Anda di halaman 1dari 5

STUDI KELAYAKAN HUIAN PASCA BENCANA

 Penerapan arsitektur mitigasi bencana terhadap hunian dan lingkungan

Seperti rumah tradisional Nias, rumah Baghi (Sumatra selatan) juga menggunakan batu
sebagai alas tiang yang disebut umpak batu. Selain agar gerak tiang menjadi lebih
fleksibel, alas batu juga berfungsi melindungi tiang yang berada di atasnya agar tidak
langsung bersentuhan dengan tanah yang memiliki kelembaban tinggi sehingga dapat
merusak tiang tersebut. “Semua rincian konstruksi diselesaikan dengan prinsip-prinsip
ikatan, tumpuan, pasak, tumpuan berpaut dan sambungan berkait. Untuk pengikat
umumnya digunakan rotan dan bambu, atau dengan teknik pasak. Jika terjadi gempa,
maka struktur rumah akan bergerak dinamis,” tulis Ali Husin. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa pada rumah Baghi juga terdapat balok sloof yang berfungsi untuk
menahan agar pondasi-pondasi pada rumah tersebut tidak bergeser sehingga rumah
dapat bertahan saat terjadi gempa bumi.

 Dokumentasi hunian pasca bencana 28 september 2018 (kondisi eksisting)

 Kerusakan pascagempa di Petobo




 Tanggapan terhadap hunian dan lingkungan yang sudah ada (kritikan terhadap
studi dari 2 poin diatas)

Anda mungkin juga menyukai