Anda di halaman 1dari 7

MODUL I – PENCANAIAN

I. Koefisien Nilai Friksi

- Perhitungan Koefisien Nilai Friksi Dalam Berbagai Ukuran

FRICTION COEFICIENT DATA SHEET

L/D = 140/104
ONO ROLL 20 v=8 R = 52 DATE: 8-04-
GREASED
TONF MAX. MM/MIN ∆hmax =15 w = 2019
10,9

NO KELOMPOK SURFACE Greased/Not ∆h 𝜇

1 1 Halus Yes 0.88 0.13


2 2 Kasar Yes 0.94 0.134
3 3 Halus Not 0.812 0.125
4 4 kasar Not 0.86 0.128

- Analisis Perbedaan Koefisien Nilai Friksi

Pada kelompok 2, didapatkan data berupa koefisien gesek 0.134 dan delta h 0.94
dengan permukaan kasar. Dari data diatas dapat diketahui bahwa semakin besar koefisien
gesek, maka delta h semakin besar. Data tersebut sesuai dengan literature dimana semakin
besar koefisien gesek maka gaya penekanan yang dibutuhkan akan semakin besar.
Sementara dari hasil perbedaan kondisi permukaan, yaitu halus dan dkasar.
Koefisien gesek akan semakin besar yang berpengaruh terhadap delta h, hal ini sesuai
dengan literature dimana semakin kasar permukaan maka semakin besar koefisien
geseknya dikarenakan kontak antara material dan rolling akan semakin besar.
- Analisis Cacat dan Hasil Rolling
Pada pencarian koefisien gesek, tidak terdapat cacat terhadap material. Ini
menandakan bahwa beban dan gap antar rolling sesuai dengan material sehingga tidak
bengkok ataupun crack.
II. Persen Reduksi

- Perhitungan ∆h dan Jumlah Pass yang Dibutuhkan untuk Semua Persen


Reduksi

- Analisis Proses Pencanaian

Praktikum pencanaian dingin atau roll dingin ini memiliki tujuan yaitu
untuk memberikan pemahaman tentang penggunaan mesin canai, cara melakukan
perhitungan pada proses pencanaian dingin, memberitahukan tentang pemanfaatan
proses pencanaian dingin, mengetahui perubahan secara mekanis dari logam
lembaran yang telah melalui proses pencanaian dingin, melihat pengaruh dari
pelumas yang ada, mengetahui cacat-cacat yang ada akibat proses, mengetahui
perubahan mikrostruktur dan yang terakhir adalah mengetahui aplikasi dari hasil
pencanaian dingin. Proses pencanaian atau rolling merupakan sebuah proses
deformasi plastis dengan menggunakan bantuan 2 buah roll sehingga hasilnya
adalah adanya perubahan ketebalan dari material yang dilakukan proses
pencanaian. Secara umum proses pencanaian terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Pencanaian panas, adalah proses pencanaian yang dilakukan pada


suhu diatas suhu rekristalisasinya.
2. Pencanaian dingin, adalah proses pencanaian yang dilakukan pada
suhu dibawah suhu rekristalisasinya.

Pada praktikum yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi Mekanik,


praktikan menggunakan logam Al 5XXX pada proses pencanaian dingin. Sebelum
melakukan proses pencanaian, hal yang dilakukan adalah mengukur ketebalan dari
material yang akan dimasukkan ke alat pencanaian. Adapun proses reduksinya
dilakukan hingga mencapai % reduksi sebesar 20% dan 40% dengan melakukan
sebanyak 2 dan 3 kali passing.

- Analisis Teori Hasil Perhitungan dengan Hasil Akhir

Pada perhitungan, reduksi 20% dan reduksi 40% hanya perlu 1 kali pass,
namun pada kenyataannya, reduksi 20% memerlukan 2 kali pass dan reduksi 40%
memerlukan 3 kali pass, hal ini dapat disebabkan karena fenomena springback.
Spring back merupakan gaya balik yang ditimbulkan akibat pengaruh elastisitas
bahan pelat yang mengalami proses pembentukan. Besarnya gaya balik ini
ditentukan oleh harga Modulus Elastisitas bahan. Semakin besar Modulus
Elastisitas, maka semakin besar pula springack akan terjadi.

- Analisis Perbandingan Proses Pencanaian Material Al 1XXX dan Al


5XXX
Menurut literature, pada proses pencanaian akan lebih mudah dlakukan pada
Al 1XXX disbanding Al 5XXX dikarenakan Al 5XXX memiliki lebih banyak
paduan sehingga kekerasan akan naik dan lebih sulit dilakukan reduksi disbanding
Al 1XXX. hl
Hal ini sesuai dengan praktikum dimana walaupun pada Al 1XXX dan 5XXX
pada praktikum memiliki jumlah pass yang sama untuk mereduksi 20% dan 40%
yaitu 2 dan 3, namun pada Al 1XXX, untuk mereduksi 20% hanya diperlukan beban
70 MPa sementara pada Al 5XXX perlu beban 370 MPa, begitu juga dengan %
reduksi 20%. Jga dapat dilihat dari delta h pada Al 5XXX lebih kecil disbanding Al
1XXX yang berarti reduksinya semakin sulit yang dapat dikarenakan material yang
lebih keras.
- Analisis Pengaruh Pelumasan
Pelumasan sering dilakukan pada sebuah proses pencanaian, tujuan dari
adanya pelumasan ini adalah untuk mendinginkan alat untuk mengeroll agar tidak
terjadi roll flattening selain itu juga untuk mengurangi gaya gesek antara benda
kerja dengan benda roll yang digunakan. Jenis pelumasan yang sering digunakan
adalah kerosene, mineral oil, petroleum jelly, mineral plus 10-20% fatty oil dan
Tallow plus 50% paraffin.

Pada percobaan ini dilakukan proses membandingkan hasil pengerolan yang


menggunakan pelumas dan dengan yang tidak menggunakan pelumas, Untuk
sampel yang menggunakan pelumas yang ada dioleskan secara merata pada atas
dan bawah sampel.

Dari dara praktikum yang ada dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil
pengujian kekerasan antara sampel yang diroll dengan yang menggunakan pelumas
atau dengan yang tidak menggunakan pelumas. Pada grafik tersebut terlihat bahwa
delta h pada sampel yang tidak diberi pelumas lebih kecil disbanding diberi
pelumas, yang berarti semakin sedikit reduksinya, atau dapat dikatakan material
semakin sulit di reduksi. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada, karena seperti
yang telah dijelaskan pada bagian awal tujuan digunakannya pelumas adalah untuk
mengurangi gaya friksi yang ada antara benda roll dengan benda kerja, dengan
adanya pelumas maka hambatan diantara keduanya sudah tidak ada sehingga gaya
gesek dan gaya untuk mendeformasi sampel sudah tidak sebesar bila dibandingkan
dengan sampel yang tidak menggunakan pelumas. Dengan adanya pelumas yang
digunakan menyebabkan perubahan butir yang awalnya equiaxed menjadi bentuk
terelongasi akan terhambat karena gaya yang semakin rendah, dengan sulitnya
mengubah butiran benda maka menyebabkan dislokasi tidak terlalu banyak
dihasilkan sehingga pile-up tidak terjadi secara cepat namun malah cenderung
melambat sehingga hal tersebut menyebabkan kekerasan dari material sampel yang
dilumuri minyak akan menjadi rendah. Namun yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan pelumas juga harus diperhatikan jenis-jenis pelumas, jenis pelumas
yang digunakan harus sesuai dengan material sampel dan mesin roll-nya.

- Analisis Cacat
Dapat terlihat dari gambar bahwa hasil dari material yang telah di canai dingin
didapatkan permukaan yang halus namun terjadi perlengkungan pada material
tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan celah roll sehingga
ketebalan yang dihasilkan tidak terlalu seragam, sehingga didapatkan panjang
antara 1 sisi dan sisi lainnya tidak seragam sehingga didapatkan hasil rollan yang
melengkung, selain karena adanya celah roll yang tidak rata hal ini bisa disebabkan
karena roll bending. Untuk menghindari adanya kecacatan dengan jenis ini kita bisa
melakukan penghindaran dengan cara membuat ketinggian celah roll sama
sehingga material sampel akan terdeformasi secara merata.

III. Kesimpulan
- Semakin kasar permukaan, koefisien friksi semakin besar dikarenakan
gesekkan akan lebih banyak
- Material dengan pelumasan memiliki koefisien friksi lebih kecil
disbanding tanpa pelumasan
- Perhitungan jumlah pass dan proses reduksi biasanya berbeda dengan
praktikum dikarenakan adanya fenomena springback
- Material Al 5XXX lebih sulit direduksi disbanding Al 1XXX karena
komposisi paduan lebih banyak
- Material dengan pelumasan akan lebih mudah direduksi disbanding tanpa
pelumasan

IV. Saran
Untuk mereduksi material, sebaiknya digunakan pelumas untuk
mempermudah proses reduksi dan meminimalisir cacat dikarenakan kenaikan
suhu yang tinggi pada pencanaian

V. Referensi

[1] Ryu, J. H. Model for Mechanical Properties of Hot-Rolle Steels. Master


thesis. 2008. Pohang: Pohang University of Science and Technology.
[2] Hensel, A. dan Lehnert, L. Neue Hutte (1973) 18: 654.
[3] Nishioka, K. Steel World (2000) 5: 61-67.

VI. Lampiran Tabel Data


FRICTION COEFICIENT DATA SHEET

L/D = 140/104 R =
ONO ROLL 20 TONF
v = 8 MM/MIN 52 ∆hmax =15 w GREASED DATE: 8-04-2019
MAX.
= 10,9

NO KELOMPOK SURFACE Greased/Not ∆h 𝜇

1 1 Halus Yes 0.88 0.13

2 2 Kasar Yes 0.94 0.134

3 3 Halus Not 0.812 0.125

4 4 kasar Not 0.86 0.128

%REDUCTION DATA SHEET

L/D = 140/104 R =
ONO ROLL 20
v = 8 MM/MIN 52 ∆hmax = 15 GREASED/NOT DATE: 8-04-2019
TONF MAX.
w=10,9

ROLLING INITIAL SETTING FINAL


Pass %
MATERIAL μ Greased/Not LOAD ∆h THICKNESS GAP THICKNESS
ke RED.
MPa (kN) (mm) (mm) (mm)

1 6.158 4.92 5.2


Al5XXX 370 0.142 20 2.838
2 yes 5.2 4.92 4.92

1 18 6.194 3.71 5.16

2 Al5XXX 370 0.142 40 2.526 5.16 3.71 3.98

3 yes 3.98 3.71 3.71


%REDUCTION DATA SHEET

L/D = 140/104 R =
ONO ROLL 20 v=8
52 ∆hmax = 15 GREASED/NOT DATE: 8-04-2019
TONF MAX. MM/MIN
w=10,9

ROLLING INITIAL SETTING FINAL


Pass %
MATERIAL μ Greased/Not LOAD ∆h THICKNESS GAP THICKNESS
ke RED.
MPa (kN) (mm) (mm) (mm)

1 5.04 4.14 4.14


Al1XXX 70 0.13 20 13.80
2 YES 4.14 4.03 4.02

1 18 5.04 4.14 4.14

2 Al1XXX 70 0.13 40 15.3 4.14 3.02 3.09

3 YES 3.04 3.02 2.91

%REDUCTION DATA SHEET

L/D = 140/104 R =
ONO ROLL 20
v = 8 MM/MIN 52 ∆hmax = 15 GREASED/NOT DATE: 8-04-2019
TONF MAX.
w=10,9

ROLLING INITIAL SETTING FINAL


Pass %
MATERIAL μ Greased/Not LOAD ∆h THICKNESS GAP THICKNESS
ke RED.
MPa (kN) (mm) (mm) (mm)

1 6.25 5 5.24
Al5XXX 370 0.145 20 1.25
2 not 5.24 5 5

1 18 6.2 3.72 5.25

2 Al5XXX 370 0.145 40 2.14 5.25 3.72 4.2

3 not 4.2 3.72 3.72

Anda mungkin juga menyukai