Anda di halaman 1dari 9

MODUL II: PENGUJIAN TARIK KHUSUS UNTUK LEMBARAN LOGAM

ANISOTROPI (r) DAN KOEFISIEN PENGERASAN REGANG (n)

2.1 Nilai Anisotropi (r)


 Penulisan Langkah Kerja Sesuai ASTM E 517

 Prosedur
 Prosedur Manual
 Tentukan lebar awal spesimen, W0, dalam 0.0005 in, atau 0.013
mm. Jika panjang pengukur 0,75 in atau 20 mm, seperti untuk
Spesimen C, pengukuran lebar sebanyak sekali sudah cukup. Jika
panjang pengukur 1,00 in atau 25 mm atau lebih digunakan,
lakukan pengukuran lebar minimal pada tiga tempat dengan jarak
yang sama dalam panjang pengukur lalu hitunglah rata-ratanya.
 Hitung panjang awal gage, l0, dalam 0.001 in atau 0.025 mm pada
25mm atau 20mm daereah gage, dan dalam 0.002 in atau 0.05 mm
pada 50mm daerah gage.
 Ketika tanda pengukur dibuat dengan dua indenter yang dipasang
terpisah dalam suatu fiktur, hanya pengukuran akhir dari panjang
gage dan perhitungan akhir lebar yang dibutuhkan.
 Tarik spesimen secara aksial hingga merentang melampaui yield
point tetapi tidak melebihi regangan maksimum yang diberikan.
 Laju penarikan harus 0,5/menit atau kurang, kecuali jika tidak
ditentukan.
 Ukur lebar akhir, Wf, dan panjang gage, dengan catatan
perhitungan dilakukan dengan toleransi yang sama dengan nilai
awal. Pengukuran dilakukan tanpa adanya gaya tarik yang
diberikan pada spesimen.

 Prosedur Automatis
 Pasang ekstensometer untuk mengukur regangan longitudinal
dan transversal. Transversal ekstensometer harus tidak
menyebabkan dan tidak mengukur tambahan deformasi
transversal dikarenakan pembentukan deformasi knife edge
pada specimen selama pengujian berlangsung
 Catat panjang gage pada ekstensometer. Dalam hal ini
ekstensometer akan menghitung regangan transversal pannjang
gage dapat menjadi lebar dari specimen.
 Tarik specimen secara aksial.
 Laju peregangan haruslah 0.5/menit atau lebih, atau telah
ditentukan sebelumnya
 Tentukan perubahan dari lebar yang dikarenakan perubahan
panjang dari data yang dihasilkan oleh ekstensometer, ketika
specimen diregangkan melebihi elongasi titik luluhnya, namun
tidak melebihi regangan maksimum pada beban yang diberikan.
Akurasi pengukuran dapat ditingkatkan sejalan engan
peningkatan regangan selama dibawah limit.
 l0 = panjang gage dari ekstensometer longitudinal
 W0 = panjang gage dari ekstensometer transversal
 lf = l0+ perubahan yang ditentukan pada 3.5
 Wf= W0 + perubahan yang ditentukan pada 3.5

 Preparasi Spesimen
 Spesimen awal harus di potong atau digergaji secara satu-persatu
kecuali pada specimen C, yang dapat dipotong, dan harus diberi
perlakuan individual atau dalam kemasan untuk menghilangkan
tepi pada pengerjaan dingin.
 Dimensi masing-masing specimen harus dihitung keseragaman
ketebalannya dan juga lebarnya pada bagian gage.
 Dalam panjang gage, sifat pararelisme pada tepi harus
dipertahankan sehingga tidak ada selisih pengukuran lebar lebih
dari 0,1% dari lebar yang diukur. ( untuk Spesimen A dan B saja)
 Perawatan yang sesuai harus dilakukan untuk menempatkan tanda
ukur secara simetris pada titik tengah dan garis tengah spesimen
atau bagian yang dikurangi.
 Tanda pengukur harus dituliskan dengan samar atau dilubangi
pada permukaan spesimen atau dibentuk dengan indentor berlian
Vickers.
 Pada spesimen A, panjang gage harus berada ditengah bagian yang
direduksi.
 Untuk spesimen C, pengukuran dengan menggunakan pengukur
ganda harus dilakukan sesuai dengan parameter.

 Perhitungan Nilai ravg dan Δr untuk Semua Material (Aluminium, Kuningan, dan
Baja)
ln⁡(𝑤𝑓 /𝑤0 )
𝑟=
ln⁡(𝑡𝑓 /𝑡0 )
𝑟0 + 2𝑟45 + 𝑟90
𝑟𝑎𝑣𝑔 = ⁡
4
𝑟0 + 𝑟90 − 2𝑟45
∆𝑟 = ⁡
2
Aluminium
0.0647 + 2(0.0614) + 0.0667
𝑟𝑎𝑣𝑔 = ⁡
4
𝑟𝑎𝑣𝑔 = 0.0635
0.0647 + 0.0667 − 2(0.0614)
∆𝑟 = ⁡
2
∆r = 0.07
Kuningan
0.295 + 2(0.289) + 0250
𝑟𝑎𝑣𝑔 = ⁡
4
𝑟𝑎𝑣𝑔 = 0.28075
0.295 + 0.250 − 2(0.289)
∆𝑟 = ⁡
2
∆r = 0.256

 Analisis Perbedaan Nilai ravg pada Material Uji yang Berbeda


Nilai r merupakan suatu nilai yang menunjukkan ketahanan material
terhadap penipisan maupun penebalam ketika diberikan tegangan Tarik maupun
penekanan. Perbandingan nilai r antar aterial dapat dilakukan dengan mengukur
pada arah 45o dari ara rolling. Pada arah pengujian yang sama, didapatkan nilai r
yang berbeda untuk material berupa Al 1xxx dan kuningan. Berdasarkan Tabel
2.1, didapatkan bahwa nilai r pada kuningan memiliki nilai yang lebih besar yaitu
0.28075 apabila dibandingkan dengan nilai r pada material Al 1xxx sebesar
0.0635. Nilai r yang besar menunjukkan bahwa kuningan akan lebih sulit robek
disbanding alumunium berarti akan lebih bagus deep drawing menggunakan
kuningan disbanding alumunium. Hal ini sesuai dengan literature dimana CuZn
memiliki sifat drawibility yang baik disbanding logam murni Alumunium karena
sifat mekanisnya. Drawibility yang baik dapat ditunjukkan dengan nilai ∆r pada
kuningan yang lebih kecil daripada ∆r Al 1xxx, hal tersebut menunjukkan bahwa
kuningan memiliki kemampuan dibentuk yang baik dan seragam pada
permukaannya

 Prediksi Pengaruh Nilai ravg dan Δr yang didapat terhadap Drawability Material
Drawability adalah kemampuan bahan untuk dilakukan proses drawing
yang nilainya ditentukan oleh nilai LDR (limiting drawing ratio). Hal-hal yang
dapat mempengaruhi sifat drawability material yaitu r average dan ∆r.
Berdasarkan data yang didapatkan dapat diketahui pada material Al 1xxx
memiliki nilai r pada beberapa arah yaitu 0ᵒ, 45ᵒ dan 90ᵒ. Sehingga dapat diperoleh
nilai rata-rata rpada Al1xxx sebesar 0,0635 dan pada kuningan sebesar 0.28075.
Sementara nilai ∆r pada Al1xxx sebesar 0.07 dan pada kuningan sebesar 0.256.
Nilai r pada setiap arahnya menunjukkan angka yang nilainya tidak jauh berbeda
pada masing-masing arah, sehingga akan didapatkan nilai r average yang nilainya
juga tidak jauh berbeda dengan masing-masing nilai r. Perbedaan nilai r pada
masing-masing arah tersebut akan mempengaruhi nilai ∆r. Semakin besar
perbedaan nilai r pada masing-masing arah maka semakin besar pula nilai ∆r,
dimana semakin besar nilai ∆r maka akan menghasilkan cacat earing pada hasil
deep drawing. Timbulnya cacat tersebut tidak dikehendaki karena memerlukan
proses tambahan untuk memperbaiki produk dan menimbulkan variasi penipisan
pada dinding kup.
Pengaruh ravg dan ∆r terhadap sifat drawability dari material yaitu
menurunkan sifat drawability material, karena pada nilai r average yang kecil akan
menjadikan titik lemah sehingga rentan terhadap terjadinya perobekkan
sedangkan nilai r average yang besar masih dapat didrawing. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai ravg yang cenderung sama dengan nilai r pada masing-
masing arah dan ∆r yang kecil akan meningkatkan sifat drawability pada material
karena ketahanan material terhadap proses drawing cenderung seragam pada
seluruh bagian material. Material kuningan memiliki drawability lebih baik dari
Al1xxx.

2.2 Koefisien Pengerasan Regang (N)


 Penulisan Langkah Kerja Sesuai ASTM E 646
 Prosedur Pengujian
 Hitung dan catat ketebalan awal dari daerah reduksi pada specimen
dan lebar pada daerah reduksi
 Letakkan specimen pada grip dari testing machine untuk
memastikan kesejajaran axial dari specimen sesuai tertulis pada
metoda tes E8 dan pasang ekstensometer
 Kecepatan pengujian
o kecepatan pengujian merupakan penunjuk dari beban dan
regangan diukur secara akurat.
o kecepatan pengujian, didefinisikan sebagai laju separasi
dari head selama tes, laju free-running dari crosshead, atau
laju regangan harus berada diantara 0.05 dan 0.50 m/m dari
panjang daerah reduksi per menit. Laju seharusnya tidak
diubah selama interval regangan dimana nilai n akan diuji.
o Jika titik luluh, elongasi titik luluh, kekuatan luluh,
atakombinasi dari hal hal tersebut ingin ditemukan, laju
pengaplikasian tegangan atau separasi crosshead selama
tes berlangsung harus pada rentang yang diperbolehkan
metoda E8 atau nilai spesifik lainnya. Setelah melebihi
regangan yang diperlukan untuk informasi, atur laju
crosshead dalam rentang untuk langkah selanjutnya.
 Catat beban dan regangan yang dihasilkan pada setidaknya lima
titik dengan rentang yang sama untuk menandai daerah penting
untuk spesifikasi produk. Biasanya, nilai terbesar dari reganan ini
pada atau sedikit di sekitar daerah dimana reganan pada tegangan
maksimum terjadi dan biasanya batas bawah dari nilai reganan ini
berada pada reganan luluh.
o Jika nilai n yang banyak ingin di tentukan, gunakan
sekurang-kurangnya 5 nilai teganan dan regangan untuk
penghitungan nilai n pada tiap interval regangan.
o Parameter lainnya dapat dicatat seperti beban dan reganan
yang diberikan yang mana nanti dapat diubah menjadi true
stress dan true strain yang setidaknya akan sama akuratnya
dengan yang dihitung menggunakan teknik yang telah
dijelaskan pada metoda tes.

 Preparasi Spesimen
 Spesimen haruslah datar dan pada ketebalan yang sama pada setiap
sisi
 Spesimen haruslah bebas dari tegangan sisa (residual stress)
 Dimensi specimen haruslah sesuai yang ditunjukkan pada gambar
diatas.

 Perhitungan Nilai n untuk Semua Material


Nilai n merupakan nilai koefisien pengerasan regang yang dapat digunakan untuk
memprediksi terjadinya necking saat pengujjian Tarik material. Hasil dari
pengujian Tarik merupakan kurva stress-strain. Kemudian ditentukan 5 titik
sebagai titik engineering stress dan engineering strain untuk kemudian dihitung
true stress dan true strainnya. Lalu 5 data tersebut diubah menjadi bentuk
logaritmanya dan dihitung menggunakan segregasi linier berdasarkan persamaan
dibawah ini untuk mengetahui nilai koefisien pengerasan regang.
True stress 𝜎 = 𝐹(1 + 𝑒)
True Strain 𝜀 = ln(1 + 𝑒)
𝑁Σ𝑥𝑦 − ⁡Σ𝑥Σ𝑦
𝑛=
𝑁Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

Kuningan
5(−9.676) − (−3.847)(12.635)
𝑛=
5(3.080) − (−3.847)2

n = 0.212
Al 1 xxx
5(−21.719) − (−9.98)(10.95)
𝑛=
5(19.745) − (−9.98)2

n = -0.94

 Analisis Perbedaan Nilai n untuk Setiap Material yang Berbeda


Nilai n dapat mempengaruhi sifat formability dan stretchabilitty. Material
dengan n yang baik memiliki formability yang baik saat dilakukan stretching
karena tegangan alir meningkat sejalan dengan pertambahan regangan. Dari nilai
n ini didapatkan wilayah plastis sebelum terjadinya necking. Pada material
kuningan didapatkan nilai n sebesar 0.212 dan nilai n pada Al 1xxx sebesar -0.94.
Material Al 1xxx memiliki nilai n lebih kecil dari kuningan. Hal ini disebabkan
karena Al 1xxx memiliki sedikit paduan disbanding kuningan yang memiliki
paduan seng dan tembaga. Logam paduan cenderung lebih mudah mengalami
strain hardening dikarenakan adanya paduan yang befungsi untuk menghambat
dislokasi bergerak, sehingga dislokasi akan kumpul lalu terjadi gaya yang akan
menghambat pergerakan dislokasi, dan gaya tersebut akan memperlambat
teradinya necking.

 Prediksi Pengaruh Nilai n terhadap Stretchability Material


Stretchability adalah kemampuan material untuk bertambah regang saat
diberi tegangan yang meningkat. Stretchability sangat diperlukan agar tidak
terjadi penipisan yang terlalu besar lalu pada akhirnya akan sobek. Nilai n pada
kuningan sebesar 0.212 dan Al1xxx sebesar -0.94. Hal ini menunjukkan bahwa
kuningan memiliki stretchability yang baik dibandingkan dengan Al1xxx. Pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa Al1xxx, pada % regangan sekitar
1.5 % sudah mencapai Ultimate tensile strenght nya, hal ini menandakan
stretchability dari Al1xxx cukup kecil dimana penambahan %regangan sejalan
dengan penambahan tegangan hanya sampai sekitar 1.5 % regangan. Sementara
untuk kuningan, penambahan % regangan dengan penambahan tegangan sejalan
sampai dengan % regangan sekitar 38 %regangan. Hal ini menandakan
pertambahan panjang yang dapat dicapai dengan penambahan tegangan yang
sejalan cukup tinggi, sehingga stretchability dari material kuningan jauh lebih
baik daripada Al1xxx.

2.3 Kesimpulan
Material kuningan memiliki drawability lebih baik daripada Al1xxx berdasarkan ravg
yang lebih besar dan juga ∆r kuningan lebih kecil dari ravg kuningan.
Material kuningan memiliki stretchahbility lebih baik daripada Al1xxx karena nilai
koefisien regang yang lebih besar yaitu 0.212 dibandingkan -0.94.

2.4 Saran
Dapat dilakukan praktikum yang sebenarnya dibandingkan hanya mendapat data
untuk perhitungannya saja.

2.5 Referensi
[1] ASTM E 517. Standard Test Method for Plastic Strain Ratio ® for Sheet Metal.

[2] ASTM E 8. Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials.

[3] ASTM E 646. Tensile Strain-Hardening Exponents (n-Values) of Metallic Sheet


Metals.

[4] Gautam. V., Tewari, P. K., and Shukla, R. J. Scientific Res. and Reports (2015) 5:
517-523.

[5] Boedisoesetyo, Eko. Nilai Koefisien Pengerasan Regangan dan Anisotropi Normal
Tembaga.
2.6 Lampiran Tabel Data

v=
0.05- ASTM E 8 ASTM E STRAIN HARDENING
SHIMADZU 2 TONF DATE: ID:
0.50 646 EXPONENT
M/M

NO MATERIAL F (MPa) e σ (MPa) ɛ log ɛ (x) log σ (y) xy x2 n*

1 152 0.007 153.064 0.0069 -2.16 2.18 -4.7218404 4.67057325260719


2 154 0.009 155.386 0.0089 -2.05 2.19 -4.4937311 4.20500134484775
3 Al 153.5 0.011 155.188 0.0109 -1.96 2.19 -4.2997201 3.85169475098560
-0.94
4 153 0.013 154.99 0.0129 -1.89 2.19 -4.1383823 3.56987124282708
5 152.5 0.014 154.64 0.0139 -1.86 2.19 -4.0655904 3.44839403207534
Ʃ -9.98 10.95 -21.719264 19.74553462334300

6 249 0.1 273.9 0.09531018 -1.020860711 2.437592032 -2.4884419 1.042156592


7 267 0.15 307.05 0.13976194 -0.854611072 2.487209102 -2.1255964 0.730360085
8 Kuningan 289 0.2 346.8 0.18232156 -0.739161979 2.540079089 -1.8775299 0.546360432
0.212
9 296 0.25 370 0.22314355 -0.651415659 2.568201724 -1.6729668 0.424342361
10 308 0.3 400.4 0.26236426 -0.581095319 2.602494069 -1.5122971 0.337671769
Ʃ -3.847144741 12.63557602 -9.6768322 3.080891239
Tabel 2.1 Perhitungan nilai anisotropi normal dan anisotropi planar kuningan dan aluminium.
Gambar 2.1. Grafik tegangan vs regangan kuningan

Gambar 2.2. Grafik tegangan vs regangan aluminium.

Anda mungkin juga menyukai