A. Pengertian
AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’.
Acquired : berarti didapat, bukan keturunan.
Immune : terkait dengan system kekebalan tubuh kita.
Deficiency : berarti kekurangan.
Syndrome : berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu.
Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan
tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh sebuah virus yang disebut HIV atau Human
Immunodeficiency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang
infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang
HIV itu.
C. Penularan
Sebetulnya, kita tidak ‘kena’ AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemudian
mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari siapa pun yang sudah terinfeksi,
walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif.
Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV
mengandung cukup virus untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular
HIV melalui:
Berhubungan seks dengan seorang yang terinfeksi
Memakai jarum suntik bergantian dengan seorang yang terinfeksi
Terlahir dari ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi.
Belum ada laporan kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun
HIV bisa menular melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan
ciuman dalam. Walaupun jarang, ini terutama terjadi jika ada luka terbuka pada mulut
atau gusi berdarah.
Pada 2008, Depkes memperkirakan ada 293.200 orang terinfeksi HIV di
Indonesia. Namun pada akhir Maret 2009, hanya ada 23.652 kasus dilaporkan oleh
Depkes, dengan 16.964 sudah sampai ke stadium AIDS dan 3.492 sudah meninggal
dunia.
D. Patofisiologi
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang
menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat
(RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang
lengkap dan dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk
peluru terpancung dimana p24 merupakan komponen struktural yang utama. Tombol
yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein
gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4-posisitf (CD4+) adalah
gp120 dari HIV.
Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper
(yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV); limfosit T4 helper
ini merupakan sel yang paling banyak di antara ketiga sel di atas. Sesudah terikat dengan
membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke
dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse
transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan
disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi
yang permanen.
Menurut Smeltzer siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen,
mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin l) atau produk gen virus seperti
sitomegalovirus (CMV; cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan
hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta
pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru
dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+
lainnya.
Infeksi HIV pada monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten
dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel itu menjadi reservoir
bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke
seluruh tubuh lewat sistem itu untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar
jaringan itu dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk
memproduksinya.
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang-lebih
25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan
berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan
limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi. replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut
menyebar ke dalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel
CD4+ yang lain. Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa sistem imun pada
infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya sebagaimana dibuktikan
oleh produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+ per hari. Keseluruhan populasi sel-sel
CD4+ perifer akan mengalami "pergantian (turn over)" setiap 15 hari sekali.
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang
yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan
infeksi yang lain; reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV
tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau
sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang
diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang
pasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh tahun; kendati demikian, sebagian
besar orang yang terinfeksi HIV (sampai 65%) tetap menderita penyakit HIV atau AIDS
yang simtomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi. Dalam respons
imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang penting, yaitu: mengenali antigen
yang asing, mengaktifkan Limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit
T sitotoksik, memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan
penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang
serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun
dinamakan infeksi oportunistik.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Tes Antibody
3. Pelacakan HIV
Tes Laboratorium yang terdiri dari:
Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel T4 Helper, T8
(sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi dan Tes PHS
Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium, Biopsi.
2. Gejala Minor:
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata
Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
Kandidias orofaringeal
Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Retinitis virus sitomegalo
Kasus Dewasa: Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila
menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-
kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh
keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
Tahap 4: AIDS
Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
H. Pengkajian Keperawatan
Fokus dasar pengkajian klien dengan HIV/AIDS meliputi:
Fokus
No Gejala Tanda
Pengkajian
kelemahan otot, menurunnya
mudah lelah, toleransi terhadap
massa otot, respon fisiologis
Aktivitas aktivitas berkurang, progresi
1 terhadap aktivitas seperti
/Istirahat kelelahan/malaise, perubahan pola
perubahan tensi, frekuensi
tidur
jantung, dan pernapasan
Takikardia, perubahan tensi
penyembuhan luka lambat (bila
postural, menurunnya volume
2 Sirkulasi anemia), perdarahan lama pada
nadi perifer, pucat/ sianosis,
cedera (jarang terjadi)
perpanjangan pengisian kapiler
faktor stres berhubungan dengan
kehilangan, mis. dukungan
keluarga/orang lain, penghasilan, Mengingkari, cemas, depesi,
gaya hidup, distres spiritual, takut, menarik diri, perilaku
mengkhawatirkan penampilan; marah, postur tubuh mengelak,
3 Integritas Ego alopesia, lesi cacat, menurunnya menangis, dan kontak mata yang
berat bedan (BB). Mengingkari kurang. Gagal menepati janji
diagnosa, merasa tidak berdaya, atau banyak janji untuk periksa
putus asa, tidak berguna, rasa dengan gejala yang sama
bersalah, kehilangan kontrol diri, dan
depresi
feses encer disertai/tanpa mukus
atau darah, diare pekat yang
diare yang intermiten, terus menerus,
sering, nyeri tekan abdominal,
4 Eliminasi disertai/tanpa kram abdominal. Nyeri
lesi atau abses rektal, perianal,
panggul, rasa terbakar saat miksi
dan perubahan dalam jumlah,
warna, dan karakteristik urin
bising usus dapat hiperaktif,
kurus, menurunnya lemak
Tidak napsu makan, mual/muntah, subkutan/masa otot, turgor kulit
perubahan kemampuan mengenali buruk, lesi pada rongga mulut,
5 Makanan/Cairan makanan, disfagia, nyeri retrosternal adanya selaput putih dan
saat menelan dan penurunan BB yang perubahan warna pada mulut.
progresif Kesehatan gigi/gusi yang buruk,
adanya gigi yang tanggal, dan
edema (umum, dependen)
memperlihatkan penampilan
tidak dapat menyelesaikan aktivitas yang tidak rapi, kekurangan
6 Higiene
sehari-hari dalam perawatan diri, dan
aktivitas perawatan diri
7 Neurosensori pusing, sakit kepala, perubahan status perubahan status mental kacau
mental, berkurangnya kemampuan mental sampai dimensia, lupa
diri untuk mengatasi masalah, tidak konsentrasi buruk, kesadaran
mampu mengingat dan konsentrasi menurun, apatis, respon
menurun. Kerusakan sensasi atau melambat, ide paranoid,
indera posisi dan getaran, kelemahan ansietas, harapan yang tidak
otot, tremor, perubahan ketajaman realistis, timbul reflak tidak
penglihatan, kebas, kesemutan pada normal, menurunnya kekuatan
ekstrimitas (paling awal pada kaki) otot, gaya berjalan ataksia,
tremor, hemoragi retina dan
eksudat, hemiparesis, dan kejang
pembengkakan pada sendi, nyeri
nyeri umum atau lokal, sakit, rasa pada kelenjar, nyeri tekan,
Nyeri/Kenyaman terbakar pada kaki, sakit kepala penurunan rentang gerak
8
an (keterlibatan SSP), nyeri dada (ROM), perubahan gaya
pleuritis berjalan/pincang, gerak otot
melindungi bagian yang sakit
takipnea, distres pernapasan,
napas pendek yang progresif, batuk
perubahan bunyi napas/bunyi
(sedang-parah), batuk produktif/
9 Pernapasan napas adventisius, sputum
nonproduktif, bendungan atau sesak
kuning (pada pneumonia yang
pada dada
menghasilkan sputum)
perubahan integritas kulit;
terpotong, ruam, mis. ruam,
riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka
eksim, psoriasis, perubahan
lambat sembuh, riwayat transfusi
warna, mudah terjadi memar,
berulang, riwayat penyakit defisiensi
luka-luka perianal atau abses,
10 Keamanan imun (kanker tahap lanjut), riwayat
timbul nodul-nodul, pelebaran
infeksi berulang, demam berulang ;
kelenjar limfe pada dua area atau
suhu rendah, peningkatan suhu
lebih (mis. leher, ketiak, paha).
intermiten, berkeringat malam
Kekuatan umum menurun,
perubahan pada gaya berjalan
riwayat perilaku berisiko tinggi yaitu
hubungan seksual dengan pasangan
positif HIV, pasangan seksual
multipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal.
kehamilan atau resiko terhadap
Menurunnya libido, terlalu sakit
hamil, pada genetalia
11 Seksualitas untuk melakukan hubungan seksual,
manifestasi kulit (mis. herpes,
dan penggunaan kondom yang tidak
kutil), dan rabas
konsisten. Menggunakan pil KB yang
meningkatkan kerentanan terhadap
virus pada wanita yang diperkirakan
dapat terpajan karena peningkatan
kekeringan vagina
kehilangan kerabat/orang terdekat,
rasa takut untuk mengungkapkan perubahan pada interaksi
pada orang lain, takut akan keluarga/orang terdekat,
12 Interaksi Sosial penolakan/kehilangan pendapatan, aktivitas yang tidak
isolasi, kesepian, mempertanyakan terorganisasi, perubahan
kemampuan untuk tetap mandiri, penyusunan tujuan
tidak mampu membuat rencana