akulturasi, kami diwajibkan untuk mengikuti apel setiap pagi harinya. Apel
pagi itu nyaris sama saja dengan apel yang sudah-sudah, kecuali dengan
Pembina apel biasanya tidak akan jauh dari menyampaikan himbauan ini-itu
yang sifatnya normatif secara lugas, yang disusun per-poin (supaya runut).
Namun amanat apel pagi itu berbeda. Bang Je, pembina apel, sangat apik
***
Alkisah, hiduplah sebuah keluarga kaya dengan dua orang putra yang masih
belia. Sang ayah mendapatkan kekayaannya dari sebuah kebun yang teramat
luasnya. Kebun itu ia tanami berbagai macam sayur-mayur lagi aneka buah-
buahan, lantas rupa-rupa hasil bumi dari kebunnya itu ia jual secara rutin ke
dengan bekerja (lebih banyak) dengan otot, bukan dengan otak. Setali tiga
uang, kedua putranya juga tak pernah terbersit rasa penasaran untuk
Ironi, ternyata takdir tak sempat mengizinkan sang ayah ‘mengantar’ kedua
Sang ayah terserang sakit keras, dan waktu pun memanggilnya. Sesaat
putranya. Sang ayah juga berpesan “Manfaatkan kebun kalian dengan satu
kaidah: jangan kalian pergi dan pulang ke/dari kebun di bawah terik
tersebut.
Setelah berkabung untuk beberapa saat lamanya, kedua kakak beradik yang
menafsirkan yang dimaksud ayahnya dengan kaidah jangan kalian pergi dan
anak yang patuh, mereka sepakat untuk menaati perintah ayahandanya yang
kebun tanpa berada dibawah terik matahari? Bukankah itu artinya ayah tidak
mengatur kebunnya dari rumah saja, dan membayar orang lain untuk
kembali ke peraduannya. Sang adik pun tersenyum, merasa lega karena telah
hutang sana-sini. Sebabnya adalah, sulit sekali mencari orang yang bisa
berkata bahwa hasil kebun sedang buruk karena ada serangan hama,
***
Saya sangat terkesan dengan amanat apel pagi Bang Je ini. Cerita ini
Perbedaan nasib yang dimulai dari perbedaan penafsiran antar keduanya atas
ada sebuah tawaran pekerjaan ideal, yang sama persis dengan cita-cita kita
SPSS” barulah sebatas premis, input, dan sama sekali belum memuat
kriteria terakhir yang dipersyaratkan itu adalah suatu handicap yang serius
(yang kemudian kita justifikasi kebenarannya karena kita memang tidak bisa
SPSS) maka implikasi yang akan kita keluarkan adalah putar balik dan
sama halnya dengan sang kakak pada amanat apel pagi kita tadi.
Namun, lain halnya jika kita menafsirkan bahwa kriteria tersebut adalah
suatu tantangan, hal yang bisa dipelajari kok! Maka implikasi yang akan
keluar adalah kemauan untuk belajar si-SPSS ini. Lantas saat nanti sudah
***
PEGAWAI
karakter pegawai.
Direksi.
disiplin pegawai tidak hanya terkait jam masuk dan pulang kerja saja
dijalani.
hormat, laporan dan tata urutan protokoler lain seperti pada umumnya,