Anda di halaman 1dari 13

NASKAH DRAMA UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA

DAN PPKN

Anggota Kelompok:
1. Adinda Dyah Virgiana (02)
2. Ardina Puspita Nur Hanifah (04)
3. Aurellia Aishafitri S. (05)
4. Desi Safitriyani (09)
5. Erlangga Wisnu Fabiano (11)
6. Fahmi Anhar Fatwaddin (12)
7. Fatih Najwan Madhani S. (15)
8. Larasati Mutiara Aryndani (22)
9. Najwa Aliyah (28)
10. Thariq Riyaza Kautsar S. (38)
Kelas: IX C

SMP ISLAM AL AZHAR 8 BEKASI


2018/2019
NASKAH DRAMA UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA DAN
PPKN
BIOGRAFI PROF. MR. MOHAMMAD YAMIN, S. H.

Peran:
1. Adinda Dyah Virgiana : Amir Syarifuddin, Peserta Kongres 2, H. Agus Salim
2. Ardina Puspita Nur Hanifah : Ardina (narator 1)
3. Aurellia Aishafitri S. : Siti Sundari, Anggota BPUPKI, Peserta kongres 3
4. Desi Safitriyani : Peserta Kongres , Soepomo
5. Erlangga Wisnu Fabiano : Djoko Marsaid, Ir. Soekarno
6. Fahmi Anhar Fatwaddin : Muhammad Tabrani, Radjiman Wedyodiningrat
7. Fatih Najwan Madhani S. : Wage Rudolf Soepratman, Moh. Hatta
8. Larasati Mutiara Aryndani : Aryn (narator 2)
9. Najwa Aliyah : Soegondo Djojopuspito, R.P. Soeroso
10. Thariq Riyaza Kautsar S. : Prof. Mr. Mohammad Yamin, S. H.

i
*Suatu hari, di dalam kelas, Ardina menghampiri Aryn dan menanyakan tugas apa
yang diberikan oleh guru*
Ardina : “Hai Aryn, tadi ada tugas apa ya? Aku kan tadi enggak masuk
kelas karena dipanggil guru.”
Aryn : “Hai Ardina, tadi ada tugas untuk ujian praktik bahasa Indonesia.
Kita harus bikin drama tentang Mohammad Yamin.”
Ardina : “Oh begitu, kamu udah mulai bikin teksnya belum?”
Aryn : “Belum nih, aku lupa ceritanya, kamu tahu enggak?”
Ardina : “Kebetulan aku tahu, ayo kita buat naskahnya.”
Aryn : “Memangnya ceritanya gimana?”
Ardina : “Mohammad Yamin itu dilahirkan di Talawi, Sawahlunto,
Sumatra Barat pada tanggal 24 Agustus 1903 dari pasangan Usman
Baginda Khatib dan Siti Saadah.”
Aryn : “Oh begitu, terus beliau sekolah di mana?”
Ardina : “Ia menempuh pendidikan dasar di HIS Palembang, setelah itu ia
melanjutkannya di AMS Yogyakarta, hingga sekolah kehakiman di
Jakarta. Beliau seorang negarawan dengan latar belakang dunia
sastra yang berhasil masuk dan memiliki andil dalam bidang politik
serta memberikan kontribusi besar bagi negara. Banyak sekali
karya-karyanya, salah satunya adalah puisi.”
Aryn : “Wah, berarti Moh. Yamin jago bikin puisi ya?”
Ardina : “Iya betul, ia pernah membuat puisi untuk temannya, Siti Sundari,
dan kepergok oleh Sundari”
(ganti latar)
*Moh. Yamin sedang menulis puisi, lalu tiba-tiba diambil oleh Siti Sundari*
Sundari : “Apakah yang sedang kamu tulis ini wahai Yamin?” (sambil
memegang kertas)
Moh. Yamin : “Itu adalah sebuah puisi yang sedang kutulis”
*Sundari membacakan puisi itu keras-keras*
Moh. Yamin : “Berhenti! Aku mohon jangan membacanya.”
*Sundari tetap membacanya sambil berkeliling dan diikuti oleh Moh. Yamin*
Sundari : “Bagaimana keadaanmu, Yamin? Apakah sudah membaik?”

1
Moh. Yamin : “Alhamdulillah aku telah sembuh.”
Sundari : “Mari kita mempersiapkan diri untuk kongres pemuda.”
Moh. Yamin : “Baiklah.”
(ganti latar)
Aryn : “Oh, jadi Moh. Yamin dan Sundari mengikuti kongres pemuda
ya?”
Ardina : “Iya, Moh. Yamin bahkan mengusulkan bunyi sumpah pemuda
lho.”
(ganti latar)
Tabrani : “Semuanya! Harap tenang! Kongres akan segera dimulai.”
Peserta kongres: “Untuk apa kita melakukan kongres ini?”
Tabrani : “Saya melihat keadaan bangsa saat ini sangat mudah terpecah
belah, saya yakin kita bisa berubah.”
Peserta kongres: “Tapi bagaimana caranya saudaraku, Kita semua mencintai
daerah masing-masing, selalu membanggakan daerah kita masing-
masing”
Tabrani : “Maka dari itu, tujuan dari diadakannya kongres ini untuk
membuat kita semua sadar bahwa persatuan itu sangat penting.
Seperti penggunaan satu bahasa untuk melakukan komunikasi satu
sama lain.”
(ganti latar)
Ardina : “Nah, gitu Ryn ceritanya. Jadi hasil dari kongres tersebut salah
satunya adalah upaya untuk menghilangkan sifat kedaerahan dan
juga menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan.”
Aryn : “Oh gitu Din, jadi pada saat itu mereka sudah mulai sadar akan
adanya persatuan. Lalu, bagaimana selanjutnya?”
Ardina : “Jadi setelah kongres I, terbentuk organisasi baru yang
merupakan gabungan dari beberapa organisasi-organisasi
Indonesia. Penyatuan ini dikenal dengan nama Jong Indonesia.
Mereka mengadakan sebuah pertemuan tetapi pertemuan tersebut
tidak menghasilkan apa-apa. Akhirnya mereka mengusulkan
diadakannya kongres pemuda II.”

2
Aryn : “Oh iya, pada saat itu Moh.Yamin jadi sekertaris, kan?”
Ardina : “Pada kongres pemuda II, Soegondo Djojopuspito menjadi ketua,
Djoko Marsaid sebagai wakil ketua, Moh.Yamin sebagai sekertaris
serta ketua Jong Sumatrenan Bond dan Amir Syarifuddin sebagai
bendahara.”
(ganti latar)
Soegondo : “Terima kasih kepada hadirin yang telah menghadiri rapat ini
untuk membahas persatuan golongan pemuda. Saya harap pada
rapat kali ini kita dapat menghasilkan sesuatu yang dapat
menyatukan pemuda Indonesia.”
Djoko : “Ya, rapat ini akan kita mulai dengan mendengar pendapat-
pendapat dari hadirin sekalian.”
Amir : “Sekarang kita harus menyamakan pikiran kita terlebih dahulu
agar nantinya kita mendapatkan hasil yang diinginkan. Kita juga
harus mementingkan kepentingan bersama dibanding kepentingan
golongan.”
Soegondo : “Baiklah, siapa yang ingin menyampaikan pendapatnya terlebih
dahulu?”
*salah satu peserta kongres mengangkat tangan untuk menyampaikan
pendapatnya*
Soegondo : “Ya, silahkan.”
Peserta Kongres: “Usul saya bagaimana jika kita harus memiliki kebudayaan yang
sama.”
Peserta Kongres 2: “Maaf saya membantah pendapat anda. Menurut saya,
kebudayaan kita tergantung dengan adat istiadat di daerah masing-
masing, tidak bisa disamakan seperti itu.”
Peserta Kongres 3: “Kebudayaan itu berasal dari leluhur kami masing-masing,
jika anda ingin menyamaratakan kebudayaan maka anda tidak
menghargai leluhur kami.”
Peserta Kongres : “Tapi faktor kebudaaan yang beragam juga menghambat
persatuan bangsa Indonesia karena masih banyaknya sifat
kedaerahan diantara kita!”

3
Soegondo : “Para hadirin, mohon tenang!”
Djoko : “Kalau ribut seperti ini, tidak akan ada jalan keluarnya.”
Moh. Yamin : “Benar, kalau ada yang berbeda pendapat, jangan langsung
dibantah, lebih baik dibicarakan secara baik-baik.”
Amir : “Mari kita lanjut lagi rapat yang tertunda tadi.”
Djoko : “Jadi siapa yang ingin berpendapat?”
Moh. Yamin : “Saya ingin berpendapat. Menurut saya, kita sebagai rakyat juga
harus bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia, karena hanya
bangsa kita lah yang memiliki banyak perbedaan seperti agama,
budaya, adat, dan juga memiliki banyak golongan yang beragam.
Dengan perbedaan tersebutlah menjadi tantangan bagi kita, dan
menjadi keberagaman bangsa Indonesia. Itu bisa menjadi ciri khas
bangsa Indonesia. Dimana lagi kita dapat menemukan suatu bangsa
yang memiliki perbedaan yang beragam seperti ini? Apalagi jika
bangsa kita ini dapat menerima semua perbedaan, menjunjung
tinggi persatuan, itu bisa memajukan bangsa Indonesia.”
*tepuk tangan memeriahkan ruang kongres tersebut*
Moh. Yamin : “Selain kita harus bangga, kita juga harus mencintai sepenuhnya
bangsa ini, karena jika kita sudah mencintai serta menghilangkan
perbedaan, maka untuk bersatu merupakan suatu hal yang tidak
terlalu sulit dan bisa mengantarkan bangsa Indonesia ke gerbang
kemerdekaan. Bagaimana jika kita menentukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa sehari-hari untuk komunikasi?”
Soegondo : “Bagus sekali pendapat anda Yamin, dan bisa diterima, adakah
salah satu diantara kalian yang tidak setuju?”
*semua peserta kongres setuju dan setelah itu W.R Soepratman berdiri*
W.R. Soepratman: “Sebenarnya saya ingin menunjukkan lagu yang memang saya
buat beberapa waktu lalu, lagu ini berjudul ‘Indonesia Raya’ dan
penulisan lagu ini dibantu oleh Moh.Yamin, saya mengusulkan
mungkin bisa menjadi lagu kebangsaan Indonesia.”
*lalu W.R Soepratman memulai lagunya dengan memainkan biolanya, dan saat
sudah selesai semua peserta bertepuk tangan*

4
Djoko : “Mr. Soepratman lagu yang anda buat bagus sekali dan membuat
semua yang ada disini takjub, dan benar lagu itu bisa dijadikan
lagu kebangsaan Indonesia.”
*setelah itu, peserta kongres merumuskan sumpah pemuda, lalu dibacakan
bersama-sama*
(ganti latar)
Aryn : “Oh, jadi Moh.Yamin itu salah satu orang yang mengusulkan
pendapatnya di kongres pemuda II dan ikut andil dalam pembuatan
lagu ‘indonesia raya’ .”
Ardina : “Iya Ryn, begitu. Nah karena pendapat Moh.Yamin itulah yang
merumuskan Sumpah Pemuda.”
Aryn : “Moh.Yamin juga merumuskan Pancasila, kan?”
Ardina : “Iya, Moh.Yamin merupakan anggota BPUPKI dan dia juga
merumuskan Pancasila pada saat sidang pertama tanggal 29 Mei-1
Juni 1945. Oh iya, selain pandai membuat puisi, Moh.Yamin juga
yang membuat semboyan polisi militer, ‘Satya Wira Wicaksana’
yang berarti ‘taat, kesatria, bijaksana’ dan masih banyak lagi karya
Moh.Yamin lainnya.”
Aryn : “Wah, keren banget ya Moh.Yamin, banyak hal yang sebenernya
kita enggak tahu.”
(ganti latar)
Dr. Radjiman : “Para hadirin sekalian, sebentar lagi sidang akan dimulai. Kali ini
kita membahas tentang dasar negara Indonesia. Pada hari ini, Moh.
Yamin akan memberikan usulan untuk dasar negara. Kepada Moh.
Yamin dipersilahkan.”
Moh. Yamin : “Saya akan memberikan usulan berkaitan tentang dasar negara
Indonesia. Pertama, peri kebangsaan. Kedua, peri kemanusiaan.
Ketiga, peri ketuhanan. Keempat, peri kerakyatan. Kelima,
kesejahteraan rakyat. Itulah rumusan dasar negara dari saya.”
R.P.Soeroso : “Usulan anda kami terima. Kami masih menunggu usulan dari
Bung Karno dan Mr. Soepomo. Apakah ada yang ingin
menyampaikan pendapat?”

5
Anggota BPUPKI: “Bagaimana dengan kesejahteraan rakyat? Untuk menyatukan
Indonesia saja kita masih belum mampu. Bagaimana ingin
menyejahterakan rakyat?”
Moh. Yamin : “Dengan kemauan dan perjuangan rakyat Indonesia saya yakin
kita dapat memerdekakan negara Indonesia dan menyejahterakan
rakyat. Oleh karena itu, disini saya membutuhkan persatuan dan
kesatuan dari hadirin sekalian.”
R.P.Soeroso : “Terima kasih atas pendapat dari anda.”
Dr. Radjiman : “Sekian sidang pada hari ini. Sidang akan dilanjutkan pada
tanggal 31 Mei 1945. Terima kasih atas partisipasi dari hadirin
sekalian. Semoga dengan perjuangan kita ini dapat memerdekakan
negara Indonesia. MERDEKAA...!!!”
*semua anggota rapat berteriak merdeka sembari mengacungkan kepalan tangan*
Aryn : “Oh begitu ya Din, jadi Moh. Yamin merumuskan gagasannya di
tanggal 29 Juni 1945, kalo selanjutnya siapa Din?”
Ardina :”Iya Ryn. Nah yang ngusulin gagasan itu bukan hanya Moh.
Yamin. Tapi, juga ada Mr. Soepomo yang mengusulkan
gagasannya di tanggal 31 Mei dan Ir.Soekarno di tanggal 1 Juni.”
(ganti latar)
Dr. Radjiman : “Selamat siang hadirin sekalian. Mari kita lanjutkan sidang yang
tertunda kemarin.”
R.P Soeroso : “Pada hari ini Mr. Soepomo akan menyampaikan gagasannya.
Silahkan kepada Mr. Soepomo waktu dan tempat dipersilahkan.”
Mr. Soepomo : “Terima kasih atas kesempatannya, gagasan yang sudah saya
rumuskan adalah pertama persatuan. Kedua kekeluargaan. Ketiga
mufakat atau demokrasi. Keempat kesejahteraan rakyat, dan yang
terakhir ketuhanan yang maha esa.”
Dr. Radjiman : “Rumusan dari anda akan dipertimbangkan, terima kasih telah
mengusulkan.”
(keesokan harinya)

6
R.P Soeroso : “Hadirin sekalian, mari kita langsung dengarkan rumusan dari
Bung Karno, dipersilahkan bagi Bung Karno untuk menyampaikan
pendapatnya.”
Ir. Soekarno : “Pada hari ini, saya ingin menyampaikan gagasan yang sudah
saya rumuskan. Pertama kebangsaan Indonesia yaitu nasionalisme.
Kedua Internasionalisme/peri kemanusiaan. Ketiga
mufakat/demokrasi. Keempat kesejahteraan sosial. Kelima
ketuhanan yang berkebudayaan.”
Moh. Yamin : “Bagaimana jika rumusan ini diberi nama ‘Pancasila’ yang
artinya lima dasar.
Ir. Soekarno : “Saya setuju dengan Bung Yamin. Bagaimana dengan yang
lain?”
Dr. Radjiman : “Saya juga setuju dengan anda.”
*semua anggota setuju dengan saran dari Moh. Yamin*
Dr. Radjiman : “Sekian sidang BPUKI I ini. Terima kasih kepada para hadirin
yang berpartisipasi dalam sidang ini, dan kepada para pembicara
yang ikut mengusulkan gagasannya, semoga sidang ini membawa
bangsa Indonesia untuk menuju menjadi lebih maju.”
(ganti latar)
Aryn : “Wah ternyata pancasila tidak sembarangan dibuat ya, perlu
perjuangan utnuk menghasilkan pancasila. Mulai dari
mengumpulkan gagasan, menggabungkan beberapa pendapat,
sampai merumuskan pancasilanya.”
Ardina : “Iya, Ryn. Tidak sampai itu saja lho. Akhirnya pada tanggal 1
Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Setelah sidang
pertama selesai, BPUPKI mengalami masa reses pada tanggal 2
Juni - 9 Juli 1945. Pada saat itu, 9 orang anggota BPUPKI ditunjuk
sebagai panitia kecil yang bertujuan untuk menyelaraskan
mengenai negara dan agama. Setelah mereka melakukan rapat
secara informal, mereka menghasilkan rancangam pembukaan
hukum dasar yang terkenal dengan nama Jakarta Charter.”

7
Aryn : “Oh, begitu ya. Kita harus menghargai jasa pahlawan yang begitu
besar demi kemerdekaan Indonesia.”
(ganti latar)
Dr. Radjiman : “Saya mengumpulkan kalian disini karena saya memilih kalian
sebagai panitia kecil yang akan bertugas untuk membuat rancangan
pembukaan hukum dasar. Hari ini akan diadakan rapat yang
membahas tentang keselarasan negara dan agama. Apakah ada
yang ingin menyampaikan usulan?”
H. Agus : “Menurut saya bentuk negara ini harus berdasarkan dengan
teokrasi islam. Semua harus mengikuti syariat-syariat islam.
Mayoritas penduduk di Indonesia adalah pemeluk agama islam.
Dengan ini saya yakin akan ada persatuan antar pemeluk agama
islam.”
Moh. Yamin : “Tidak bisa seperti itu. Bentuk negara ini harus sekuler. Negara
ini tidak boleh bergerak dibidang agama. Di Indonesia ini tidak
hanya ada pemeluk agama islam melainkan banyak yang memeluk
agama selain islam. Dengan adanya bentuk negara terokrasi islam
Indonesia akan terpecah belah menjadi beberapa golongan. Hal ini
tidak boleh terjadi jika kita ingin bersatu agar mencapai tujuan kita
yaitu kemerdekaan.”
Ir.Soekarno : “Saya setuju dengan Bung Yamin. Dengan bentuk negara sekuler
kita akan bersatu. Dalam rumusan pembukaan hukum dasar ini
nantinya akan ditulis menjadi ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluknya. Dalam
rumusan ini akan ada empat paragraf yang terdiri dari tiga paragraf
pernyataan kemerdekaan dan satu paragraf berisi dasar negara
Indonesia. Kita akan bahas lebih lanjut pada rapat selanjutnya.
Terimakasih atas pengertian dari berbagai pihak dalam perbedaan
pendapat dan pemikiran.”
(ganti latar)
Ardina : “Nah, jadi begitu Ryn ceritanya.”

8
Aryn : “Iya. Pada saat sidang BPUPKI II pada tanggal 10-17 Juli 1945
rancangan pembukaan hukum dasar dipecah menjadi dua bagian
yaitu pernyataan kemerdekaan pada paragraf satu sampai tiga
diperluas menjadi 12 paragraf dan pembukaan tetap empat
paragraf.”
Ardina : “Benar itu, Ryn. Setelah menghasilkan Piagam Jakarta, mereka
masih membahas ini dalam sidang pertama PPKI. PPKI merupakan
organisasi buatan Indonesia yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pada
sidang PPKI yang pertama ada perubahan terhadap rancangan
pembukaan hukum dasar pada bagian pembukaan. Perubahan ini
diusulkan oleh Moh.Yamin.”
(ganti latar)
Ir. Soekarno : “Negara ini harus cepat merdeka, negara ini harus segera lepas
dari kekangan Nippon, agar rakyat ibu pertiwi bisa hidup dengan
aman dan tentram disertai kedamaian.”
Moh. Hatta : “Benar bung, sudah terlalu lama kita diperbudak para boneka
Nippon. Harus ada penggerak untuk mewujudkan cita-cita kita ini,
Bung.”
*Moh.Yamin mengangkat tangannya*
Moh. Yamin : “Sebelum kita membahas masalah Nippon, saya merasa ada yang
kurang pas dengan rancangan pembukaan hukum dasar. Menurut
saya dalam rancangan ini harus ada perubahan. Disini terdapat
tulisan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat
islam bagi pemeluknya. Hal ini dapat menimbulkan pro dan
kontra.”
Ir. Soekarno : “Itu benar, Bung. Kemarin, A.A Maramis sebagai perwakilan dari
wilayah Indonesia Timur, menghubungi Bung Hatta untuk
menyampaikan penolakan terhadap kalimat-kalimat yang
terfokuskan hanya untuk pemeluk agama islam.”
Moh. Yamin : “Iya, menurut saya harus ada penghapusan pada tujuh kata itu dan
diganti menjadi ketuhanan yang maha esa.”

9
Ir. Soekarno : “Saya setuju. Dengan ini masyarakat tidak akan ada yang
terpecah belah.”
Moh. Yamin : “Terima kasih karena telah menerima pendapat saya.”
(ganti latar)
Ardina : “Nah, pada hari yang sama diangkatlah Ir.Soekarno dan
Moh.Hatta sebagai presiden dan wakil presiden.”
Aryn : “Oh, jadi ternyata kontribusi Moh.Yamin itu besar ya terhadap
perjuangan bangsa Indonesia sampai merdeka.”
Ardina : “Iya banyak kontribusi Moh.Yamin yang kita enggak tahu. Oh,
iya Ryn, aku lupa nyeritain satu hal yang enggak kalah penting.
Kamu tahu kan Sundari teman kerja Moh.Yamin?”
Aryn : “Iya, tau kok. Memangnya ada apa Din?”
Ardina : “Alasan lain Moh.Yamin sangat bersemangat menghadiri
kongres-kongres karena kehadiran perempuan yang ia suka,
Sundari itu loh.”
Aryn : “Wah, jadi ternyata Moh.Yamin udah lama naksir sama Sundari.”
Ardina : “Iya, mereka semakin dekat saat Sundari pindah ke Bandung dan
Yamin sekolah hukum di Batavia.”
(ganti latar)
*di taman*
Sundari : “Ada apa kau mengajakku kemari? Karena jarang sekali kau
mengajakku berjalan-jalan.”
Moh.Yamin : “Sebenarnya ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu.”
Sundari : “Ku persilahkan kau mengatakan hal tersebut.”
Moh.Yamin : “wil je getrouwd met mij?”
Sundari : “Jangan mengerjaiku Yamin. Kamu tahu aku tidak pandai
berbahasa asing.”
*sambil sedikit terkekeh Moh.Yamin menjawab*
Moh. Yamin : “Tidak, Sundari. Aku serius akan hal ini.”
Sundari : “Tolong kau sampaikan dengan bahasa Indonesia saja, tidak perlu
menggunakan bahasa asing seperti itu.”

10
Moh.Yamin : “Baiklah, maaf-maaf. Aku serius kali ini. Sudah lama aku
mempunyai perasaan kepadamu, dan ingin mengajak mu menikah,
kamu mau atau tidak?”
*Sundari terkejut pernyataan dan ajakan dari Moh.Yamin, lalu dia menjawab
dengan malu-malu*
Sundari : “Aku mau.”
(ganti latar)
Aryn : “Selain pintar dan berbakat ternyata Moh.Yamin juga pandai
mengungkapkan perasaannya ya.”
Ardina : “Benar, Ryn dan Moh. Yamin meninggal pada umur 59 tahun
pada tanggal 17 Oktober 1962 di Jakarta.”

11

Anda mungkin juga menyukai