Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEJARAH SUMPAH PEMUDA


 Ahmad Muwaffiq
Faza (01)
PROJECT  Anissa Nimas
Syaharani (06)
BY  Harisa Silfi Nur
Hayati
 Nabilla Khansa (18)
 Thania Pratiwi (23)
 Zidnia Tanida (24)
SUMPAH PEMUDA
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda
Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa
Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas
bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam
segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut,
melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres
tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah
Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.
TEKS SUMPAH PEMUDA
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe
bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe
berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.
KONGRES PEMUDA II
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat
berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari
seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri
oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong
Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond,
Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat
dari pemuda tiong hoa
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua
berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang
beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas
inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung
yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
R A P A T P E R T A M A
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres
ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang
bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat,
pendidikan, dan kemauan
R A P A T K E D U A
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di
Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan
dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan
kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga
harus dididik secara demokratis.
R A P A T K E T I G A
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw
di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan
pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan
kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan
kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin
dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
P A N I T I A
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)

Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)

Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)

Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten


Bond)

Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)

Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)

Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)

Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)


A N G G O T A
•  Abdul Muthalib Sangadji •        Dali •        Jos Masdani •  Tjahija
•  Purnama Wulan •        Setiawan •        Soemanang •  Muhidin (Pasundan)
•  Abdul Rachman •        Darsa •        Kadir •  Van der Plaas
•  Raden Soeharto •        Sigit (Indonesische Studieclub) •        Soemarto (Pemerintah Belanda)
•  Abu Hanifah •        Dien Pantouw •        Karto Menggolo • Mukarno
•  Raden Soekamso •        Siti Sundari •        Soenario (PAPI & INPO) •  Wilopo
•  Adnan Kapau Gani •        Djuanda •        Kasman Singodimedjo •  Muwardi
•  Ramelan •        Sjahpuddin Latif •        Soerjadi •  Wage Rudolf Soepratman
• Amir (Dienaren van Indie) •        Dr.Pijper •        Koentjoro Poerbopranoto • Nona Tumbel
•  Saerun (Keng Po) •        Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken) •        Soewadji Prawirohardjo • Mohammad Tamzil
• Anta Permana •        Emma Puradiredja •        Martakusuma • Mohammad Tabrani
•  Sahardjo •        Soejono Djoenoed Poeponegoro •        Soewirjo •  Suwarni
•  Anwari •        Halim •        Masmoen Rasid
•  Sarbini •        R.M. Djoko Marsaid •        Soeworo
•  Arnold Manonutu •        Hamami •        Mohammad Ali Hanafiah
•  Sarmidi Mangunsarkoro •        Soekamto •        Suhara
•  Assaat •        Jo Tumbuhan •        Mohammad Nazif
•  Sartono •        Soekmono •        Sujono (Volksraad)
•  Bahder Djohan •        Joesoepadi •        Mohammad Roem
•  S.M. Kartosoewirjo •        Soekowati (Volksraad) •        Sulaeman
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin
pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan
kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres.
Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan
kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut
diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang
pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu
Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun
1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan
mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu
adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh
pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda
tetap terus menyanyikannya
S E K I A N
T E R I M A
K A S I H...

Anda mungkin juga menyukai