Anda di halaman 1dari 10

SUMPAH PEMUDA

KONGRES PEMUDA I
Sc-01 – Int - Di ruangan tempat berlangsungnya kongres
Di ruangan kongres, peserta duduk dengan posisi meja seperti dibawah ini,

PESERTA

PIMPINAN
PESERT (PANITIA)
A

MIMBAR PIDATO

PESERTA

Kongres Pemuda I (Berlangsung di Jakarta pada tanggal 30 April-2 Mei 1926)


Tujuan :
Membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan diantara
semua perkumpulan pemuda kebangsaan.
Peserta kongres :
- Panitia diketuai M.Tabrani ( adel )
Wakil Ketua : Sumarto
Sekretaris : Jamaludin
Bendahara : Suwarso
Pembantu : Bahder Johan,Yan Toule, Paul Pinantoan, Hamami, Sarabini, S.Pane
Jong Java
- Jong Sumatranen Bond
- Jong Ambon
- Sekar Rukun
- Jong Islamiten bond
- Jong Minahasa
- Jong Batak
- Dan Para pemuda lain dari seluruh daerah di Indonesia
Bander Johan :
“Silahkan ketua memulai kongres dengan menyampaikan pidato!”

M.Tabrani :
“Putra-putri Indonesia dan Anda semua yang hadir di sini. Atas nama Panitia Kongres Pemuda
Indonesia yang Pertama, saya mengucapkan selamat datang. Saya sampaikan ucapan selamat datang kepada
Anda semua sebagai pejuang-pejuang kemerdekaan Tanah Air dan Bangsa Kita.Dan sebagai pribadi-pribadi
yang memperlihatkan perhatiannya kepada perjuangan nasional kita.Anda semua telah meringankan langkah
mengunjungi Kongres Pemuda Indonesia yang pertama ini.Sungguh suatu perbuatan yang patut
dihargai.Kongres ini adalah suatu tongkak sejarah dalam sejarah pergerakan pemuda kita. Kita semua,
orang-orang Jawa, Sumatra, Minahasa, Ambon dan lain-lain, oleh sejarah ditempa menjadi insan-insan yang
harus bersatu padu, jika kita ingin mencapai tujuan kita bersama. Dan itu adalah, kemerdekaan Indonesia,
Ibu Pertiwi Tercinta.
Mengakhiri pidato saya, amat saya harapkan, supaya kongres ini menyuarakan generasi Indonesia
sekarang.Yang nantinya terpanggil untuk bekerja, berkarya, berjuang dan mati untuk kemerdekaan Nusa dan
Bangsa kita.Rakyat di seluruh kepulauan Indonesia bersatulah!”
Seusai Ketua Panitia mengucapkan pidatonya, para hadirin serempak menyambut dengan tepuk
tangan riuh. Banyak diantara hadirin yang saling berbisik-bisik. Mereka memuji isi pidato Ketua Panitia.
Muh.Yamin :
Hadirin dan para pemuda Indonesia! Hari ini saya berdiri di hadapan saudara-saudara sekalian untuk
menyampaikan sebuah gagasan mengenai pentingnya bahasa persatuan. Melalui mimbar ini, saya ingin
menyampaikan bahwa bahasa Jawa dan bahasa Melayu merupakan warisan nenek moyang kita yang dapat
mempersatukan kita. Bahasa persatuan merupakan identitas bangsa kita. Bangsa ini besar saudara-saudara,
ragam budaya, ragam daerah, dan ragam suku. Diperlukan satu identitas bahasa yang kuat untuk
menyatukan keragaman dan kemajemukan bangsa Indonesia. Saya menyarankan agar bahasa Jawa dan
bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Demikian pidato saya. Satuhal yang
ingin saya sampaikan kepada hadirin semua, Jagalah bahasa persatuan!
M.Tabrani :
“Para pemuda, saudara Yamin telah menyampaikan pidato nya mengenai bahasa persatuan, adakah pendapat
lain dari para pemuda sekalian?”

Pemuda :
“Kami, dan kita semua setuju dengan pendapat saudara Yamin mengenai bahasa persatuan Indonesia, tetapi
ada yang lebih penting yaitu bagaimana menyatukan kembali semangat bangsa Indonesia dalam
kegotongroyongan”

Pemuda :
“Kita semua memang harus bersatu dalam bangsa besar Indonesia merdeka, tetapi bagaimana dengan daerah
kita? Akankah identitas daerah kita lupakan?

Sumarto :
”Tidak, kita tidak boleh melupakan identitas daerah karena itu merupakan salah satu modal persatuan kita”

M.Tabrani :
”Saya setuju dengan saudara Marto, kita tidak boleh melupakan identitas daerah. Salah satunya bahasa.
Namun disini, kita mencoba mencari satu bahasa yang akan kita jadikan sebagai bahasa persatuan seperti
Yamin katakan”

Pemuda :
“kami juga sependapat”

Paul Pinontuan :
”Saya juga demikian”

Pemuda :
“Ya, setuju”

Pemuda :
“setuju”

Beberapa pemuda :
“Setuju..... setuju.......”

M.Tabrani :
”Untuk selanjutnya, penyampaian pidato oleh saudara Paul Pinontoan mengenai peranan agama dalam
gerakan persatuan bangsa Indonesia”
Paul Pinontoan :
“Pemuda-pemudi dan hadirin yang berbahagia, Saya akan menyampaikan betapa pentingnya menjaga
integrasi dalam persatuan bangsa Indonesia. Mengenai peranan agama, menjaga integrasi suku dan etnis.
Bangsa indonesia yang terdiri atas ratusan suku, pada hakekatnya mempunyai ikatan kekerabatan. Itulah
sebabnya, mereka memperlihatkan tenggang rasa dalam kehidupan beragama. Oleh karenanya perbedaan
agama bukanlah penghalang gerakan persatuan nasional. Para pemuda bangsa Indonesia, tugas agama ialah
membentuk tenaga-tenaga tangguh dan tanpa pamrih, untuk gerakan persatuan Indonesia kita”
Karena semangatnya yang menggebu-gebu, para pemuda dan hadirin bersorak dan bertepuk tangan.

M.Tabrani :
”Harap tenang... Sekarang kita akan membahas mengenai pembentukan badan sentral, wadah tunggal bagi
kita semua. Silahkan pemuda memberikan pendapat!”

Jong sumatranen :
“Ketua, nampaknya kita tidak mungkin membentuk badan sentral”

Jong ambon :
“Tak mungkin untuk saat ini karena itu harus dirumuskan oleh internal masing-masing gerakan. Ada hal
yang harus dibahas kembali”

Jong Batak :
”Benar itu, benar...”

Sontak para pemuda bediskusi kecil dengan rekan disamping mereka, kemudian salah seorang
pemuda mengacungkan tangan
Pemuda :
”saudara ketua, apa yang telah disampaikan oleh pemuda lain tadi harus dipertimbangkan”

M.Tabrani :
”Baiklah, semua pendapat kita tampung karena hal itu merupakan simbol musyawarah mufakat bangsa kita.
Kongres akan kita tunda sampai besok dengan agenda penutupan... tok..tok” (ketua mengetuk palu)

Para hadirin meninggalkan ruang kongres.

Persidangan yang ditunda, dimulai lagi pada tengah hari tanggal 2 Mei 1926. Persidangan itu
merupakan kegiatan terakhir kongres pemuda I.

Sc-02-Int-Ruang Kongres
Para hadirin memasuki ruang kongres

Jamaluddin :
”Para pemuda dan hadirin sekalian, saya akan menyampaikan pengumunan bahwa kongres pemuda
Indonesia pertama merupakan cetusan kebulatan tekad angkatan muda dalam merintis terwujudnya
persatuan bangsa Indonesia. Bahwa kongres pemuda Indonesia pertama menjadi titik tolak untuk
mengadakan kongres pemuda Indonesia berikutnya pada tahun-tahun yang akan datang. Sekian
pengumuman ini”

M.Tabrani :
”Para pemuda. Kita telah melaksanakan kongres selama beberapa hari, banyak hal yang telah kita sepakati
namun masih ada yang belum kita putuskan tetapi hal itu akan menjadi pembahasan dalam kongres-kongres
berikutnya. Pada hari ini, kongres ini akan saya tutup dan saya nyatakan berakhir, tok..tok...tok” (ketua
mengetuk palu)

Setelah kongres pemuda I ditutup, ternyata banyak pemuda yang tidak segera pergi. Mereka
menyempatkan diri untuk menyalami, berjabat tangan dengan M.Tabrani dan rekan-rekannya.
KONGRES PEMUDA II

Sc-03 – Int - Di ruangan tempat kongres

Di ruangan kongres, peserta duduk dengan posisi meja seperti gambar/tabel diatas

Tujuan :
1. Merumuskan dan mengikrarkan sumpah pemuda
2. Merah putih diakui sebagai bendera nasional
3. Indonesia Raya diakui sebagai lagu kebangsaan
4. Semua organisasi pemuda dilebur dalam satu wadah yaitu Indonesia Muda (1930)

Panitia/Pimpinan
 Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
 Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
 Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
 Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
 Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
 Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
 Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
 Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
 Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)

Peserta :
Abdul Muthalib Sangadji; Purnama Wulan; Abdul Rachman; Raden Soeharto; Abu Hanifah; Raden
Soekamso; Adnan Kapau Gani; Ramelan; Amir (Dienaren van Indie); Saerun (Keng Po); Anta
Permana; Sahardjo; Anwari; Sarbini; Arnold Manonutu; Sarmidi Mangunsarkoro; Assaat; Sartono;
Bahder Djohan; S.M. Kartosoewirjo; Dali; Setiawan; Darsa; Sigit (Indonesische Studieclub); Dien
Pantouw; Siti Sundari; Djuanda; Sjahpuddin Latif; Dr.Pijper; Sjahrial (Adviseur voor inlandsch
Zaken); Emma Puradiredja; Soejono Djoenoed Poeponegoro; Halim; R.M. Djoko Marsaid; Hamami;
Soekamto; Jo Tumbuhan; Soekmono; Joesoepadi; Soekowati (Volksraad); Jos Masdani; Soemanang;
Kadir; Soemarto; Karto Menggolo; Soenario (PAPI & INPO); Kasman Singodimedjo; Soerjadi;
Koentjoro Poerbopranoto; Soewadji Prawirohardjo; Martakusuma; Soewirjo; Masmoen Rasid;
Soeworo; Mohammad Ali Hanafiah; Suhara; Mohammad Nazif; Sujono (Volksraad); Mohammad
Roem; Sulaeman; Mohammad Tabrani; Suwarni; Mohammad Tamzil; Tjahija; Muhidin (Pasundan);
Van der Plaas (Pemerintah Belanda); Mukarno; Wilopo; Muwardi; Wage
Rudolf Soepratman; Nona Tumbel.

Tokoh politik : Soekarno, Sartono, dan Sunario

 Kongres Hari Pertama


Soegondo :
“Para pemuda sekalian, kongres Pemuda II dalam rangka penyatuan semangat dan puncak integrasi ideologi
nasional akan kita mulai. Agenda kongres akan disampaikan oleh saudara wakil ketua kongres”

R.M Djoko Marsaid :


Adapun agenda kongres ini adalah :
1. Merumuskan sumpah pemuda
2. Penetapan bendera nasional Indonesia
3. Pengakuan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia
4. Pembentukan organisasi Indonesia Muda
Soegondo :
“Pemuda Indonesia, Selamat datang di kongres pemuda II. Ini merupakan lanjutan dari kongres
pemuda I. Sebelumnya saya berterimakasih kepada saudara M.Tabrani dan rekan-rekan karena telah
mengadakan kongres Pemuda I. Hadirin dan para pemuda, dalam kongres ini akan tampil tiga
pembicara, yaitu :
1. Saudara Muh.Yamin dengan prasaran “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia”
2. Saudara Nn. Purnomowulan, Darwono dan S. Mangunsarkoro dengan prasaran “Pendidikan”
3. Saudara Sunaryo dengan prasaran “Kepanduan”

Kongres kita bersifat terbuka, jadi untuk para anggota yang hadir bebas memberikan masukan dan pendapat
dengan cara-cara yang wajar. Hari ini, kongres akan kita laksanakan dengan agenda mengenai Persatuan dan
Kebangsaan Indonesia. Saya minta kepada saudara Muh.Yamin untuk menyampaikan gagasan nya”

Muh. Yamin :
“Saudara-saudara sekalian, saya tak pernah bosan-bosan memberikan gagasan bagi bangsa ini. Bangsa ini
adalah bangsa yang besar, bangsa yang mempunyai kemampuan untuk bersatu dalam kemajemukan.
Saudara-saudaraku, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa hukum
adat, pendidikan, dan kemauan. Sejarah merupakan senjata utama kita. Sebuah bangsa besar adalah bangsa
yang menghargai sejarah. Bahasa adalah pemersatu sebuah bangsa. Hukum adat menjadi perisai ketertiban
dan keberadaban manusia. Tak kalah penting, pendidikan ialah media untuk mendidik dan mengajari
generasi pelurus. Semua faktor tersebut dapat membentuk persatuan apabila ada kemauan.”

Sontak para hadirin berdiri dan memberikan tepuk tangan atas pidato Yamin

Para hadirin :
”Ya...... kami setuju........ setujuuuuuuuuu.... sangat setuju....”
Soegondo :
“Ya tenang, tenang... Mmmm.. saya perhatikan sepertinya saudara di pojok sana (menunjuk kearah seorang
pemuda) ingin memberikan pendapat”

Salah satu Pemuda :


“Ia hanya ingin membenarkan saudara ketua” (Sambil nyengir dan tertawa kecil)

Sontak para hadirin tertawa dan bersorak

R. Katja Soengkana :
“Sepertinya para pemuda bangsa Indonesia semakin bersemangat dalam mewujudkan persatuan bangsa”
Johanes Leimena :
“Saya rasa begitu, Katja Soengkana”

Soegondo :
“Ini menandakan bahwa persatuan bangsa kita akan segera terwujud”

Para hadirin berbicara kecil dan berdiskusi sesama rekannya seolah mengiakan apa yang dikatakan
panitia/pimpinan kongres

Muh. Yamin :
“Ini semua dapat terwujud apabila kita mempunyai tekad dan semangat yang kuat”

Para hadirin mengangguk-angguk kepala

Wage Rudolf Soepratman :


“Saya sependapat dengan apa yang disampaikan saudara Yamin. Tetapi saya ingin menambahkan
sedikit mengenai pentingnya lagu kebangsaan. Apakah lagu kebangsaan tidak kita perhitungkan
dalam faktor pemersatu bangsa kita?”
Muh. Yamin :
“Saya setuju, lagu kebangsaan juga harus kita perhitungkan”

Salah seorang pemuda :


“Benar itu, lagu kebangsaan juga merupakan identitas bangsa yang menjadi pemersatu”

Para hadirin :
“Ia... betul”

Soegondo :
“Hadirin sekalian, saya mengucapkan terimakasih atas semua gagasan yang telah diberikan. Dapat
disimpulkan bahwa kongres hari ini menghasilkan konsep mengenai persatuan dan kebangsaan serta
pentingnya lagu kebangsaan. Kongres lanjutan akan kita lanjutkan esok hari, Minggu 28 Oktober
1928 membahas masalah pendidikan. Tok..tok...tok” (mengetuk palu)

Sidang hari pertama berakhir

 Kongres Hari Kedua


Pagi itu, para hadirin memasuki ruangan rapat

Soegondo :
“Para hadirin, hari ini adalah hari kedua kita melaksanakan kongres dengan membahas masalah
pendidikan. Baiklah langsung saja kepada pembicara meyampaikan gagasan nya”

Purnomowulan :
Para pecinta dunia pendidikan yang kami hormati,

Pendidikan adalah sebuah cara untuk dapat mengarahkan seseorang kepada hal hal yang bersifat baik dan
benar atau memberikan pengetahuan kepada semua orang agar bisa mengetahui atau mengenal objek yang di
maksud nya, Hal ini menjadi sebuah tantangan dan tuntutan bagi kita semua dalam menjawab sebuah
pertanyaan bagaimana tentang menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu
membawa dirinya pribadi ataupun bisa membawa bangsa kita tercinta dapat berbicara di dunia internasional
dan bisa sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka. Maka dari itu sudah seyogyannya kita turut andil dalam
memajukan dunia pendidikan terutama pendidikan di masa masa usia dini karena pada masa itulah masa
berkembangya otak sehingga memori dalam otak pun dapat mudah dan cepat menerima file yang masuk.
Saudara-saudara sekalian, pendidikan bukan hanya formal tapi juga informal. Bangsa Indonesia harus
menerapkan sistem pendidikan yang menyenangkan, melibatkan orang tua secara aktif, mendidik karakter dan
menjunjung tinggi persatuan”

Soegondo :
“Itulah paparan dari saudara Purnomowulan, Darwono dan S. Mangunsarkoro mengenai pendidikan.
Bagaimana dengan yang lain, apakah sependapat?”

Amir Sjarifuddin :
“Ketua, sangat ingin memberi pendapat!”

Soegondo :
“Ya silahkan!”

Amir Sjarifuddin :
“Yang menjadi pertanyaan kritis kita adalah apakah pendidikan bisa menjamin persatuan bangsa
kita? Kemudian bagaimana cara menyeimbangkan antara pendidikan di sekolah dan pendidikan
dirumah? Menurut saya, kita jangan hanya melihat dari satu aspek saja. Pendidikan itu kan hal yang
mutlak. Jadi harus dilihat secara universal”
Salah seorang pemuda :
“Anak juga harus dididik secara demokratis!”

Para hadirin :
“Yes.... eens.... eens...”
Para hadirin bertepuk tangan

Soegondo :
“Ik ben zeer senan.... Menir Purnomowulan, Darwono dan S. Mangunsarkoro Er zijn reageren?”

Darwono :
“Kami setuju dengan ungkapan bahwa anak harus dididik secara demokratis”

S. Mangunsarkoro :
“Dan orangtua berperan untuk mendidik anak secara demokratis”

Soegondo :
“Baik.. baik...”
Terlihat Soegondo berdiskusi dengan para pimpinan kongres yang lain
“Baik, setelah mendengar beberapa gagasan dan pendapat dari saudara-saudara sekalian, dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan merupakan hal penting dalam pemajuan bangsa kita. Pendidikan menjadi
tonggak sejarah perdaban bangsa Indonesia. Pendidikan harus dilakukan secara demokratis dengan peran
orang tua”

Para hadirin :
“eens.... eens...”

Soegondo :
“Congres vandaag die ik sluiten, tok...tok..” (mengetuk palu)

Kongres hari kedua telah usai, namun para pemuda tidak langsung pulang, mereka menyempatkan diri
untuk berbincang bersama rekan-rekannya

Terlihat Soegondo bersalaman dan berbincang dengan Mr.Sunaryo

Soegondo :
“Besok giliran saudara memberikan gagasan dihadapan para pemuda, apakah sudah siap?”
Mr.Sunaryo :
“Insya Allah saya siap”

Soegondo mengangguk-anggukkan kepala


Kemudian mereka meninggalkan ruangan kongres

 Kongres Hari Ketiga


Sebelum panitia/pimpinan datang, para pemuda berdiskusi dengan rekannya masing-masing sambil
sesekali tertawa kecil

Pimpinan/panitia memasuki ruang kongres

Soegondo :
“Selamat sore, semuanya”

Para hadirin :
“Sore....”
Soegondo :
(mempersilahkan para hadirin untuk duduk)
(lalu, terlihat memberi isyarat kepada wakil ketua kongres, R.M Djoko Marsaid untuk berbicara)

R.M Djoko Marsaid :


“Hari ini merupakan kongres ketiga yang sedikit berbeda dengan sebelumnya karena kita lakukan secara
tertutup. Masalah yang akan dibahas adalah mengenai kepanduan”

Soegondo :
“Kepanduan menjadi hal yang harus kita fokuskan, ini berkaitan dengan pembentukan organisasi yang akan
menaungi kita semua”

R.M Djoko Marsaid :


“Sebelum kita mendengarkan pidato saudara Sunaryo mengenai kepanduan, kita akan terlebih dahulu
membahas mengenai pembentukan organisasi tunggal pemuda Indonesia. Bagaimana menurut saudara-
saudara?”

Para pemuda terlihat berdiskusi dengan rekannya masing-masing

Tampak seorang pemuda mengacungkan tangan

Salah seorang pemuda :


“Pimpinan, Wij willen een advies”

Soegondo :
“Silahkan!”

Salah seorang pemuda :


“Organisasi tunggal harus kita jadikan sebagai sarana utama dan satu-satunya bagi pemuda Indonesia.
Organisasi ini nantinya akan menjadi wadah utama dalam mempersatukan pemuda bangsa Indonesia di
seluruh pelosok negeri”

Para hadirin :
“Ya... menarik sekali, setuju...”

Johanes Leimena :
“Sebuah organisasi tentu harus punya nama, apa nama organisasi ini?”

Salah seorang pemuda :


“Pemuda merdeka”

Johanes Leimena :
“Menurut saya itu terlalu frontal dan radikal”

Mr. Sunaryo :
“Indonesia Muda”

Para hadirin :
“Eens...eens..”

Johanes Leimena :
“een interessante naam”

Soegondo :
“Bagus sekali, Indonesia Muda.
Baiklah, sekarang akan kita dengarkan pidato dari saudara Mr.Sunaryo mengenai kepanduan.
Silahkan Mr.Sunaryo”
Mr.Sunaryo :
“Bedankt Mr.Soegondo. Para pemuda bangsa Indonesia, Gerakan Kepanduan adalah sebuah
gerakan pembinaan pemuda yang memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan terdiri dari
berbagai organisasi kepemudaan, baik untuk pemuda maupun pemudi, yang bertujuan untuk
melatih fisik, mental dan spiritual para pesertanya dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan
positif di masyarakat. Para pemuda bangsa Indonesia, Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa
pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia
serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan di Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan
kepanduan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya
berorganisasi yang Bhinneka. Gerakan kepanduan yang dimaksud disini adalah gerakan kepanduan
yang tunggal, yang mendorong kita semua untuk bersatu, bukan tercerai-berai. Dengan lahirnya
kepanduan yang sarat persatuan, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang utuh, yang tangguh, dan
berkepribadian.”

Ketika Mr. Sunaryo sedang berpidato, Muh.Yamin tampak sibuk sendiri dengan menulis pada
secarik kertas, kemudian kertas tersebut diperlihatkan kepada Soegondo. Soegondo membaca isi
kertas tersebut lalu menandatangani nya bersama para pimpinan yang lain

Selesai Sunaryo berpidato,

Soegondo :
“Telah kita dengar bersama paparan saudara Sunaryo mengenai kepanduan.
Saudara-saudaraku, tadi ketika saudara sunaryo berpidato, saudara Yamin menghampiri saya dan
menyerahkan secarik kertas. Kertas ini merupakan keputusan dari kongres kita selama tiga hari dan
kongres pemuda I besutan kakanda M.Tabrani”

Para pemuda :
“Apa rangkumannya? Apa hasilnya? Tolong bacakan!”

Para pemuda meminta Soegondo agar membacakan isi kertas tersebut

Soegondo:
Ada tiga keputusan, yaitu :
Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia
Kedua : kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga : kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Mendengar keputusan itu, para pemuda berdiri, bersorak, dan bertepuk tangan

Soegondo :
“Tenang... tenang.... harap tenang... sekarang saudara Yamin akan menjelaskan maksud dari tiga putusan
ini”

Muh Yamin :
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa
Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia"
dan agar disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".

Para hadirin bertepuk tangan


Soegondo :
“Para pemuda, kongres kita selama tiga hari telah menghasilkan satu keputusan mengenai “satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa” klausa ini kita harapkan dapat menjadi alat pemersatu bagi kita semua. Satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa ditetapkan sebagai sumpah setia bangsa Indonesia, tok...tok” (mengetuk palu)

Para pemuda berdiri, dan saling bersalaman

Sc. 04 - Eksternal - Lapangan – Pembacaan teks sumpah pemuda

Dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta
Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa
yang bernama Sie Kong Liong.
Sugondo :
“Sebelum kita mengikrarkan sumpah yang telah kita sepakati bersama, kita akan terlebih dahulu
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya sebagai simbol kesatuan”

Para pemuda :
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Kemudian dilanjutkan dengan ikrar sumpah pemuda :

“SELESAI”

Anda mungkin juga menyukai