Teori Keagenan PDF
Teori Keagenan PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Teori Keagenan
(agency theory) yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976.
Teori tersebut mendasarkan hubungan kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas
nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh
kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Di sisi lain, prinsipal tidak memiliki
informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal inilah yang mengakibatkan
7
8
informasi yang tidak seimbang karena adanya distribusi informasi yang tidak
sama antara prinsipal dan agen. Prinsipal seharusnya memperoleh informasi yang
diperoleh prinsipal kurang lengkap sehingga tidak dapat menjelaskan kinerja agen
a. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi sebagai sebuah
perusahaan (Jil dan Aris Solomo, 2004 dalam Daniri, 2005). Namun istilah
corporate governance secara eksplisit baru muncul pertama kali pada tahun 1984
9
pertama kali oleh Cadburry Committee dalam Cadburry Report pada tahun 1992
berikut:
Sesuai dengan definisi di atas, tata kelola adalah sistem yang dipergunakan untuk
1) Suatu struktur yang mengatur pola hubungan antara peran Dewan Komisaris,
pengendalian perusahaan,
dan pihak yang berkepentingan lainnya secara adil (Suprayitno, et al., 2005).
Pedoman umum GCG dari KNKG menyatakan GCG diperlukan dalam rangka:
Saham,
11
undangan,
perusahaan,
Secara umum terdapat lima (5) prinsip dalam GCG menurut KNKG
cara yang mudah diakses dan mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
Selain itu, ada prinsip GCG menurut OECD (2004 : 17 – 24) menyangkut
pemegang saham
didirikan oleh hukum atau melalui perjanjian yang saling menguntungkan dan
dan akurat pada semua hal materi mengenai perusahaan, termasuk situasi
2.2 Pengungkapan
antara prinsipal dan agen. Prinsipal mencari informasi yang dapat diandalkan
al., 2001). Informasi ini relevan karena menjadi parameter kinerja perusahaan
dan teknologi tidak bisa dimasukan dalam laporan keuangan karena kesulitan
prinsipal.
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal dalam pasar modal yang
operasi unit usaha tersebut. Evans membatasi pengertian pengungkaan hanya pada
surat kabar atau media massa lain serta informasi lain di luar lingkup pelaporan
menilai suatu informasi yang dipublikasikan di pasar modal. Karena pasar modal
(1) Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai
dilindungi.
(2) Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa sasaran pemakai sudah
(3) Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan
pengambilan keputusan
b) Fair or ethical disclosure (pengungkapan yang wajar atau etis) yaitu tingkat
keputusan.
cost > benefit untuk batas atas dan materialitas untuk batas bawah. Dalam hal
Cost penyediaan informasi harus lebih kecil dari benefit informasi yang
banyak informasi, tidak selalu lebih baik jika pemakai tidak dapat mengolah dan
berlaku.
diteliti dalam penelitian ini adalah adanya dorongan dari tata kelola perusahaan.
Menurut Henderson (2004 : 450) dalam Utomo (2011), ada empat teori
yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, yaitu (1) Stakeholder Theory, (2)
Political Theory, (3) Legitimacy Theory dan (4) Signalling Theory. Stakeholder
theory menjadi teori utama yang melandasi praktik tata kelola perusahaan.
masyarakat, analis dan pihak lain) (Chariri, 2008). Aktivitas yang dilakukan
Dalam teori ini, terdapat dua perspektif, yaitu perspektif yang berdasar
perusahaan untuk memberikan perlakuan yang sama. Oleh karena itu, penting
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent)
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang
dari pada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar
informasi yaitu melalui pemberian sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa
mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk, et al., 2000 dalam
Jama'an, 2008).
karyawan akan gaji, dan tingginya kerugian akibat terjadinya inefisiensi dalam
political cost, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: (1) ukuran perusahaan dan (2)
informasi yang terkait dengan aspek lingkungan lebih banyak dibanding dengan
perusahaan industi lain. Hal ini terkait dengan tekanan yang lebih besar dari
Teori legitimasi bersandar pada dugaan bahwa ada suatu “kontrak sosial”
sekitar. Namun pada praktiknya, perusahaan sering tidak dapat atau kurang
sukarela dapat ditemukan dalam penelitian Healy dan Palepu (2001). Healy dan
22
saham dipengaruhi oleh reaksi pasar terhadap informasi yang dimiliki oleh
peran ganda yaitu sebagai fungsi eksekutif sekaligus pemilik meskipun dalam
peningkatan likuiditas saham, manajer mendapat keuntungan dari jual beli saham;
informasi yang lebih banyak dibanding perusahaan yang berada pada industri
Pada penelitian ini, peneliti akan menguji pengaruh tata kelola perusahaan
pengungkapan sukarela.
Tabel 2.1
Hasil Ringkasan Penelitian Terdahulu
ATRIBUT
CORPORATE PENELITI SAMPEL TEMUAN
GOVERNANCE
Ho & Wong 98 perusahaan yang DKI berpengaruh positif (+)
(2001) listing di Hongkong (tidak signifikan) terhadap
tahun 1997-1998 luas pengungkapan sukarela
Proporsi Dewan
Lakhal 207 perusahaan di DKI bepengaruh positif (+)
komisaris
(2003) Prancis tahun 1998- terhadap earnings voluntary
independen
2003 disclosure
(DKI)
Barako, et al 43 perusahaan listing di DKI berpengaruh negatif (-)
(2006) Kenya tahun 1992-2001 terhadap voluntary corporate
disclosure
25
ATRIBUT
CORPORATE PENELITI SAMPEL TEMUAN
GOVERNANCE
Donnely & 51 perusahaan listing di DKI berpengaruh positif (+)
Mulcahy Irlandia tahun 2002 terhadap Pengungkapan
(2008) sukarela
Baek., et al 460 perusahaan yang DKI berpengaruh positif (+)
(2009) menjadi anggota terhadap level pengungkapan
Proporsi Dewan
Standard&Poor tahun sukarela
komisaris
2000
independen
Akhtaruddin., 105 perusahaan listing DKI berpengaruh positif (+)
(DKI)
et al (2009) di Malaysia tahun 2002 terhadap Pengungkapan
sukarela
Meca., et al Di Eropa DKI berpengaruh positif (+)
(2010) terhadap Kebijakan
pengungkapan sukarela
Ho & Wong 98 perusahaan yang KA berpengaruh positif (+)
(2001) listing di Hongkong terhadap luas pengungkapan
Komite Audit pada tahun 1997-1998 sukarela
(KA) Barako., et al 43 perusahaan listing di KA berpengaruh positif (+)
(2006) Kenya tahun 1992-2001 terhadap voluntary corporate
disclosure
Lakhal 207 perusahaan di INS berpengaruh positif (+)
(2003) Prancis tahun 1998- terhadap earnings voluntary
2003 disclosure
Barako., et al 43 perusahaan listing di INS berpengaruh positif (+)
Kepemilikan
(2006) Kenya tahun 1992-2001 terhadap voluntary corporate
Institusional
disclosure
(INS)
Baek., et al 460 perusahaan yang INS berpengaruh positif (+)
(2009) menjadi anggota terhadap level pengungkapan
Standard & Poor tahun sukarela
2000
Sukarela
kedua pihak, dengan manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi.
Oleh karena itu, tata kelola perusahaan yang melakukan fungsi pengawasan dan
kelola perusahaan agar praktik tata kelola perusahaan yang baik dapat mengurangi
tata cara, prosedur, atau aturan main yang jelas antara berbagai pihak yang telibat
tata kelola perusahaan dibagi menjadi dua mekanisme yaitu fungsi pengendalian
Pengungkapan Sukarela
saham minoritas dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang disingkat RUPS
27
meningkat.
informasi akan berjalan lebih efektif sehingga manajemen akan didorong untuk
Komite Audit yang diatur dalam Kep-305/BEJ/07-2004 Lampiran II. Poin C.3
perusahaan dengan baik. Dengan demikian, Komite audit yang berfungsi untuk
tingkat informasi. Hasil penelitian Ho dan Wong tidak jauh berbeda. Sejak komite
sukarela.
sukarela
Sukarela
yang positif (Lakhal (2003); Barako, et al., (2006); Baek, et al., (2009)). Dalam
pengungkapan sukarela.
pengungkapan sukarela.