Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA

Memasuki kehidupan berkeluarga


Kelompok 3

Anggota :
- Heru Desauza (12-132)
- M fadly (12-133)
- Haris maulana (12-134)
- Meridatul Ulfa (12-135)
- Krisma Utaja Suhawa (12-141)
- Wahyu Eka Desvita (12-142)
- Andi Riza Mirda Indriania (12-143)
- Wiyoga Setiawan (12-144)
- Muhammad Alghifari Elfian (12-145)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAB I
PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke khadirat Allah swt atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ memasuki kehidupan berkeluarga “.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada dosen pembimbing dan pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
BAB II
ISI

1. Pelaksanaan walimah yang islami

Melaksanakan walimah memang merupakan anjuran Rasul, “Berwalimah lah kamu


meskipun dengan seekor kambing”, dan ini dilaksanakan beliau dan para sahabat. Ada
beberapa alasan rasul menganjurkan pelaksanaan “walimah” ini, yaitu sebagai wujud rasa
syukur keluarga dan kedua pengantin terhadap Allah, sebagai pemberitahuan kepada
masyarakat lingkungan agar tidak timbul fitnah dan mayarakat dapat melaksanakan kontrol
sosialnya.

Hanya saja akhir-akhir ini banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi anjuran
rasul berhubungan dengan pelaksaan walimah ini,sehingga pesta dilaksanakan semewah
mungkin, dan penuh dengan pemborosan. Padahal bermewah-mewah dan boros adalah
mubazir dan tidak dibenarkan ajaran islam. begitu pula tradisi yang terlalu rumit, terkadang
sangat menyulitkan salah satu pihak, sehingga ditengah ketidak mampuannya, terpaksa harus
berhutang kepada orn lain yang belum tentu sanngup dibayar kembali, demi melaksanakan
tradisi tersebut. Betapa sangat bertentangan sekali dengan islam, dimana perkawinan itu
dilaksanakan atas prinsip memudahkan, bukan mempersulit kedua pihak yang melaksanakan
pernikahan. Maka pelaksanaan pernikahan yang islami adalah pernikahan yang dilaksanakan
secara sederhana, tidak bersifat boros dan mubazir, sesuai dengan tradisi yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Kecuali itu, alangkah baiknya tuan rumah yang
menyelenggarakan pesta juga mengundang makan ank yatim, agar acara pesta perkawinan
lebih diberkati oleh Allah.

setelah pernikahan dilangsungkan saat menjalani malam pertama, sebelum pasangan


muslim da muslimah melakukan hubungan khas suami istri, seharusnya melaksanakan
beberapa petunjuk rasul. Diawali masing-masing pihak untuk membersihkan diri (memotong
kuku, mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menggosok gigi, membersihkan seluruh badan,
serta memakai wewangian, dsb). Kemudian berwudhu lah terlebih dahulu, dan dilanjutkan
dengan shalat sunnat dengan penuh kekhusukkan. Pada saat akan memulai hubungan suami
istri, jangan lupa berdoaa kepada Allah degan mengucapkan kalimat yang diajarkan nabi :

“dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syeitan, jauhkanlah kami dari
syeitan, dari apa yang engkau reskikan kepada kami.”
2. Hal-hal yang harus dihindari dalam pelaksanaan walimah

1. Menghindari terjadinya ikhtilath (percampuran) antara para undangan laki-laki dan


perempuan dalam satu majlis, termasuk dalam hal ini menyandingkan pengantin pria dan
wanita di pelaminan yang disaksikan oleh seluruh undangan yang hadir sementara diantara
mereka ada yang shaleh, fasik atau mungkin kafir.

Biasanya setelah disandingkan maka para undangan baik laki-laki dan perempuan berbaris
memberikan ucapan kepada kedua mempelai secara bergantian yang memungkinkan terjadi
persentuhan kulit atau pandangan kepada yang bukan mahramnya dan tak disangsikan lagi
hal ini bisa mengundang fitnah.

Jika pada acara itu para undangan diberikan kesempatan untuk memberian ucapan selamat
hendaklah para undangan pria hanya memberikan ucapan selamat kepada pengantin pria saja
begitu juga dengan para undangan wanita cukup memberikan ucapan selamat kepada
pengantian wanita saja sehingga tidak terjadi ikhtilat diantara mereka.

Termasuk ikhtilath adalah pengambilan foto atau gambar kedua mempelai dengan para
undangan yang hadir baik dengan menggunakan kamera maupun video.

Firman Allah swt :

‫ظوا فُ ُرو َج ُه ْم ذَلِّكَ أَ ْزكَى ل‬


ُ َ‫ار ِّه ْم َويَحْ ف‬ َ ‫صنَعُونَ ََقُل ِّل ْل ُمؤْ ِّمنِّينَ يَغُضُّوا ِّم ْن أ َ ْب‬
ِّ ‫ص‬ ْ َ‫ير ِّب َما ي‬ َّ ‫ُه ْم ِّإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َخ ِّب‬

ْ ‫اره َِّّن َويَحْ َف‬


‫ظنَ فُ ُرو َج ُه َّن‬ َ ‫ضضْنَ ِّم ْن أ َ ْب‬
ِّ ‫ص‬ ِّ ‫َوقُل ِّل ْل ُمؤْ ِّمنَا‬
ُ ‫ت َي ْغ‬

Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya.” (QS. An Nur : 30 – 31)
2. Tidak menghadirkan lagu-lagu atau para penyanyi baik laki-laki maupun perempuan yang
dapat melalaikan si pendengar dari dzikrullah atau dapat membangkitkan syahwat mereka.
Hindari pula penggunaan alat-alat musik didalam walimah pernikahan ini kecuali duff
(rebana).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah bahwa ia menyerahkan pengantin wanita kepada
seorang laki-laki dari kalangan Anshar. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun
bersabda: "Wahai Aisyah, apakah tidak ada hiburan, sebab orang-orang Anshar senang akan
hiburan?."

Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid bin Dzakwan ia berkata; Ar Rubayyi’ binti
Mu’awwidz bin ‘Afran berkata; suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk saat
aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku,
sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para budak-budak wanita pun memukul
rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang
Badar.”

Dibolehkan bagi anda menghadirkan nasyid-nasyid islamiyah (senandung-senandung islami)


yang tidak menggunakan peralatan musik.

Markaz al Fatwa menyebutkan bahwa tidak mengapa mendengarkan nasyid-nasyid didalam


beberapa kesempatan, diantaranya pada walimah pernikahan jika tidak mengandung musik
dan suara-suara yang menyerupai musik (Markaz al Fatwa No. 19596)

3. meluruskan niat. Lakukanlah walimah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah dan
mengikuti sunnah Rasulullah saw. Hindari penyelenggaraan walimah dengan niat
memamerkan harta yang dimiliki, atau saling bersaing dengan keluarga lain. Hindari pula
pelaksanaan walimah karena niat mencari sensasi, mencari popularitas. Bahkan ada yang
berniat menyakiti hati orang lain dengan cara mengadakan walimah besar-besaran.

Jangan pula menyelenggarakan walimah dengan motif komersial, mengharap sumbangan


yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Memang kita diperkenankan untuk menerima
sumbangan yang datang dengan senang hati dan rasa terima kasih serta dipandang sebagai
pernyataan kasih sayang dari para tamu undangan, tetapi bukan sebagai “karcis masuk”
memenuhi undangan walimah.
4. Tidak membeda-bedakan undangan dengan meninggalkan orang-orang yang miskin.
Rasulullah saw bersabda, “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah dimana yang
diundang dalam walimah tersebut hanya orang-orang kaya sementara orang-orang miskin
tidak diundang.” (HR. Al-Bukhari no. 5177 dan Muslim no. 3507)

Jangan hanya mengundang orang-orang kaya tetapi juga oang-orang miskin.

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa ia berkata; "Seburuk-buruk jamuan adalah
jamuan walimah, yang diundang sebatas orang-orang kaya, sementara orang-orang miskin
tidak diundang. Siapa yang tidak memenuhi undangan maka sungguh ia telah bermaksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam."

5. Menghindari prilaku mubazir didalam pernikahan, termasuk menyebarkan undangan yang


terlalu banyak melebihi seharusnya. Firman Allah swt

‫ِّيرا‬ َّ ‫ت ذَا ْالقُ ْربَى َحقَّهُ َو ْال ِّم ْس ِّكينَ َوابْنَ ال‬
ً ‫سبِّي ِّل َوالَ تُبَذ ِّْر تَ ْبذ‬ ِّ ‫﴿ َوآ‬٢٦﴾
٢٧﴿ ‫طانُ ِّل َر ِّب ِّه َكفُو ًرا‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ين َو َكانَ ال‬
ِّ ‫اط‬ِّ َ‫شي‬ َّ ‫﴾ ِّإ َّن ْال ُمبَذ ِِّّرينَ كَانُواْ ِّإ ْخ َوانَ ال‬

Artinya : “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.


Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al Isra : 26 – 27)

tidak berlebih-lebihan, bermewah-mewahan, dan berlaku mubadzir. Sesuaikanlah walimah dengan


kemampuan, dan jangan memaksakan diri. Tidak jarang ada orang yang memaksakan diri berhutang
kesana kemari guna menggelar acara resepsi yang wah agar meninggalkan kesan meriah. Dalam
membayar hutangnya nanti, biasanya dia berharap dari sumbangan yang diterima. Ini tentu tidak
benar. Walimahan hendaknya tidak dilakukan dengan cara memaksakan diri diluar kemampuan dan
juga tidak merepotkan orang banyak lantaran harus menyumbang, meskipun menyumbang atau
memberikan hadiah itu boleh.

3. Pengertian dan bentuk Keluarga Menurut Islam

Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak –
anak.[1] Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam
menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga degan meletakkan kaidah-kaidah yang
arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidak harmonisan dan kehancuran. Kenapa
demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu
bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman
yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan
kalimat Allah di muka bumi.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).

Konsep keluarga menurut islam secara substansial tidak begitu berbeda dengan bentuk
konsep keluarga sakinah yang ada pada hukum Islam yaitu membentuk rumah tangga yang
bernafaskan Islam, yang mawaddah wa rahmah. Hanya pada poin-poin tertentu yang
memberi penekanan yang lebih dalam pelaksanaannya, seperti hal-hal yang menyangkut
tentang hak dan kewajiban atau peran suami-istri di dalam rumah tangga.

Bentuk-bentuk Keluarga
Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan,
pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.
1. Berdasarkan Garis Keturunan
- Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
- Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2. Berdasarkan Jenis Perkawinan
- Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
- Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu
istri.
3. Berdasarkan Pemukiman
- Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
keluarga sedarah suami.
- Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
keluarga satu istri
- Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami
maupun istri.
4. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
Bentuk Keluarga menurut Goldenberg (1980) :
Pada dasarnya ada berbagai macam bentuk keluarga. Menurut pendapat Goldenberg
(1980) ada sembilan macam bentuk keluarga, antara lain :
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak
saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu,
cicit), maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak
suami atau pihak isteri.
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah
serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah,
ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal
bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi
hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah
punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki
anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai
satu keluarga.
8. Keluarga gabungan/komposit (composite family)
Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau
istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (cohabitation family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
5. Berdasarkan Kekuasaan
- Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dipihak ayah.
- Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
- Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
4.Fungsi dan disfungsi Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata fungsi berarti kedudukan atau
tugas, sedangkan disfungsi berarti Disfungsi diartikan sebagai tidak dapat berfungsi dengan
normal sebagaimana mestinya.
menurut Narwoko dan Suyanto (Lestari, 2004) Keluarga adalah lembaga sosial dasar
dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun
di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat
terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.
Melihat pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya Fungsi keluarga
yaitu sistem dimana setiap anggota keluarga mampu menjalankan tugas dan kedudukannya di
dalam keluarga. Sedangkan Disfungsi keluarga dapat diartikan sebagai sebuah sistem sosial
terkecil dalam masyarakat dimana anggota-anggotanya tidak atau telah gagal manjalankan
fungsi-fungsi secara normal sebagaimana mestinya. Hubungan yang terjalin di dalamnya
tidak berjalan dengan harmonis, seperti fungsi masing-masing anggota keluarga tidak jelas
atau ikatan emosi antar anggota keluarga kurang terjalin dengan baik (Siswanto, 2007).

Fungsi Keluarga
1. Fungsi Pengaturan Seksual
Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan seks dapat
dipuaskan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan berbagai cara, misalnya
kontrasepsi, aborsi, dan teknik lainnya. Meskipun sebagian masyarakat tidak membatasi
kehidupan seks pada situasi perkawinan, tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga
akan menjamin reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk
kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya
sekadar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan, serta
pemeliharaan pada hari tuanya. Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan
tanpa menghasilkan anak merupakan suatu kemalangan karena dapat menimbulkan hal-hal
yang negatif.
2. Fungsi Keagamaan
Fungsi keagamaan mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pembinaaan
kehidupan ber Agama yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.. Setiap langkah yang
dilakukan oleh setiap anggota keluarga hendaknya selalu berpijak pada tuntunan agama yang
dianutnya. Dalam menerapkan fungsi Agama, yang tidak boleh diabaikan salah satunya
adalah tolerasai ber-agama, mengingat bahwa kita hidup di negara yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan mempunyai kepercayaan dan agama yang sangat beragam.

3. Fungsi Sosial-Budaya
Fungsi sosial-budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah menjadi
pembinaan danpersemaian nilai-nilai budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata
kehidupan mereka. sehingga nilai yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan
bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.
4. Fungsi Cinta Kasih (Afeksi)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicintai.
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah salah satu ciri khas
dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih
sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk
bertahan hidup.
5. Fungsi Perlindungan (Proteksi)
Fungsi Perlindungan atau bisa disebut juga dengan dukungan emosi atau perlindungan
yaitu keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama bagi anak. Fungsi ini
melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami oleh suatu keluarga.
Dengan adanya negara, maka fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi Interaksi yang
terjadi bersifta mendalam mengasuh dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada
anak. Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk melindungi anggotanya yang sakit,
menderita, dan tua. Fungsi perlindungan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi
sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap
anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan
masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi
perlindungan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat
(instansi), misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.
6. Fungsi Reproduksi
Reproduksi, keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada di
dalam masyrakakat. keluarga merupakan tempat diterapkannya cara hidup sehat, khususnya
dalam kehidupan reproduksi. Diharapka setiap anggota keluarga harus memahami cara hidup
sehat dan mengerti tentang kesehatan reproduksinya.. misalnya pengetahuan tentang
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi remaja.

7. Fungsi Sosial dan Pendidikan


Fungsi sosial dan pendidikan (Sosialisasi dan edukasi) yaitu Keluarga menjadi sarana
untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengethauan, keterampilan dan teknik dari generasi
sebelumnya ke generasi yang lebih muda. Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal
sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk kepribadian. Anak lahir tanpa bekal sosial, agar
anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat. Dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai
apa yang layak dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus
memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik,
yang indah, yang pantas dan sebagainya. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota
masyarakat lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.

Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya,


tingkah lakunya, budi pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga
merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian
seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar terhadap
kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya peran seorang ibu.

8. Fungsi Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan


Yang dimaksud dengan fungsi ini adalah kemampuan keluarga untuk menempatkan diri
dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras dan
seimbang. Guna mengaktualisasikan dan menumbuhkembangkan pelaksanaan fungsi ini,
orang tua harus memelopori dalam kehidupan nyata sehingga setiap anggota keluarga
tergugah kepeduliannya terhadap lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam. Upaya-
upaya strategis yang dapat ditempuh di antaranya:
a. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan intern keluarga.
b. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan ekstern hidup berkeluarga.
c. Membina kesadaran sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup yang serasi, selaras dan
seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidupmasyarakat di sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup
keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Dalam fungsi pembinaan lingkungan terdapat empat nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, yakni Sehat, Bersih, Produktif dan Disiplin.
Disfungsi Keluarga
1. Disfungsi Keluarga Biasa
Dalam kategori ini setiap gangguan keluarga yang dapat merupakan komplikasi atau
variasi dari perkembangan keluarga yang biasa:
a. Keluarga terputus karena terjadi perceraian antara kedua orang tua.
b. Keluarga tunggal sebagai akibat dari perceraian atau perpisahan suami dan istri, masing-
masing membentuk keluarga sendiri-sendiri (tidak kawin lagi), sebagian anak ada yang ikut
ayah dan sebagian lain ikut ibu.
Catatan: ada juga single parent family, yaitu ayah dan ibu yang tidak kawin, namun
mempunyai anak angkat (adopsi) atau anak yang diperolehnya bukan dari perkawinan.
c. Keluarga baru, satu bentukkeluarga di mana masing-masing suami/istri kawin kembali.
Permasalahan dapat timbul karena hubungan dengan keluarga yang lama, sebelum terjadi
perceraian. Dalam bentuk keluarga ini diperlukan kembali penyesuaian diri dari masing-
masing pihak, suami/istri atau ayah/ibu dan anak-anaknya.
d. Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan. Ketidakstabilan yang terjadi karena perpindahan,
perpisahan, atau perceraian yang berulang kali.

2. Disfungsi Perkembangan Keluarga


Dilihat dari sudut perkembangan, maka berbagai gangguan atau disfungsi yang dapat
terjadi pada keluarga adalah:
a. Disfungsi keluarga primer. Terjadi disfungsi anggota pasangan suami istri yang disebabkan
oleh:
Ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang rukun, cocok dan harmonis.
Kegagalan dalam mengadakan perjanjian dan tanggung jawab perkawinan.
Menunjukkan suatu perkawinan yang neurotik (gangguan kejiwaan) karena ada harapan-
harapan yang menimbulkan konflik.
Kesulitan untuk melepaskan diri dari keluarga asal.

b. Disfungsi keluarga sehubungan dengan kelahiran anak, ditandai dengan:


Kesukaran karena perubahan peranan sebagai ayah atausebagai ibu.
Harapan neurotik yang dihubungkan dengan anak yang dilahirkan.
c. Disfungsi keluarga sehubungan dengan pengasuhan anak yang ditandai dengan:
Kegagalan untuk menciptakan suasana psikologis yang sehat untuk keluarga yang semakin
besar.
Kesukaran dalam mengorganisasi keluarga sebagai suatu kelompok.
Kesukaran dalam menghadapi beberapa anak dengan usia yang berbeda-beda.
Kesukaran dalam menghadapi permasalahan kebersamaan dan perpisahan dalam upaya
mengatasi segi tiga antara ayah, ibu dan anak.
d. Disfungsi maturitas (kematangan) keluarga, di mana anak-anak sudah besar dan ingin berdiri
sendiri. Orang tua mungkin mempunyai kesulitan untuk melepaskan diri dari anak-anaknya
yang sudah dewasa dan untuk menegakkan kembali keseimbangankembali perkawinan
mereka.
e. Disfungsi keluarga karena berkurangnya anggota keluarga. Hal ini terjadi manakala orang
tua tidak siapuntuk berpisah dengan salah satu anggota keluarganya. Keluarga dapat
mengalami kesukaran penyesuaian diri kembali setelah berpisah dengan salah seorang
anggota keluarganya itu.

3. Disfungsi Antar Anggota Keluarga


Keluarga sebagai suatu subsistem (ayah, ibu dan anak-anak) dapat pula mengalami
berbagai gangguan di antara anggota keluarga. Termasuk dalam kategori ini adalah gangguan
hubungan suami istri (orang tua), antara orang tua dan anak-anak, serta antara sesama anak.
Disfungsi subsistem suami istri terjadi karena perkawinan. Sebagai individu, suami/istri
dapat berfungsi dengan baik, namun dalam bentuk perkawinan malah terbalik. Berdasarkan
sifat hubungan suami istri, maka berbagai disfungsi dapat disebutklan sebagai berikut:
a. Disfungsi perkawinan di mana suami istri merupakan pasangan yang saling melengkapi.
Kombinasi pasangan tersebut ialah:
Dominan dan submisif (menerima).
Emosional dingin dan sangat omesional (perasa).
Obsesi-kompulsif dan hysterik (lembut dan kasar).
Mandiri/serba kuasa dan serba ketergantungan.
Sadis dan mosochis (sering dikasiari)
b. Disfungsi perkawinan penuh konflik di mana suami istri merupakan kombinasi dua orang
yang kedua-duanya mempunyai kecendrungan untuk menguasai dan mengendalikan.
c. Disfungsi perkawinan di mana kedua suami istri saling menggantungkan diri, merasa tidak
berdaya dan secara emosional imatur (tidak dewasa).
d. Disfungsi perkawinan di mana hubungan suami istri menjadi berkurang dan hubungan
menjadi dingin. Perkawinan dipertahankan semata-mata karena alsan agama dan sosial.
e. Disfungsi perkawinan di mana terajadi perbedaan tanaj antara suami istri. Terdapat
perbedaan besar dalm kepribadian, cara hidup, sistem nilai, usia, pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya.
4. Disfungsi Hubungan Orang tua-Anak
Dalam hal ini permasalahan keluarga timbul karena terjadi gangguan interaksi
(hubungan) antara orang tua dan anak, yang dapat berupa:
a. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi psikopatologis (sakit secara
psikologis) pada ke dua orang tua.
b. Disfungsi keluarga terjadi karena adannya kondisi psikopatologis pada anak.
c. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi yang simbolik dan bersamaan pada
psikopatologi orang tua dan anak.
d. Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan adanya konflik segitiga antara ayah, ibu dan
anak.

5. Disfungsi Sesama Saudara/Anak


Terjadi permasalahan dalam keluarga karena adanya persaingan atau perselisihan
antara satu anak dengan anak yang lain. Perselisihan antara anak-anak ini dapat melibatkan
kedua orang tua ataupun keluarga lainnya.
6. Disfungsi Keluarga sebagai Kelompok Sosial
Berbagai permasalahan dapat timbul sehubungan dengan organisasi keluarga itu
sendiri, integrasi antar anggota, komunikasi, pembagian peran, penyelesaian tugas, hubungan
emosional, dan lain sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:
a. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang imatur (tidak dewasa).
b. Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang perfeksionis (harus serba sempurna).
c. Keluarga di mana antara sesama anggota keluarga tidak terdapat kepuasan satu dengan
lainnya.
d. Keluarga di mana terjadi kekacauan peran dan fungsi antar anggota keluarga.
e. Keluarga di mana terdapat keseimbangan yang patologis (sakit).
Dari uraian yang telah dikemukakan, maka dala melihat permasalahan bagi upaya pembinaan
kesejahteraan kehidupan keluarga, klasifikasi di atas dapat dipakai sebagai pedoman.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literature arab yang membawa arti
jamuan atau “ berkumpul “ yang dikhusus untuk perkawinan saja. Walimah diadakan ketika
akad nikah berlangsung, atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan.pelaksanaan walimah
harus sesuai dengan anjuran Rasul. Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari
suami, isteri dan anak – anak. Fungsi keluarga yaitu sistem dimana setiap anggota keluarga
mampu menjalankan tugas dan kedudukannya di dalam keluarga. Sedangkan Disfungsi
keluarga dapat diartikan sebagai sebuah sistem sosial terkecil dalam masyarakat dimana
anggota-anggotanya tidak atau telah gagal manjalankan fungsi-fungsi secara normal
sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ulfatmi dan Jem Khairil.2014.Islam dan perkawinan.Padang:Unbrah

www.pengertiankeluargadanbentuk-bentuknya.com

www.walimah.com
PERTANYAAN
1.Kelompok 1
Chairunisa Permata Sari(12-103)
Pertanyaan :bagaimana menurut pandangan islam tentang pesta perkawinan yang
dilakukan di hotel, agar tidak merepotkan keluarga?

Jawaban

Wahyu Eka Desvita(12-142)

Menurut pandangan islam pelaksanaan waliamah di hotel termasuk salah satu yang dihindari
dalam walimah,karena pelaksanaan walimah seperti adalah contoh bemewah-mewahan dan
pemborosan, islam tidak menyukai sesuatu yang boros dan berlebihan, sesuai dengan firman
Allah yang Artinya : “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al Isra : 26 – 27)

Rasul menganjurkan pelaksanaan “walimah” ini, yaitu sebagai wujud rasa syukur keluarga
dan kedua pengantin terhadap Allah, sebagai pemberitahuan kepada masyarakat lingkungan
agar tidak timbul fitnah dan mayarakat dapat melaksanakan kontrol sosialnya. Maka
pelaksanaan pernikahan yang islami adalah pernikahan yang dilaksanakan secara sederhana,
tidak bersifat boros dan mubazir, sesuai dengan tradisi yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip agama.

2.kelompok 2
Fitria Dwi Melta
Pertanyaan: Apakah pelaksanaan walimah ini adat atau syariat??

Jawaban:
Krisma Utaja Suhawa(12-141)

Kita bisa melihat bahwasanya pelaksanaan ini terdapat hadits bginda rasullah SAW yang
mennganjurkan walimah, jadi jelas bahwa walimah bagian dari syariat, akan tetapi kita tidak
bisa memisahkan bahwasnya dalam pelaksaannya walimah terdapat pngaruh adat, sehingga
perayaan tersebut selalu mengikuti adat sebuah tempat.. misalnya kampung A dngan
kampung B berbeda tataacara pelaksanaan ini.
Adat dalam pelaksannaan nya ini sngat berfariasi. Namun sejauh dan semegah apapun acara
kita.. tujuan nya agar mengharap ridha dari Allah, sehingga oleh sahibul hajat harus mnjaga
rambu2 sayriat..wlaupun itu sebuah kebiasaan, tetap kita tdak boleh mngedepankan kebiasaan
kalau itu bertentangan dngan syariat.

3.kelompok 4

Pertanyaan: Bolehkah Menggunakan Pakaian Adat Ketika Walimah?


jawaban: Boleh, tapi dengan syarat:

a. Pakaian tidak mengandung bahan atau diberi aksesori yang dilarang syariat. Seperti kain
sutra, emas, kalung, atau keris (yang dianggap sebagai jimat).
b. Menutupi aurat. Termasuk di sini adalah tidak menggunakan rias yang mencolok (tabarruj).
Kalaupun terpaksa menggunakannya, terutama mempelai wanita, pastikan ia hanya bisa
dilihat oleh tamu wanita saja. Setebal apa pun riasannya, sewangi apa pun parfumnya; hanya
bisa dilihat dan dihirup tamu sesama jenis.
c. Niat menggunakan pakaian adat sebatas menyesuaikan dengan kebiasaan masyarakat
setempat (urf). Jangan ditambahi keyakinan terhadap simbol-simbol atau pemaknaan
memakai pakaian tertentu. Misalnya, jangan sampai ada keyakinan bahwa memakai beskap
(laki-laki) dan kebaya (wanita) adalah syarat yang mempengaruhi perjalanan bahtera rumah
tangga kelak. Bila ini terjadi, berarti telah terjerumus ke jurang syirik.

4.kelompok 5

Pertanyaan: apakah hukum walimah?

Jawaban:

Semua ulama sepakat tentang pentingnya pesta perayaan nikah, meskipun mereka berbeda
pendapat tentang hukumnya: beberapa ulama berpendapat hukum untuk mengadakan
walimah pernikahan adalah wajib sementara itu umumnya para ulama berpendapat
hukumnya adalah Sunah yang sangat dianjurkan.
Agama islam mengajarkan bahwa perkahwinan merupakan peristiwa yang patut
disambut dengan rasa syukur dan gembira. walimah dalam islam tergolong perbuatan yang
mustahab (dianjurkan).[8] Oleh kerana itu Nabi mengajarkan agar peristiwa perkahwinan
dirayakan dengan suatu peralatan atau walimah.
- Dalam sabda Nabi SAW “Adakan walimah walaupun dengan seekor kambing”.
Terdapat dalil tentang kewajipan walimah dalam pernikahan. Ini adalah pendapat ulama
mazhab Azh-Zhahiri. Satu pendapat mengatakan, ini adalah redaksi syafi`I dalam kitab Al-
Umm.
Nabi SAW bersabda ketika Ali melamar fathimah, “harus ada walimah”. (sanad hadits
tidak cacat). Ini menunujukkan keharusan walimah yang semakna dengan wajib.

5.kelompok 6
Pertanyaan:

6.kelompok 7

Anda mungkin juga menyukai