Kelompok 6:
1. Sophie Priyanka Ardhaneswari (021910110)
2. Yuniar Eka Andika (021910058)
3. Eko Prasetyo (021910081)
4. M. Fajar Ismail Syah Putra (021910091)
5. Wazir Maulanan Albi (021910103)
6. Moch. Rizky Dwi Alvian (021910058)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian High Stifness Modulus Asphalt (HSMA).............................................................2
2.2 Job Mix Formula High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)..................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campuran aspal merupakan kombinasi antara agregat yan diaduk rata dan dilapisi
dengan aspal keras. Di sebuah Perencanaan campuran aspal menggunakan beberapa
parameter untuk mencapai kekuatan dan ketahanan. Salah satu parameter campuran aspal
agar kekuatan dan keawetan tercapai sesuai kebutuhan tegangan-dan-regangan yang
menunjukkan kekakuan suatu bahan. Nilai kekakuan dari bahan biasa adalah dinilai dari
modulus elastisitas bahan. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan bahan; Sehingga
semakin tinggi modulus elastisitas material maka semakin sedikit perubahan bentuk yang
terjadi saat diberi gaya. Jadi, semakin besar modulus kekakuan maka semakin kecil
regangan elastisnya terjadi atau lebih kaku.
Nilai modulus kekakuan suatu bahan campuran aspal dapat diperoleh secara teoritis
(metode tidak langsung) dan hasil uji laboratorium (metode langsung). Pendekatan
empiris dari kekakuan modulus tersebut antara lain adalah metode Van der Poel yang
kemudian berkembang menjadi metode Bitumen Kerang , dan yang lainnya adalah
metode Brown & Brunton
1.1 Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini terdapat permasalahan penting, yaitu:
1. Apa pengertian dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)?
2. Bagaimana JMF dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)
2. Untuk menjelaskan JMF dari High Stifness Modulus Asphalt (HSMA)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
No. 50 12 5
No.100 8 4
N0.200 5,5 2,5
1 in = 25,40 mm
2. Aspal
Dua aspal digunakan: AAK.-1 (AC-30), dengan kerentanan suhu yang relatif
lebih rendah (Indeks Penetrasi = -0.5), dan AAG-1 (AR-4000), dengan kerentanan
suhu yang relatif lebih tinggi (Indeks Penetrasi = - 1.5). Tabel 2 berisi ringkasan sifat
aspal MRL.
3. Konten Aspal.
Dua isi aspal digunakan. Untuk setiap campuran aspal-agregat, kadar aspal
yang lebih rendah (optimal) ditentukan dengan menggunakan prosedur Hveem
standar. Kadar aspal kedua ditetapkan 0,6 persen lebih tinggi, kira-kira sesuai dengan
kadar aspal optimal menggunakan prosedur desain Korps Insinyur (Marshall ). Tabel
menunjukkan kandungan aspal yang digunakan untuk berbagai campuran yang
dipertimbangkan.
Tabel 2 Sifat Aspal MRL
3
4. Isi Pemadatan dan Ruang-Udara.
5. Kondisi Tes.
Untuk uji kekakuan lentur aksial, empat suhu - 32 °, 68 °, 104 °, dan 140 ° F
(0 °, 20 °, 40 °, dan 60 ° C) - digunakan. Untuk uji kekakuan ulet diametral, tiga suhu
- 32 °, 68 °, dan 104 ° F (0 °, 20 °, dan 40 ° C) - digunakan. Untuk uji kekakuan
lentur, dua suhu - 32 ° dan 68 ° F (0 ° dan 20 ° C) - digunakan. Dua tingkat stres
(tinggi dan rendah) digunakan untuk semua tes. Perlu dicatat bahwa tingkat tegangan
target disesuaikan untuk suhu yang berbeda untuk memastikan pembacaan regangan
yang wajar. Untuk semua pengujian, spesimen tidak terkondisi (tanpa pengondisian
penuaan atau kelembaban) digunakan. Untuk uji aksial dan diametral, digunakan dua
frekuensi - 1 Hz (pembebanan 0,1 detik diikuti dengan periode istirahat 0,9 detik) dan
0,5 Hz (pembebanan 0,1 detik diikuti dengan periode istirahat 1,9 detik) - digunakan.
Untuk uji kekakuan lentur digunakan frekuensi 1,67 Hz (pembebanan 0,1 detik diikuti
dengan periode istirahat 0,5 detik).
4
untuk program uji kekakuan lentur. Hasil pengujian untuk kekakuan aksial, diametral,
dan lentur masing-masing adalah Lampiran A, B, dan C.
5
DAFTAR PUSTAKA
Joewono, T. B. (2001). PENGARUH TEMPERATURE TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG BETON
ASPAL PADA CAMPURAN YANG MEMPERGUNAKAN HIGH STIFFNESS MODULUS ASPHALT.
Jurnal Universitas Parahyangan, 1.
Tayebali, A., Tsai, B.-w., & Monismith, C. (1994). Stiffness of Asphalt-Aggregate Mixes. Washington,
DC: National Research Council.