Anda di halaman 1dari 9

HIGH STIFFNESS MODULUS ASPHALT (HSMA)

Dosen Pengajar:: Sugeng Dwi Hartantyo , ST., MT.

Kelompok 6:
1. Sophie Priyanka Ardhaneswari (021910110)
2. Yuniar Eka Andika (021910058)
3. Eko Prasetyo (021910081)
4. M. Fajar Ismail Syah Putra (021910091)
5. Wazir Maulanan Albi (021910103)
6. Moch. Rizky Dwi Alvian (021910058)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikankita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasaini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “High Stifness Modulus Asphalt
(HSMA)”.
Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Bapak
Sugeng Dwi Hartantyo selaku dosen mata kuliah Bahan dan Teknologi Perkersan Jalan yang
telah menyerahkan kepercayaannya kepada saya guna menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan tentang High Stifness Modulus
Asphalt (HSMA).
Saya sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-benar menanti kritik dan saran
untuk kemudian dapat saya revisi dan saya tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali
lagi saya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif.

Lamongan, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian High Stifness Modulus Asphalt (HSMA).............................................................2
2.2 Job Mix Formula High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)..................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campuran aspal merupakan kombinasi antara agregat yan diaduk rata dan dilapisi
dengan aspal keras. Di sebuah Perencanaan campuran aspal menggunakan beberapa
parameter untuk mencapai kekuatan dan ketahanan. Salah satu parameter campuran aspal
agar kekuatan dan keawetan tercapai sesuai kebutuhan tegangan-dan-regangan yang
menunjukkan kekakuan suatu bahan. Nilai kekakuan dari bahan biasa adalah dinilai dari
modulus elastisitas bahan. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan bahan; Sehingga
semakin tinggi modulus elastisitas material maka semakin sedikit perubahan bentuk yang
terjadi saat diberi gaya. Jadi, semakin besar modulus kekakuan maka semakin kecil
regangan elastisnya terjadi atau lebih kaku.
Nilai modulus kekakuan suatu bahan campuran aspal dapat diperoleh secara teoritis
(metode tidak langsung) dan hasil uji laboratorium (metode langsung). Pendekatan
empiris dari kekakuan modulus tersebut antara lain adalah metode Van der Poel yang
kemudian berkembang menjadi metode Bitumen Kerang , dan yang lainnya adalah
metode Brown & Brunton
1.1 Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini terdapat permasalahan penting, yaitu:
1. Apa pengertian dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)?
2. Bagaimana JMF dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)
2. Untuk menjelaskan JMF dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)


HSMA (High Stiffness Modulus Asphalt) adalah suatu jenis aspal hasil
produksi pabrik yang telah mengalami proses tertentu, sehingga memiliki kelebihan
bila dibandingkan dengan aspal biasa. HSMA produksi Mobil Australia
diperuntukkan untuk membuat lapisan perkerasan yang mampu melayani lalu lintas
berat. 
2.2 Job Mix Formula High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)
Variabel dipertimbangkan dalam makalah ini. Metode pengujian yang
digunakan adalah 1) kekakuan lentur aksial, 2) kekakuan resilien diametral, dan 3)
kekakuan lentur lentur.
Secara khusus, variabel campuran termasuk yang berikut:
1. Agregat.

Dua tipe agregat - RB dan RL - digunakan dalam penelitian ini. Agregat RB


menunjukkan potensi pengupasan yang rendah; agregat RL menunjukkan potensi
pengupasan yang relatif tinggi. Tabel 1 menunjukkan gradasi medium Negara Bagian
California ¾ inci (1,9 mm) yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 Gradasi Agregat yang Digunakan

Saringan Persen berdasarkan Persen yang Ditahan di Setiap


berat Saringan menurut Berat
1 in 100 0
3 95 5
in
4
1 80 15
in
2
3 68 12
in
8
No. 4 48 20
No. 8 35 13
No. 16 25 10
No.30 17 8

2
No. 50 12 5
No.100 8 4
N0.200 5,5 2,5
1 in = 25,40 mm

2. Aspal

Dua aspal digunakan: AAK.-1 (AC-30), dengan kerentanan suhu yang relatif
lebih rendah (Indeks Penetrasi = -0.5), dan AAG-1 (AR-4000), dengan kerentanan
suhu yang relatif lebih tinggi (Indeks Penetrasi = - 1.5). Tabel 2 berisi ringkasan sifat
aspal MRL.

3. Konten Aspal.

Dua isi aspal digunakan. Untuk setiap campuran aspal-agregat, kadar aspal
yang lebih rendah (optimal) ditentukan dengan menggunakan prosedur Hveem
standar. Kadar aspal kedua ditetapkan 0,6 persen lebih tinggi, kira-kira sesuai dengan
kadar aspal optimal menggunakan prosedur desain Korps Insinyur (Marshall ). Tabel
menunjukkan kandungan aspal yang digunakan untuk berbagai campuran yang
dipertimbangkan.
Tabel 2 Sifat Aspal MRL

Tabel 3 Kandungan Aspal Digunakan untuk Berbagai Campuran

3
4. Isi Pemadatan dan Ruang-Udara.

Dua tingkat upaya pemadatan digunakan. Tingkat upaya pemadatan yang


rendah disesuaikan untuk memberikan konten rongga udara target 8 persen dalam
spesimen. Tingkat upaya pemadatan yang tinggi disesuaikan untuk menghasilkan
kandungan ruang hampa udara target sebesar 4 persen. Sebuah Triaxial Institute
Kneading Compactor digunakan untuk membuat semua spesimen.

5. Kondisi Tes.
Untuk uji kekakuan lentur aksial, empat suhu - 32 °, 68 °, 104 °, dan 140 ° F
(0 °, 20 °, 40 °, dan 60 ° C) - digunakan. Untuk uji kekakuan ulet diametral, tiga suhu
- 32 °, 68 °, dan 104 ° F (0 °, 20 °, dan 40 ° C) - digunakan. Untuk uji kekakuan
lentur, dua suhu - 32 ° dan 68 ° F (0 ° dan 20 ° C) - digunakan. Dua tingkat stres
(tinggi dan rendah) digunakan untuk semua tes. Perlu dicatat bahwa tingkat tegangan
target disesuaikan untuk suhu yang berbeda untuk memastikan pembacaan regangan
yang wajar. Untuk semua pengujian, spesimen tidak terkondisi (tanpa pengondisian
penuaan atau kelembaban) digunakan. Untuk uji aksial dan diametral, digunakan dua
frekuensi - 1 Hz (pembebanan 0,1 detik diikuti dengan periode istirahat 0,9 detik) dan
0,5 Hz (pembebanan 0,1 detik diikuti dengan periode istirahat 1,9 detik) - digunakan.
Untuk uji kekakuan lentur digunakan frekuensi 1,67 Hz (pembebanan 0,1 detik diikuti
dengan periode istirahat 0,5 detik).

Sebuah desain eksperimental faktorial lengkap digunakan dalam penelitian ini


untuk uji kekakuan lentur aksial dan diametral. Desain eksperimental yang digunakan
untuk kekakuan lentur adalah desain faktorial pecahan terkecil yang memungkinkan
estimasi semua interaksi dua faktor serta pengaruh utama variabel yang digunakan.
Perlu dicatat bahwa uji kekakuan lentur merupakan bagian dari eksperimen yang lebih
besar untuk evaluasi respons kelelahan campuran (Tayebali et al. 1994) yang
ditentukan bahwa fraksi ½ dari faktorial penuh akan diperlukan untuk memperkirakan
efek utama dan interaksi. Tabel 4 menunjukkan desain percobaan yang digunakan

4
untuk program uji kekakuan lentur. Hasil pengujian untuk kekakuan aksial, diametral,
dan lentur masing-masing adalah Lampiran A, B, dan C.

Tabel 4 Desain Percobaan Untuk Kekakuan Lentur

A=Potensi pengupasan agregat (0 = Rendah, 1 = Tinggi)


B= Kerentanan suhu aspal (0 = Rendah, 1 = Tinggi)
C= Kandungan aspal (0 = Optimum, 1 = Tinggi)
D= Isi pemadatan (air-void) (0 = Rendah, 1 = Tinggi)
E=Suhu (0 = Rendah, 1 = Tinggi)
F=Stres (0 = Rendah, 1 = Tinggi)

5
DAFTAR PUSTAKA

Joewono, T. B. (2001). PENGARUH TEMPERATURE TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG BETON
ASPAL PADA CAMPURAN YANG MEMPERGUNAKAN HIGH STIFFNESS MODULUS ASPHALT.
Jurnal Universitas Parahyangan, 1.

Tayebali, A., Tsai, B.-w., & Monismith, C. (1994). Stiffness of Asphalt-Aggregate Mixes. Washington,
DC: National Research Council.

Anda mungkin juga menyukai