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak
dan sebagainya) serta factor rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya
kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya.

2.2 Faktor-faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi


Ditinjau dari hubungan pelaku korupsi dengan lingkungannya, tindakan
korupsi pada dasarnya bukan merupakan peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi
menyangkut bebagai hal yang berisfat kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa dari
internalpelaku korupsi itu snediri, tetapi juga bisa berasal dari situasi lingkungan yang
mendukung seseorang melakukan korupsi.
2.2.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang
dapat diidentfikasi dari hal- hal berikut :
a. Aspek perilaku individu
1) Sifat Tamak/rakus manusia
Korupsi buakn kejahatan yang hanya kecil-kecilan karena membutuhkan
makan. Korupsi bisa terjadi pada orang yang tamak/rakus walaupun sudah
berkecukupan, tetapimasih juga merasa kurang, mempunyai hasrat memperkaya
diri sendiri. Korupsi berkaitan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu
(syarbani, 2011)
Menurut Nursyan (2000) dalam Kemendikbu (2011) bahwa penyebab
seseorang melakukan korupsi adalah karena kegodaannya karean dunia
mteriatau kekayaan yang tidak mampu ditahan.ketika dorongan menjadi kaya
tidak mampu ditahan, akses kea rah kekayaan bisa diperoleh melalui cara
berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi
2) Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya atau
pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu. Moral yang kurang kuat
salah satu penyebabnya adalah lemahnya pembelajaran agama dan etika.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), etika adalah nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika
merupakan ajaran tentang moral atau norma tingkah laku yang berlaku dalam
suatu lingkungan kehidupan manusia. Seseorang yang menjunjung tinggi etika
atau moral dapat menghindarkan perbuatan korupsi walaupun kesempatan ada.
Akan tetapi, kalau moralnya tidak kuat bisa tergoda oleh perbuatan korupsi,
apalagi ada kesempatan. Sebetulnya banyak ajaran dari orangtua kita mengenai
apa dan bagaimana seharusnya kita berperilaku, yang merupakan ajaran luhur
tentang moral. Namun dalam pelaksanaannya sering dilanggar karena kalah
dengan kepentingan duniawi.
3) Penghasilan yang kurang memadai
Penghasilan seorang pegawai selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang
wajar. Apabila hal itu tidak terjadi, seseorang akan berusaha memenuhinya
dengan berbagai cara. Akan tetapi, apabila segala upaya yang dilakukan
ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini akan mendorong tindak
korupsi, baik korupsi waktu, tenaga, maupun pikiran.
Menurut teori GONE dari Jack Boulogne, korupsi disebabkan oleh
salah satu faktor atau lebih dari: keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan
kelemahan hukum. Karena adanya tuntutan kebutuhan yang tidak seimbang
dengan penghasilan, akhirnya pegawai yang bersangkutan dengan
keserakahannya akan melakukan korupsi.
4) Kebutuhan hidup yang mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas, di antaranya dengan melakukan korupsi.
Kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan seseorang terdesak dalam segi
ekonomi. Orang bisa mencuri atau menipu untuk mendapatkan uang. Di
samping itu, untuk mencukupi kebutuhan keluarga orang mungkin juga
mencari pekerjaan dengan jalan yang tidak baik. Untuk mencari pekerjaan
orang menyuap karena tidak ada jalan lain untuk mendapatkan pekerjaan kalau
tidak menyuap, sementara tindakan menyuap justru malah mengembangkan
kultur korupsi (Wattimena, 2012).
5) Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseorang
konsumtif atau hedonis. Perilaku konsumtif apabila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan mendorong seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan guna memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan
itu adalah dengan korupsi. Menurut Yamamah (2009) dalam Kemendikbud
(2011), ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem
politik yang masih mendewakan materi berkembang, hal itu akan memaksa
terjadinya permainan uang dan korupsi.
6) Malas atau tidak mau bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar
keringat atau malas bekerja. Sifat semacam ini berpotensi melakukan tindakan
apapun dengan cara-cara mudah dan cepat atau jalan pintas, di antaranya
melakukan korupsi.
7) Ajaran agama yang kurang diterapkan
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius, yang tentu melarang tindak
korupsi dalam bentuk apa pun. Agama apa pun melarang tindakan korupsi
seperti agama Islam yang juga mengecam praktik korupsi. Istilah riswah
terdapat dalam Islam yang bermakna suap, lalu di Malaysia diadopsi menjadi
rasuah yang bermakna lebih luas menjadi korupsi.
Apa yang dikecam Islam bukan saja perilaku korupnya, melainkan juga
setiap pihak yang ikut terlibat dalam tindakan korupsi itu. Kenyataan di
lapangan menunjukan bahwa korupsi masih berjalan subur di tengah
masyarakat. Situasi paradoks ini menandakan bahwa ajaran agama kurang
diterapkan dalam kehidupan.
b. Aspek sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan
bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi
sifat pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan oleh Emile Durkheim(1858–1917)
memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh
masyarakatnya. Emile Durkheim berpandangan bahwa individu secara moral adalah
netral dan masyarakatlah yang menciptakan kepribadiannya.

2.2.2 Faktor Eksternal Penyebab Korupsi


Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang berasal dari situasi lingkungan
yang mendukung seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini beberapa faktor
eksternal yang menyebabkan terjadinya korupsi:
a. Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi
Dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga nama
baik organisasi. Demikian pula tindak korupsi dalam sebuah organisasi sering kali
ditutup-tutupi. Akibat sikap tertutup ini, tindak korupsi seakan mendapat pembenaran,
bahkan berkembang dalam berbagai bentuk. Sikap masyarakat yang berpotensi memberi
peluang perilaku korupsi antara lain:
1. Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya korupsi.
Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
2. Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat tindak
korupsi adalah Negara. Padahal justru pada akhirnya kerugian terbesar dialami oleh
masyarakat sendiri. Contohnya akibat korupsi anggaran pembangunan menjadi
berkurang, pembangunan transportasi umum menjadi terbatas misalnya.
3. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. Setiap
tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun masyarakat justru terbiasa
terlibat dalam tindak korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak
disadari.
4. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi.

b. Aspek Ekonomi
Aspek Ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi. Pendapatan
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang terdesak masalah ekonomi
membuka ruang bagi seseorang untuk melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah
korupsi1[6].

c. Aspek Politis
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak korupsi,
yaitu seseorang atau golongan yang membeli suatu atau menyuap para pemilih/anggota
partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang
merupakan fenomena yang sering terjadi. Terkait hal itu Terrence Gomes (2000)
memberikan gambaran bahwa politik uang sebagai use of money and material benefits
in the pursuit of political influence (menggunakan uang dan keuntungan material untuk
memperoleh pengaruh politik).
Penyimpangan pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha, kongsi
antara penguasa dan pengusaha, kasus-kasus pejabat Bank Indonesia dan Menteri di
bidang ekonomi pada rezim lalu dan pemberian cek melancong yang sering dibicarakan
merupakan sederet kasus yang menggambarkan aspek politik yang dapat menyebabkan
kasus korupsi (Handoyo: 2009).

d. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau
di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka

1
peluang atau kesempatan terjadinya korupsi (Tunggal, 2000). Aspek-aspek penyebab
korupsi dalam sudut pandang organisasi meliputi:
1· Kurang adanya sikap keteladanan Pemimpin
Pemimpin adalah panutan bagi bawahannya. Apa yang dilakukan oleh pemimpin
merupakan contoh bagi bawahannya.
2· Tidak Adanya Kultur/Budaya Organisasi yang Benar
Organisasi harus memiliki Tujuan Organisasi yang fokus dan jelas. Tujuan organisasi
ini menjadi pedoman dan memberikan arah bagi anggota organisasi dalam
melaksanakan kegiatan sesuati tugas dan fungsinya. Tatacara pencapaian tujuan dan
pedoman tindakan inilah kemudian menjadi kultur/budaya organisasi. Kultur
organisasi harus dikelola dengan benar, mengikuti standar-standar yang jelas tentang
perilaku yang boleh dan yang tidak boleh. Peluang terjadinya korupsi apabila dalam
budaya organisasi tidak ditetapkan nilai-nilai kebenaran, atau bahkan nilai dan
norma-norma justru berkebalikan dengan norma-norma yang berlaku secara umum
(norma bahwa tindak korupsi adalah tindakan yang salah).
3· Kurang Memadainya Sistem Akuntabilitas
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan visi dan misi yang diembannya, yang
dijabarkan dalam rencana kerja dan target pencapaiannya. Apabila organisasi tidak
merumuskan tujuan, sasaran, dan target kerjanya dengan jelas, maka akan sulit
dilakukan penilaian dan pengukuran kinerja.
4· Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran
korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen
sebuah organisasi semakin terbuka peluang tindak korupsi anggota atau pegawai di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/25/faktor-penyebab-korupsi/
http://umum.galihpamungkas.com/faktor-faktor-penyebab-korupsi/
https://livingnavigation.wordpress.com/2009/05/01/korupsi-dan-faktor-penyebabnya/

Anda mungkin juga menyukai

  • Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan PDF
    Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan PDF
    Dokumen186 halaman
    Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan PDF
    Fredila
    100% (1)
  • Kesimpulan
    Kesimpulan
    Dokumen9 halaman
    Kesimpulan
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen5 halaman
    Bab 2
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • BAB I Hal 1
    BAB I Hal 1
    Dokumen1 halaman
    BAB I Hal 1
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Bab 3
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen90 halaman
    Bab 2
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen11 halaman
    Bab 2
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen8 halaman
    Bab 2
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • BAB I Hal 1
    BAB I Hal 1
    Dokumen1 halaman
    BAB I Hal 1
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen17 halaman
    Bab 2
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen24 halaman
    Bab 2
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • BAB I (Hal 2-6)
    BAB I (Hal 2-6)
    Dokumen5 halaman
    BAB I (Hal 2-6)
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Alat Kontrasepsi-1
    Alat Kontrasepsi-1
    Dokumen26 halaman
    Alat Kontrasepsi-1
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Penyebab Korupsi
    Penyebab Korupsi
    Dokumen10 halaman
    Penyebab Korupsi
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Alat Kontrasepsi-1
    Alat Kontrasepsi-1
    Dokumen26 halaman
    Alat Kontrasepsi-1
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Sap KB
    Sap KB
    Dokumen14 halaman
    Sap KB
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • 3.7 Daftar Tabel
    3.7 Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    3.7 Daftar Tabel
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Premature
    Premature
    Dokumen20 halaman
    Premature
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Sap KB
    Sap KB
    Dokumen14 halaman
    Sap KB
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen16 halaman
    BBLR
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Kejang
    Kejang
    Dokumen8 halaman
    Kejang
    Dita Minnie
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Bayi Dalam Inkubator
    Perawatan Bayi Dalam Inkubator
    Dokumen13 halaman
    Perawatan Bayi Dalam Inkubator
    Dita Minnie
    100% (1)
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd)
    Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd)
    Dokumen45 halaman
    Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd)
    Ratna Puspita
    Belum ada peringkat