Metode Controlled-source audio-frequency magnetotellurics
(CSAMT) adalah metode sounding elektromagnetik resolusi tinggi yang mempergunakan dipole listrik yang ditanahkan sebagai sumber sinyal elektromagnetik. Arus yang ditanahkan berbentuk sinusoidal dan memiliki frekuensi yang berbeda-beda misalnya 0.25 Hz hingga 8192 Hz Metode ini digolongkan dalam teknik elektromagnetik domain frekuensi. Pengukuran pada frekuensi tinggi berkaitan dengan informasi bawah permukaan bagian dangkal sedangkan pengukuran pada frekuensi rendah berkaitan dengan informasi bawah permukaan bagian dalam. Respon sifat fisis bumi yang berupa nilai medan elektromagnetik kemudian diukur di permukaan dan biasanya dinyatakan sebagai data resistivitas semu dan fasa impedansi versus nilai-nilai frekuensi pengukuran. Data tersebut kemudian diinterpretasi kuantitatif melalui skema inversi sehingga didapat model resistivitas material bumi terhadap kedalaman. Setup lapangan CSAMT melibatkan sumber (transmitter) dan titik sounding (receiver) sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 1. Sumber umumnya berupa dipole listrik antara 1 – 3 km yang cukup panjang untuk memberikan kekuatan signal yang diperlukan, tapi cukup pendek untuk tidak menimbulkan persoalan logistik. Dipole dibumikan di kedua ujungnya melalui elektroda arus yang terbuat dari lembaran aluminium foil yang ditanam dalam lubang. Site pengukuran biasanya ditempatkan pada jarak 5 sampai 10 km dari sumber (idealnya berada pada zona jauh). Pengukuran dilakukan untuk komponen-komponen medan listrik dan magnet. Medan listrik E diukur dengan dipole listrik yang panjangnya antara 10 hingga 150 m. Terminal pada kedua ujung dipole adalah elektroda potensial tak terpolarisasi (‘pot’) yang ditanam dalam lubang dan dibasahi dengan air bersih. Pengukuran medan-E terdiri dari beda potensial antara kedua elektroda (pot) dan sudut fasanya relatif terhadap sumber signal. Sedangkan medan magnet diukur melalui potensial induksi pada antena medan magnetik (coil). Pemrosesan data CSAMT terdiri dari dua langkah yang terdiri dari pemrosesan awal dan pemrosesan interpretatif. Pada langkah pertama dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas data secara keseluruhan dan untuk memperoleh estimasi tentang noise dan error yang bersangkutan. Kegiatan ini mencakup analisa data magnitude dan fasa semua komponen medan listrik dan magnet hasil pengukuran, analisa resistivitas semu dan beda fasa impedansi hasil perhitungan, serta estimasi tentang standard deviasi dan koefisien- koefisien variasi dari data dan parameter pengukuran tersebut di atas. Setelah data dalam kondisi yang bisa diterima maka mulai dilakukan langkah kedua yang meliputi optimasi cara penyajian data, penanganan pengaruh-pengaruh khusus melalui berbagai proses seperti normalisasi, koreksi statik, pemfilteran dan perhitungan turunan-turunan fungsi resistivitas semu maupun fasa. Interpretasi data CSAMT pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan label geologi kepada hasil pengukuran yang berupa fungsi resistivitas semu dan fasa impedansi. Pada proses ini dapat digunakan teknik inversi untuk menghasilkan suatu model numerik yang cocok dengan dengan hasil pengukuran. Tahapan interpretasi diawali dengan peninjauan secara menyeluruh hasil pemrosesan dan analisa data yang telah dibahas diatas, untuk memperoleh gambaran tentang distribusi resitivitas bawah permukaan secara kualitatif. Peninjauan dapat dilakukan dari site ke site (berbasis 1-D) maupun secara 2-D dimana lokasi adan arah profil dipilih dari data yang tersedia. Pada tahap ini, korelasi antara site sering kali terlihat pada pseudosection resistivitas semu maupun fasa. Berdasarkan hasil interpretasi kualitatif diatas dan informasi geologi ataupun informasi lainnya kemudian disusun suatu model numerik yang responnya dapat dibandingkan dengan data hasil pengamatan. Hasil dan informasi diatas dapat pula digunakan sebagai landasan untuk program inversi yang biasanya memerlukan suatu model awal yang diikuti dengan proses iteratif untuk perbaikan model. Inversi data CSAMT dapat dilakukan baik untuk model resistivitas kontinue maupun diskontinyu, dimana masing-masing model dapat berbasis 1-D, 2D ataupun 3-D.
Gambar 1. Prosedur lapangan CSAMT
Gambar 2. Penampang lintang resistivity/geologi berdasarkan struktur resistivitas Metode TDEM TDEM adalah singkatan dari time-domain electromagnetic atau kadang disebut juga TEM (transient electromagnetic). seperti halnya CSMAT, metode ini juga menggunakan sumber buatan berupa coil (kumparan) berdiameter tertentu misalnya 100 m atau dipol listrik sepanjang 1 – 2 km ujungnya ditanahkan. Berbeda dengan CSAMT, bentuk gelombang sumber (arus) bukanlah sinusoidal melainkan gelombang bipolar 50% duty- cycle (1/4 perioda on(+); 1/4 perioda off; 1/4 perioda on ( ); 1/4 perioda off) . Periode sumber dapat bernilai 1 ms hingga 16 s. Periode kecil berkaitan dengan informasi bawah permukaan dangkal dan sebaliknya periode besar berkaitan dengan informasi bawah permukaan dalam. Prinsip pengukuran: pada saat arus (on) di-of-kan maka terjadi perubahan nilai medan magnet yang kemudian diikuti oleh timbulnya arus sekunder yang melebar terhadap kedalaman dan terdifusi karena interaksinya dengan resistivitas material bumi. Penggunaan TDEM dengan loop arus biasanya untuk aplikasi dangkal (300-500 m) dan juga digunakan untuk proses koreksi statik data MT. Keberadaan anomali konduktif dangkal menyebabkan bergesernya kurva resistivitas semu MT (efek statik). Karena TDEM tidak dipengaruhi efek statik, maka struktur hasil TDEM digunakan untuk memodelkan data frekuensi tinggi, yang nantinya digunakan sebagai faktor koreksi data MT. Penggunaan TDEM dengan dipol arus (sering disebut LOTEM: long-ofset transient electromagnetic) biasanya untuk aplikasi dalam (hingga 4-5 km) bukan untuk koreksi statik. Data biasanya berbentuk kurva resistivitas semu vs waktu transient atau medan magnet vs waktu transient Interpretasi TDEM saat ini masih pada teknik inversi 1-D (resistivitas vs kedalaman) meskipun upaya-upaya riset 2D dan 3D terus berkembang. Gambar 3. Contoh TDEM dengan sumber berupa loop yang dialiri arus
Gambar 4. Contoh TDEM dengan sumber dipol listrik yang ujungnya
ditanahkan (mis: LOTEM)
Gambar 5. (i) contoh data; (ii) contoh inversi 1-D; (ii) contoh penampang 2-D dari inversi 1-D