Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan
melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang)
atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan
setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pengertian pola
dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman membincangkan hal
dimana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola
pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi,
sejarah dan faktor budaya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemukiman penduduk adalah bentuk persebaran
tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.
1. Mengikuti Jalan
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri jalan. Umumnya pola pemukiman seperti ini
banyak terdapat di dataran rendah yang morfologinya landai sehingga memudahkan pembangunan jalan-
jalan di pemukiman. Namun pola ini sebenarnya terbentuk secara alami untuk mendekati sarana
transportasi.
C. Keadaan iklim
Faktor-faktor iklim seperti curah hujan, intensitas radiasi Matahari dan suhu di setiap tempat berbeda-
beda. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan kondisi alam daerah tersebut.
Kondisi ini akan berpengaruh pada pola pemukiman penduduk di daerah itu. Pada daerah dingin seperti
pegunungan, dataran tinggi serta di Kutub utara orang akan cenderung mendirikan tempat tinggal saling
berdekatan dan mengelompok. Sedangkan di daerah panas pemukiman penduduk cenderung lebih
terbuka dan agak terpencar.
E. Kultur penduduk
Budaya penduduk yang dipegang teguh oleh suatu kelompok masyarakat akan berpengaruh pada pola
pemukiman kelompok tersebut. Di beberapa daerah tertentu seperti suku badui di Banten, Suku Toraja di
Sulawesi Selatan, Suku Dayak di Kalimantan, cenderung memiliki pola pemukiman mengelompok dan
terisolir dari pemukiman lain.
1. Suku Toraja
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Populasinya
diperkirakan sekitar 600.000 jiwa. Mereka juga menetap di sebagian dataran Luwu dan Sulawesi Barat.
Tempat pemukiman suku Toraja dikenal dengan Tana Toraja. Rumah tradisional Toraja disebut
tongkonan.
Gbr. Pemukiman penduduk suku Toraja
2. Suku Baduy
Suku Baduy tinggal di pedalaman Jawa Barat. Wilayah Baduy meliputi Cikeusik, Cibeo, dan
Cikartawarna. Nama Baduy sendiri diambil dari nama sungai yang melewati wilayah itu sungai Cibaduy.
Di desa ini tinggal suku Baduy Luar yang sudah banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya.
Sedangkan suku Baduy Dalam tinggal di pedalaman hutan dan masih terisolir dan belum masuk
kebudayaan luar. Orang Baduy dalam terkenal teguh dalam tradisinya.
Pemukiman penduduk suku Baduy
3. Suku Kubu
Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu suku
bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.
Mereka mayoritas hidup di propinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang.
Mereka hidup secara nomaden dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun
banyak dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya. Suku Kubu di Jambi pada
umumnya bermukim di daerah pedesaan dengan pola yang mengelompok.
4. Suku Dayak
Dayak atau Daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah yang
memiliki budaya terrestrial (daratan, bukan budaya maritim). Sebutan ini adalah sebutan umum karena
orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Suku Dayak diperkirakan mulai datang ke pulau
Kalimantan pada tahun 3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka adalah kelompok-kelompok yang
bermigrasi dari daerah Yunnan, Cina Selatan. Kelompok ini disebut Proto-Melayu. Rumah adat suku
dayak dikenal dengan nama “Rumah Betang”.