SUMATERA UTARA
Disusun Oleh :
1521040007
Dosen Pengampu
FAKULTAS TEKNIK
2018/2019
KATA PENGANTAR
tugas makalah pada mata kuliah Arsitektur Lingkungan dengan judul Rumah
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurna untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
Makassar 11 Oktober 2018
Arif Putra Wirya Dompe
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................4
1. Mitologi..................................................................................................6
2. Penelitian Arkeologi................................................................................6
Tradisional Nias........................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................39
A.Kesimpulan...............................................................................................................39
B.Saran.........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tradisional yang dimiliki oleh Indonesia yang akan sangat kaya adat dan
tetapi mahasiswa juga diajar agar lebih mengetahui sudut belut tentang arsitektur
1
2
aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan;
Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah). Menurut
masyarakat Nias, salah satu mitos asal-usul suku Nias berasal dari sebuah pohon
kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang
manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9
orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan
Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang
dengan rumah adat suku Nias,didalam paper ini berisikan tentang seluruh aspek
lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat
,fungsi,ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta
Dalam rumusan arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan, yang selanjutnya dapat
berarti sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas dan lain
sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung
bangunan itu sebagai tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan
fungsi, ragam hias serta cara pembuatan yang diwariskan secara turun temurun.
Selain komponen tersebut yang merupakan faktor utama untuk melihat suatu
setiap bangunan itu harus merupakan tempat yang dapat dipakai untuk melakukan
yang ditampungnya.
4
BAB II
Nias (bahasa Nias Tanö Niha) adalah kepulauan yang terletak di sebelah
barat pulau Sumatera, Indonesia, dan secara administratif berada dalam wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Pulau ini merupakan pulau terbesar dan paling maju di
antara jejeran pulau-pulau di pantai barat Sumatera, dihuni oleh mayoritas suku
Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini memiliki
Pulau dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk hampir 900.000
dan Budha. Penduduk yang memeluk agama Islam pada umumnya berada di
Pulau Nias yang sebelumnya adalah hanya 1 kabupaten saja, saat ini telah
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota
Gunung Sitoli.
5
Pulau Nias
B.Asal Usul
Suku Nias
1. Mitologi
6
Tari Perang
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal-usul suku Nias berasal
dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di
zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari
Nias.
2. Penelitian Arkeologi
Penelitian ini menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak
12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada
masa paleolitik, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof.
Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan
budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal-usul Suku Nias
7
berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang
disebut Vietnam.
Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang orang Nias
diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu .
10 tahun ini Oven dan anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11
DNA orang Nias sangat mirip dengan masyarakat Taiwan dan Filipina,”
katanya.
Penelitian ini juga menemukan, dalam genetika orang Nias saat ini
tidak ada lagi jejak dari masyarakat Nias kuno yang sisa peninggalannya
Rumah adat Nias (bahasa Nias: Omo Hada) adalah suatu bentuk rumah
panggung tradisional orang Nias, yaitu untuk masyarakat pada umumnya. Selain
itu terdapat pula rumah adat Nias jenis lain, yaitu Omo Sebua, yang merupakan
rumah tempat kediaman para kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa), atau
kaum bangsawan.
9
(Metroxylon sagu). Bentuk denahnya ada yang bulat telur atau oval (di Nias utara,
timur, dan barat), ada pula yang persegi panjang (di Nias tengah dan selatan).
Bangunan rumah panggung ini tidak berpondasi yang tertanam ke dalam tanah,
tahan goyangan gempa. Ruangan dalam rumah adat ini terbagi dua, pada bagian
depan untuk menerima tamu menginap, serta bagian belakang untuk keluarga
pemilik rumah.
duduk batu untuk berpesta adat, serta di lapangan desa ada batu-batu besar yang
sering dipakai dalam upacara lompat batu. Saat ini peninggalan batu dari masa
Megalitik seperti itu yang keadaanya masih baik dapat dilihat di desa-desa
Bawomataluwo jo Hilisimaetano.
Ada sejenis rumah adat tertentu yang dahulu dipakai khusus untuk rumah
berhala-berhala orang Nias, yang dinamakan Osali. Karena di saat ini sebagian
10
besar masyarakat Nias telah memeluk agama Kristen, maka nama itu dipakai pula
Omo Sebua adalah gaya rumah tradisional masyarakat Nias dari kepulauan
Nias, Indonesia. Rumah ini hanya dibangun untuk kepala desa dan biasanya
terletak di pusat desa. Omo Sebua dibangun di atas tumpukan kayu ulin besar dan
memiliki atap yang menjulang. Budaya Nias, yang dulunya sering terjadi perang
antar desa, membuat desain Omo Sebua dibuat untuk tahan terhadap serangan.
Satu-satunya akses masuk ke dalam rumah adalah melalui tangga sempit dengan
pintu kecil di atasnya. Bentuk atapnya yang curam dapat mencapai ketinggian
hingga 16 meter. Selain memiliki pertahanan yang kuat, Omo Sebua telah terbukti
Rumah Adat Tradisional Nias (Omo Hada dan Omo Sebua) merupakan
simbol masyarakat Nias dari zaman dahulu, sebuah karya arsitektur yang unik dan
bernilai tinggi, rumah adat tersebut tidak menggunakan paku besi untuk
menggunakan pasak kayu namun terbukti kokoh dan tahan gempa.Rumah adat
yang unik akan menyulitkan musuh (baik binatang buas maupun musuh dari suku
lain) menyerang sang pemilik rumah, biasanya pada sebuah kampung atau desa di
Nias terdapat sekitar 20-30 rumah Omo Hada dan 1 rumah Omo Sebua sebagai
rumah kepala suku, Omo Hada ini adalah bangunan yang memiliki nilai-nilai
tradisi dan budaya yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat di Pulau
11
Nias, bahkan bangunan ini termasuk bangunan yang sangat dijaga keberadaannya
sisteminformasipulaunias.wordpress.com)
Bangunan ini memiliki pondasi yang berdiri di atas lempengan batu besar
dan balok diagonal yang juga berukuran besar serta bahan-bahan lainnya yang
dapat meningkatkan fleksibilitas dan stabilitas terhadap gempa bumi. Atap pelana
di bagian depan dan belakang juga memberikan perlindungan yang sangat baik
terhadap hujan.
12
Omo Hada, sama seperti Omo Sebua, merupakan rumah rakyat jelata yang
sepanjang teras tanpa harus menginjakkan kaki di tanah.7000 tahun yang lalu,
Imigran yang berasal dari Asia Tenggara mulai menghuni bagian tengah Pulau
Namun, mereka tidak dapat bersatu lagi karena tidak memahami perpetaan hingga
akhirnya mereka terpecah menjadi 3 bagian, yaitu wilayah tengah, Selatan dan
bangunannya.
13
Sebenarnya sejarah dari pemukiman Nias berawal dari Nias Tengah, tetapi
semakin ke sini arsitektur bangunan tampak seperti Peranakan dari gaya bangunan
di Nias Utara dan Nias Selatan. Keistimewaan dari ciri arsitektur Nias Tengah
terletak pada dekorasi dan seni hiasnya. Pada bagian depan terdapat replika
bazikho82.blogspot.co.id)
dahulu, ketika serangan perang dan perburuan kepala muncul di wilayah ini,
warga membangun parit yang dalam tepat di belakang pagar bambu runcing
Pada setiap permukiman terdiri dari beberapa ratus tempat tinggal yang
terletak di kedua belah sisi jalan yang memanjang hingga 100 meter. Daerah
panjang yang terbuat dari batu. Pola jalan dari perkampungan ini bisa bertambah
sesuai dengan pertambahan penduduknya hingga membentuk pola “T” atau “L”.
16
depan halaman yang menuju ke arah jalan kampung, terdapat tempat untuk
meletakan batu-batu megalit yang disebut Öli Batu (dinding batu) dan menjadi
berbagai macam bentuk, salah satunya Menhir (batu megalit yang berbentuk tegak
Bentuk dasar dari bangunan di Nias Selatan adalah persegi panjang dengan
konstruksi tinggi dan ujung atap yang mengarah ke jalan. Struktur bangunan
dibuat dari 4 barisan pilar (Ehomo), yang berbentuk tegak lurus dari dasar hingga
lantai pertama. Tiang yang saling silang dijadikan sebagai penopang, sama seperti
pemukiman di Nias Utara, tetapi yang membedakan adalah tiang berbentuk “V”
Sama seperti rumah di Nias Utara dan Tengah, tiang-tiang di rumah Nias
Selatan tidak bertumpu pada tanah melainkan di atas pondasi batu untuk
bawah rumah digunakan sebagai tempat penyimpanan barang atau kandang ternak
pemilik rumah.
18
raja yang pernah berkuasa di dalam satu perkampungan di Pulau Nias. Omo
Sebua ini termasuk salah satu bangunan yang tergolong elite di Pulau Nias. Jika
Omo Sebua adalah rumah pemimpin maka Omo Hada adalah rumah tradisional
masyarakat Nias.Omo Hada ini dibangun dengan selisih satu abad dari bangunan
Omo Sebua, tepatnya pada abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Sehingga
jika ditinjau dari segi historisnya, bangunan Omo Hada ini dibangun pada akhir
zaman megalitik di Pulau Nias. Rumah yang berbentuk empat persegi panjang dan
berdiri di atas tiang ini menyerupai bentuk perahu. Begitu pula pola
bentuk rumah seperti perahu ini diharapkan bila terjadi banjir maka rumah dapat
berbentuk letter X yang disebut diwa. Diwa menahan lantai rumah di bagian
kolong, selain ada pula siloto yang berupa kayu panjang yang menempel di bagian
bawah papan lantai rumah tersebut. Siloto langsung menahan lantai rumah, dan
merupakan bagian kayu yang paling elastis. Ada juga gohomo, yaitu kayu-kayu
yang tegak lurus menopang dan memagari seluruh kolong rumah sehingga Omo
Hada semakin kokoh sekaligus elastis. Gohomo berada di bagian terluar pada
memasuki rumah adat ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan anak tangga
19
yang selalu ganjil 5 – 7 buah, kemudian memasuki pintu rumah yang ada dua
macam yaitu seperti pintu rumah biasa dan pintu horizontal yang terletak di pintu
rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini mempunyai
maksud untuk menghormati pemilik rumah juga agar musuh sukar menyerang ke
tempat bermusyawarah, dan tempat tidur para jejaka. Seperti diketahui pada
pemuka agama atau Ene, golongan rakyat biasa atau ono embanua dan golongan
Sawaryo yaitu budak. Di bagian ruang Tawalo sebelah depan dilihat jendela
terdapat lantai bertingkat 5 yaitu lantai untuk tempat duduk rakyat biasa, lantai ke
2 bule tempat duduk tamu, lantai ketiga dane-dane tempat duduk tamu agung,
lantai keempat Salohate yaitu tempat sandaran tangan bagi tamu agung dan lantai
Tawalo adalah ruang Forema yaitu ruang untuk keluarga dan tempat untuk
menerima tamu wanita serta ruang makan tamu agung. Di ruang ini juga terdapat
Rumah adat Nias biasanya diberi hiasan berupa ukiran-ukiran kayu yang
sangat halus dan diukirkan pada balok-balok utuh. Seperti dalam ruangan Tawalo
yang luas itu interinya dihiasi ukiran kera lambang kejantanan, ukiran perahu-
manusia yang dipancung untuk tumbal pendirian rumah. Tapi setelah Belanda
datang, kebiasaan tersebut disingkirkan. Untuk melengkapi ciri khas adat istiadat
Nias adalah adanya batu loncat yang disebut zawo-zawo. Bangunan batu ini
dibuat sedemikian rupa untuk upacara lompat batu bagi laki-laki yang telah
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam
bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =
anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö =
tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran
sampai kematian. Suku Nias mengenal sistem kasta (12 tingkatan Kasta). Dimana
tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini
seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang
dunia sebagai upperworld / dunia leluhur, middleword / dunia manusia dan dunia
pandangan publik tentang asal-usul Nias leluhur suku yang berasal dari Tetehöli
Ana'a (langit) yang diturunkan ke bumi. Kosmologi pengaruh jelas dalam bentuk
arsitektur tradisional Nias, baik itu dalam bentuk rumah tradisional mereka dan
menempatkan atas gedung sebagai yang paling dihormati (suci). Tempat yang
lebih rendah digunakan untuk taman dan kandang hewan peliharaan. Di masa lalu,
ketika perang sipil dan Tibes masih berlangsung, ketinggian pemukiman mereka
Setiap Omo Hada memiliki enam tiang utama yang menyangga seluruh
bangunan. Empat tiang tampak di ruang tengah rumah, sedang dua tiang lagi
tertutup oleh papan dinding kamar utama. Dua tiang di tengah rumah itu disebut
22
simalambuo berupa kayu bulat yang menjulang dari dasar hingga ke puncak
rumah. Dua tiang lagi adalah manaba berasal dari pohon berkayu keras dipahat
empat segi, demikian pula dua tiang yang berada di dalam kamar utama. Setiap
tiang mempunyai lebar dan panjang tertentu satu dengan lainnya. Semakin lebar
diberi teralis kayu tanpa dinding sehingga setiap orang di luar rumah dapat
mengetahui siapa yang berada di dalamnya. Desain ini menandakan orang Nias
rumah, terutama yang berkaitan dengan adat dan masalah masyarakat setempat.
Pemilik rumah bersama ketua adat duduk di bangku memanjang di atas lantai
sedangkan yang lainnya duduk di lantai lebih rendah atau disebut sanari. Setiap
acara adat akan berlangsung di dalam rumah, terlebih dulu seisi kampung
Faritia di rumah adat Nias Selatan dilengkapi oleh fondrahi, yaitu tambur besar
sebagaimana terlihat di Omo Sebua rumah besar untuk raja dan bangsawan.
norma dan nilai sehingga diperlukan seperangkat hukum yang juga adaktif.
Keberadaan hukum yang disertai dengan sangsi merupakan bentuk hukum yang
seperti halnya ketiadaan logam yangdisikapi dengan bahan kayu pada fo’ere
sebagai sarana prosesi religi merupakan aspek kearifan yang juga sangat penting
bentuk jatidiri masyarakat Nias. beberapa kearifan tersebut sangat mungkin dapat
disebarluaskan pada masyarakat umum (di luar masyarakat Nias) mengingat mem
Kondisi geografis Pulau Nias yang berada pada jalur patahan, sehingga
menjadikan areal ini sering mendapatkan gempa. Tampaknya kondisi pulau seperti
itu disikapi dengan pembuatan arsitektur yang khas yang kiranya mampu
memberikan ketahanan jika terjadi gempa. Selain itu juga arsitektur di Pulau Nias
manusia dan religinya. Adapun aspek yang mencirikan akan adanya kearifan
yang disusun untuk menopang beban yang berat dicerminkan lewat ukuran tiang
Arsitektur dengan tiang penyangga seperti itu kiranya memberi arti positif
pondasi rumah yang kokoh. Keberadaan rumah di Nias bagian selatan yang
cenderung tinggi dan besar dibuat berhimpitan seperti sebuah gerbong kereta juga
adanya struktur dalam masyarakat dan juga dalam kosmologi. Sehingga rumah
adat dalam masyarakat Nias juga berstruktur yang terkait dengan struktur sosial di
arsitek besar, mulai dari Frank Lloyd Wright hingga penggagas "estetika mesin"
Walter Gropius. Ketika merancang kapel Notre Dame d’Huit di Ronchamp yang
buku sketsanya.
bangunan yang dibuat oleh mereka yang benar-benar tahu tidak ada yang lebih
kebutuhan.
27
Para "arsitek" yang hanya mengandalkan logika sederhana namun otentik ini,
menurut Wright, jauh lebih unggul dibandingkan dengan mereka yang menjadi
arsitek melalui jalur formal. Yang terakhir ini dalam berkarya sering tak mampu
zamannya.
tak tertandingi negara mana pun. Uniknya, keragaman itu tetap dijalin satu benang
menjadi calon korban tidur nyenyak. Bila penghuninya berteriak, "Siapa itu?"
Hurgronje memberi gambaran kepada kita bahwa barangkali zaman dahulu nenek
moyang kita tidak sepanik kita saat ini ketika mengalami peristiwa gempa bumi.
Di Nias, pulau seluas Bali yang secara geografis merupakan daerah rawan
gempa sebagaimana wilayah Aceh, jejak-jejak kearifan para arsitek zaman dahulu
juga masih bisa ditemui di Sihare’o Siwahili, desa di Nias Utara. Berbeda dari
kawasan desa tradisional di Nias Selatan yang memerlukan waktu dan tenaga
ekstra untuk mencapai lokasi mereka dari Gunung Sitoli, desa ini bisa dicapai
28
dengan kendaraan hanya dalam waktu 30 menit melalui jalan aspal yang relatif
mulus.
menjadi dua jenis, yaitu kolom struktur utama yang berdiri dalam posisi tegak dan
miring.
Balok kayu ataupun batu besar sengaja diletakkan di sela- sela kolom
Sedangkan ujung atas kolom tegak dihubungkan dengan balok penyangga melalui
29
atasnya.
sisi lantai denah. Bagaikan sabuk, rangkaian balok dipasang membujur sekeliling
sentimeter dipasang berjajar dengan posisi miring ke arah luar. Di antara sirip-
yang cenderung becek saat hujan. Berbeda dari daerah lain, di Nias kolong tidak
struktural.
secara psikologis juga memberi perasaan aman bagi penghuninya sebab di atas
kolom berdiri dengan megah bangunan berskala besar dengan atap menjulang.
atas menembus lantai hingga bubungan atap bertugas mendukung struktur atap.
Sedangkan di bagian pinggir bangunan, kolom berhenti di atas ruang hunian dan
bentuk lantai yang oval. Daun sagu yang dianyam pada sebilah bambu
juga berperan sebagai wadah bertinggal yang leluasa dan nyaman. Denah dengan
pola open layout memudahkan penghuni mengatur tata ruang sesuai selera.
31
Pola paling umum adalah membagi ruang menjadi empat bagian, cukup
dengan meletakkan dinding penyekat bersilangan tegak lurus satu sama lain di
tengah ruangan. Sistem denah terbuka juga membuat rumah vernakular ini sangat
adaptif dengan kebutuhan masyarakat masa kini sebab pemilik rumah dapat
bilah dinding papan bisa diganti jerajak untuk menciptakan bukaan. Di ruang
seluruh kegiatan di balik rumah tidak tampak dari luar walaupun jerajak dibiarkan
32
terbuka sepanjang hari. Bukaan dengan posisi miring mampu mengatasi tempias
air hujan. Ukurannya cukup lebar sehingga udara dan cahaya alam bebas
menerobos masuk ke dalam rumah. Di ruang duduk dan dapur, salah satu bagian
atap dapat berfungsi sebagai sky light, cukup dengan cara mendorongnya ke arah
ke arah jalan. Di beberapa tempat, sebuah rumah tampak sendirian berdiri anggun
di atas bukit dikelilingi oleh hijau pepohonan. Walaupun secara prinsip bentuknya
sama, variasi rumah akan terlihat dari proporsi keseluruhannya. Misalnya ada
rumah yang memiliki atap lebih tinggi atau lebih curam, sementara yang lain
memiliki ukuran lebih besar. Ada juga rumah dengan lengkungan elips nyaris
Rumah di Nias adalah potret tradisi nenek moyang suku Nias yang secara
Titik berat rancangan adalah memenuhi kebutuhan bertinggal, tetapi nilai estetika
justru lahir dari logika bahan serta konstruksi dan geometri yang sederhana, jujur,
dan tidak rumit.Walaupun rumah oval di Nias Utara terbukti tahan gempa,
mungkin mereka tak akan mampu bertahan dari terjangan tsunami. Para
kemungkinan, inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka memilih
Rumah di Nias Utara memiliki atap loteng yang lebar dan kisi-kisi jendela
yang besar sehingga dapat memberikan penerangan yang maksimal di siang hari
dan juga ventilasi yang baik. Kisi-kisi jendela serta ruang pada bagian atap yang
luas membuat sirkulasi udara dapat masuk ke dalam rumah dan menciptakan suhu
Lantai utama dibagi menjadi ruang pertemuan, Talu Salo, dan kamar tidur.
Dapur dan kamar mandi berada di paviliun di bagian belakang rumah. Mereka
di dalam lemari atau peti. Furnitur yang penting diletakkan di sepanjang kisi-kisi
didirikan di atas tanah, melainkan di atas pondasi batu. Hal ini merupakan teknik
perlindungan untuk menghindari kontak langsung antara tanah dengan kayu agar
Gaya rumah Nias Tengah juga adalah persegi panjang, tapi tidak dibangun
dan pakai berbagai ukiran “primitif”. Rumah-rumah ini sering lebih dihiasi dari
pada rumah-rumah di selatan dan utara. Jumlah tiang dalam deret depan selalu
ganjil, entah 5 atau 7 tiang. Sering kelihatan satu lengan keluar dari tiang yang
dengan tangan terangkat memberi Salam. Rumah di Gomo sering memakai satu
balok panjang yang melintang di atas kediaman rumah, persis dalam pertengahan
rumah. Balok ini dibentuk dari satu pohon yang bersama dengan akar pohon
digali dari dalam tanah. Balok ini disebut hulu, dan ujungnya yang dibentuk dari
akar pohon itu disebut balö hulu (ujung punggung). Balö hulu biasanya penuh
ukiran. Rumah-rumah bangsawan (Omo Sebua) di wilayah Gomo lebih besar dan
lebih dihiasi dari pada rumah biasa, tetapi tidak spektakuler seperti di selatan.
rektanguler, tetapi lebih ke arah quadrat. Dan semua rumah yang bervariasi masih
tetap memakai Ewe, balok panjang di sisi kiri dan kanan rumah. Model-model
rumah juga memperhatikan iklim dan lokasi rumah, entah itu di atas gunung
dengan suhu lebih dingin atau di lembah. Di lokasi yang lebih panas, mungkin ada
bukaan jendela di semua tiga sisi depan, sesuatu yang tidak pernah dilakukan di
Gambar 3.14.2 Rumah Adat di wilayah Gomo (Nias tengah) sering dihiasi dengan
banyak ukiran kayu yang rumit.
36
Rumah tipe di ujung selatan Pulau Nias dan di Kepulauan Batu dengan
jelas merupakan perkembangan dari tipe di Gomo. Para leluhur dari masyarakat
Nias Selatan menjelang 500 tahun yang lalu sudah meninggalkan tempat asal
depan dan belakang. Dinding papan di sisi kiri dan kanan pada rumah ini berdiri
tegak dan memikul atap. Dalam rumah bangsawan di ruang umum di depan,
persis di pertengahan, terdapat 1 atau 2 tiang yang di Gomo disebut handro mbatö
Tiang itu selalu pakai ukiran. Jenis kayu yang digunakan sangat bervariasi,
terutama untuk rumah raja yang menggunakan sekitar 7 jenis kayu, dengan
kayu tersebut antara lain kayu Kapini(untuk bato atau tempat tidur), Simandalo,
Afoa (dinding dan lantai), Manawadane, Berua (as panjang yang melintang ke
Sedangkan pada rumah rakyat, kayu yang banyak digunakan adalah kayu Afoa,
Gambar 3.15 Muka rumah adat dari desa Hilimaetaniha dan Hilimondregeraya, di
Nias Selatan.
Muka bangunan miring ke arah luar dan memiliki bukaan berjerajak yang
memungkinkan warga untuk melihat ke jalan di bawah. Jumlah tiang dalam deret
depan rumah ini selalu genap, entah 4 atau 6 tiang. Balok panjang melintang di
atas tiang-tiang, di deret kiri dan kanan rumah. Di bagian depan ujungnya
melengkung ke atas, disebut Ewe, dan dihias dengan ukiran-ukiran seperti ayam
jantan, biawak, ukiran hiasan emas, matahari dan sebagainya. Di Nias Selatan
Ewe ini disebut Sikhöli, dan hiasan hanya seperti ornamen. Bentuk Ewe ini sering
Gambar 3.16 Omo Sebua di desa Hilimondregeraya, tidak jauh dari Telukdalam di
Nias Selatan.
hanya di rumah bangsawan terdapat panel dinding yang diukir dengan sangat
teliti. Masih ada beberapa contoh rumah Omo Sebua terawat baik di Nias Selatan
hari ini.
Rumah khas pulau Nias di Sumatera Utara ini memiliki bentuk yang
sangat unik dan khas. Rumah adat Nias dibedakan menjadi dua, Omo Sebua untuk
kepala desa dan Omo Sebua untuk rakyat. Perbedaan utama keduanya ada di
bagian atap. Atap Omo Sebua berbentuk oval dan terbuat dari jerami, Omo Sebua
memiliki atap yang menjulang. Atap loteng yang lebar dan kisi-kisi jendela yang
besar berfungsi memberikan penerangan yang maksimal di siang hari dan juga
ventilasi yang baik, membuat sirkulasi udara dapat masuk ke dalam rumah dan
39
menciptakan suhu yang sejuk di dalam rumah. Ini adalah bentuk kearifan lokal
untuk menjaga rumah tetap sejuk menghadapi suhu udara dan kelembapan yang
tinggi khas iklim tropis. Terletak di kawasan rentan gempa membuat masyarakat
Nias menggunakan teknik konstruksi bangunan tersendiri menggunakan sumber
daya alam yang ada. Untuk memaksimalkan elastisitas konstruksi bangunan
menghadapi gempa, pilar-pilar tidak didirikan di atas tanah, melainkan di atas
pondasi batu. Hal ini merupakan teknik perlindungan untuk menghindari kontak
langsung antara tanah dengan kayu agar konstruksinya dapat tahan lebih lama.
Dari semua jenis rumah adat yang ada dari berbagai propinsi di Nusantara,
rumah-rumah khas Indonesia memiliki benang merah kearifan lokal yang sama:
ramah lingkungan. Desain rumah tradisional Indonesia sangat mengutamakan
aliran dan peralihan udara, mengoptimalkan pencahayaan alami, membangun
dengan mempertimbangkan curah hujan dan fenomena alam, dan menggunakan
bahan bangunan yang alami dan ramah lingkungan.
40
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang paper di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
DAFTAR PUSTAKA
and Its Transformations. Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 151-
161.
http://www.museum-nias.org/arsitektur-nias/?
doing_wp_cron=1509958335.0698299407958984375000
https://alidesta.wordpress.com/2016/01/16/8-rumah-adat-unik-yang-ada-di-
indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_adat_Nias
https://www.arsitag.com/blog/omo-sebua-dan-omo-hada-rumah-tradisional-nias-
yang-tahan-gempa/
43
http://www.solusiholcim.com/dekor/rumah-adat-ramah-lingkungan-cerminan-
kearifan-lokal