Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. J DENGAN ISOLASI SOSIAL


DI RUANGAN ANAK DAN REMAJA
RSJ PROF. HB SA’ANIN PADANG

KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :
Kelompok I’18 (II)

Annisa, S. Kep 1841312081


Suci Meilisya, S. Kep 1841312075
Ingga Afriona, S. Kep 1841312090
Tri Guspita Sari, S. Kep 1841312092

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan laporan seminar kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. J
dengan Perilaku Kekerasan di Wisma Anak dan Remaja RSJ Prof. Hb Sa’anin
Padang. Shalawat serta salam tidak lupa pula penyusun kirimkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun penulisan laporan ini bertujuan sebagai pelaporan hasil dari hasil
pemberian asuhan keperawatan kepada An. J dengan gangguan jiwa (Isolasi sosial)
yang di Ruang anak dan remaja RSJ Prof. Hb Sa’anin Padang. Penulisan laporan ini
berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari dosen pembimbing dan pembimbing
klinik sehingga laporan ini dapat terselesaikan hingga akhir.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan
keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... I


DAFTAR ISI........................................................................................................ II
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


BAB III
BAB IV:
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran ......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut
Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu
keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa,
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja, secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA) tentang
keperawatan jiwa, keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu dan tingkah laku manusia sebagai dasar
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan teknik dan alat klinik,
perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan diri sendiri (use self
therapeutic) (Kusumawati F dan Hartono Y, 2010).
Salah satu bentuk dari gangguan kesehatan jiwa adalah Skizofrenia.
Skizofrenia. merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius dan
mengakibatkan perilaku psikologi, pemikiran konkrit, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecah masalah, menurut
Gail W. Stuart (2007).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor,
kemauan, afek emosi dan persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul
masalah masalah bagi klien meliputi, kurang perawatan diri, resiko menciderai
diri dan orang lain, menarik diri, dan harga diri rendah (Townsend, 1998).
Perkembangan jaman menurut kehidupan maniusia semakin modern, begitu
juga semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat
modern yang cenderung lebih sekuler, hal ini dapat menyebabkan manusia
semakin sulit menghadapi tekanan-tekanan hidup yang datang. Kondisi kritis ini
juga membaw dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit
mental-emosional manusia. Sebagai akibat maka akan timbul gangguan jiwa
khususnya pada ganggguan isolasi sosial: Menarik diri dalam tingkat ringan
ataupun berat yang memerlukan penanganan dirumah sakit baik dirumah sakit
jiwa atau diunit perawatan jiwa dirumah sakit umum(Nurjannah, 2005).
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah
keadaan dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan
oranglain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu menbina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Data diatas tersebut didapatkan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
daerah Surakarta menempati posisi ke empat dan perawat bertanggung jawab
dalam meningkatkan derajat kemampuan jiwa klien seperti meningkatkan
percaya diri klien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan
interaksi pada klien. Berdasarkan hal tersebut saya selaku penulis tertarik untuk
mengangkat masalah isolasi sosial: Menarik diri menjadi masalah keperawatan
utama dalam pembuatan Seminar kasus, dan sekaligus ingin mengetahui sejauh
mana dalam proses keperawata isolasi sosial tersebut.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada An.J dengan
Isolasi social di Ruangan anak dan remaja RS Jiwa HB Sa’anin Padang tahun
2019.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada An.J dengan Isolasi
social di Ruangan anak dan remaja RS Jiwa HB Sa’anin Padang tahun
2019.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada
pada An.J dengan Isolasi social di Ruangan anak dan remaja RS Jiwa HB
Sa’anin Padang tahun 2019.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pada
An.J dengan Isolasi social di Ruangan anak dan remaja RS Jiwa HB
Sa’anin Padang tahun 2019.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana tindakan pada pada An.J dengan Isolasi social di Ruangan anak
dan remaja RS Jiwa HB Sa’anin Padang tahun 2019..
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan
pada pada An.J dengan Isolasi social di Ruangan anak dan remaja RS
Jiwa HB Sa’anin Padang tahun 2019.

C. Manfaat Penulis
1. Bagi Keperawatan
Diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai panduan dalam pengelolahan
kasus resiko perilaku kekerasan.
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa
terutama isolasi sosial.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam melakukan asuhan
keperawatan terhadap pasien jiwa terutama isolasi sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya..

B. ETIOLOGI

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi
sosial yaitu:
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan yang harus
terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas
tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang
nantinya dapat menimbulkan suatu masalah
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan
hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti
lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

b. Faktor presipitasi

Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga


dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhi kebutuhan individu.
C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial:
menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak

b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekpresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11)Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13)Memasukan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urine dan feses
15) Aktifitas menurun
16) Kurang enenrgi (tenaga)
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur).
D. RENTANG RESPON PERILAKU
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa
remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut
merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup
berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang nyata.

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapatditerima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto
T. (2013) respon ini meliputi:
a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:
a. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan
sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,harga
diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah
marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
d. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.

E. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan → Effeck

Isolasi Sosial → Core problem

Harga diri rendah → Causa

Gambar 1. (Prabowo, 2014:146).


F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut (NANDA 2015-2017) :
a. Isolasi Sosial
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Ruang rawat : Wisma Anak dan Remaja
Tanggal dirawat : 21 Maret 2019

1. IDENTITAS KLIEN
Inisial Klien : An. J
Umur : 17 tahun
Informan : Klien dan Rekam Medis
Tgl. pengkajian 2 April 2019
No. MR : 03.66.11
Alamat :Koto Dalam, Sungai Aur, Pasaman Barat

2. ALASAN MASUK
Klien masuk RSJ Prof HB Saanin Padang melalui IGD untuk pertama
kalinya diantar oleh keluarga pada 21 Maret 2019 pukul 11.00 WIB.
Pasien masuk dengan keluhan 1 bulan SMRS klien gaduh gelisah dengan
gejala emosi labil dan marah jika keinginan tidak terpenuhi, klien juga
merusak lemari dan memukul ibunya. Klien sering termenung, mengurung
diri dirumah, menarik diri dari lingkungan.
Ibu klien mengatakan gejala klien timbul sejak 1 tahun yang lalu. Setelah
gejala muncul, keluarga membawa klien untu berobat ke RS Yarsi
Bukittinggi, namun gejalanya tidak berkurang, sehingga akhirnya keluarga
memutuskan membawa klien ke RSJ Prof HB Saanin Padang.

13
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Gangguan Jiwa di Masa Lalu
Klien menderita sakit sejak tahun 2018, namun belum pernah dirawat.
Penyebab awal karena kegagalan dalam mendapat sesuatu yang
diinginkan, semenjak itu klien sering termenung, menarik diri dan
marah tanpa sebab.

b. Pengobatan Sebelumnya
Saat pertama kali sakit, awalnya keluarga membawa klien berobat ke
dukun, namun tidak berhasil.Klien dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke
RS Yarsi Bukittinggi dan dirawat jalan. Klien kontrol ke puskesmas
dan sudah mendapatkan obat, namun salah satu obat tidak tersedia di
puskesmas dan klien diminta menjemputnya ke RS Yarsi Bukittinggi
.Namun, karena akses yang jauh keluarga tidak menjemputnya, dan
klien putus obat.

c. Trauma
Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik, namun
pernah menjadi pelaku dengan memukul ibunya.
Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban ataupun saksi
dalam penganiayaan seksual. Klien juga tidak pernah mengalami
penolakan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, tidak
pernah mengalami, mendapatkan, atau menyaksikan adanya kekerasan
didalam keluarganya dan tidak pernah terlibat atau melakukan tindakan
kriminal sebelumnya.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

d. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa


Klien mengatakan tidak ada anggota yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

14
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

e. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan


Klien mengatakan pernah mengalami kegagalan dalam mendapatkan
sesuatu yang diinginkan, semenjak itu klien sering termenung,
mengurung diri dan menghindari kontak dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping individual

B. FISIK
a. Tanda vital : TD: 110/80 mmHg N: 76 x/menit
P: 20 x/menit S: 36,8 °C
b. Ukuran : TB: 160 cm BB: 52 kg
c. Keluhan fisik : Klien tidak adan mengeluhkan sakit fisik, secara
keseluruhan kondisi fisik klien tampak baik dan tidak ada tanda-tanda
abnormal.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

C. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

c c c

Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
= Meninggal
= Klien
= Tinggal serumah

15
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Keterangan :
Klien tinggal bersama kedua orangtuanya dan 4 orang saudaranya. Dalam
keluarga klien yang mencari nafkah adalah ayah klien. Ibu klien
mengatakan klien anak yang pendiam dan tidak mau bercerita maupun
terbuka tentang masalahnya. Klien jika ada masalah hanya menyendiri.
Keluarga juga kesulitan untuk meminta klien untuk bercerita, karena klien
hanya diam. Dalam keluarga yang menjadi pengambil keputusan adalah
ayah klien. Dalam mengasuh klien, ibu klien mengatakan cenderung
memanjakan dan mengikuti kemauan dan permintaan klien. Keluarga juga
tidak membatasi pertemanan klien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh yang ada pada dirinya, tidak
ada anggota tubuh yang istimewa dan yang tidak disukai

b. Identitas diri
Klien mengakui dirinya sebagai seorang laki-laki. Klien mengatakan
puas menjadi seorang laki-laki. Klien merupakan anak kedua dari
lima bersaudara.
c. Peran
Didalam keluarga klien berperan sebagai anak laki-laki yang dapat
menjadi panutan bagi adiknya dan pelindung bagi keluarganya.
Sebagai seorang anak klien sudah mampu menjalankan perannya
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari sakitnya sehingga bisa
pulang, berkumpul dengan keluarga dan melanjutkan sekolahnya.

e. Harga diri

16
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Klien merasa malu dengan penyakitnya saat ini, klien takut


dikucilkan dan tidak diterima dilingkungan masyarakatnya nanti.
Takut tidak bisa ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah
ibunya dikarenakan ibunya yang telah melahirkan dan
membesarkannya selain itu ibu juga selalu mengikuti kemauannya.
Namun, jika ada masalah, klien tidak pernah menceritakan pada
siapapun dan lebih sering memendamnya sendiri.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dalam
kelompok/masyarakat. Klien lebih sering menarik diri dari
lingkungan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain, klien tidak mau berteman dan menolak dikunjungi
temannya, klien mengatakan malu dengan penyakit yang
dideritanya.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

D. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia meyakini agama Islam sebagai agamanya. Klien
meyakini adanya Tuhan yaitu Allah SWT. Klien juga meyakini sakitnya
terjadi karena tingkah lakunya dimasa lalu.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebagai umat Islam harus mematuhi dan
melaksanakan kewajiban dalam beribadah. Klien mengetahui bahwa

17
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

jika tidak melaksanakan ibadah, klien akan berdosa. Namun, klien tetap
tidak melakukannya, dan mengatakan malas untuk beribadah.
Masalah Keperawatan : Distress spritual

E. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpakaian sudah sesuai namun tampak belum rapi, kerah baju
tidak terlipat. Rambut klien tampak panjang dan tidak rapi, kuku klien
tampak panjang dan tidak bersih. Tampak ada kotoran dimata pasien,
muka terlihat kusam, kulit tampak bersih. Klien mengatakan tidak ingin
mandi.
Masalah Keperawatan: defisit perawatan diri

2. Pembicaraan
Saat berinteraksi klien bicara lambat, kurang jelas, klien kurang
kooperatif dengan perawat. Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
Klien mudah tersinggung jika berbicara yang tidak sesuai dengan
keinginannya, dan sering menghentikan obrolan jika sudah tidak sesuai
keinginanya atau tersinggung.

Masalah Keperawatan: hambatan komunikasi verbal

3. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih dirawat disini. Klien khawatir tidak diterima
dilingkungan masyarakat jika sudah pulang dari rumah sakit. Klien
mengatakan masyarakat memiliki pandangan yang negatif tentang
dirinya.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

4. Aktifitas Motorik

18
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Aktifitas motorik klien selama di RSJ tampak lesu dan kurang


bersemangat, klien lebih banyak tidur dan dalam berkomunikasi jika
tidak sesuai klien mudah tersinggung dan emosi masih labil. Jika
tersinggung klien tampak mengepalkan tangannya dan tatapan mata
klien tampak tajam.

Masalah Keperawatan : risiko perilaku kekerasan

5. Afek
Saat berinteraksi dengan klien afek klien cenderung labil, yaitu emosi
yang cepat berubah-ubah apalagi jika saat interaksi tidak sesuai
keyakinan dan keinginannya.
Masalah Keperawatan: hambatan komunikasi verbal

6. Interaksi Selama Wawancara


Selama wawancara, klien kurang kooperatif, kontak mata kadang ada
kadang tidak. Klien mau menatap perawat, namun kadang mengalihkan
pandangan ke bawah ke kiri atau ke kanan. Saat interaksi, jika klien
merasa tersinggung klien cenderung menatap tajam dan berwajah
tegang. Klien juga menunjukkan perassaan tidak percaya dengan orang
lain.
Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

7. Persepsi
Klien mengatakan tidak ada mendengar atau melihat bayangan.Namun
klien tampak tertawa dan berbicara sendiri pada sore dan malam hari.
Klien juga tampak mengarahkan telinganya ke satu tempat. Klien
tampak senang dengan halusinasinya. Isi pembicaraan tidak jelas, klien
hanya tampak bergumam dengan suara rendah. Tetapi saat dilakukan
pengkajian halusinasi itu sudah jarang terjadi.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran

19
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

8. Proses Pikir
Pada saat interaksi, pasien sering berhenti tiba-tiba tanpa adanya
gangguan, kemudian melanjutkan pembicaraannya lagi.
Masalah Keperawatan: gangguan proses pikir

9. Isi pikir
Saat dilakukan pengkajian, klien tidak ada waham, baik agama,
somatik, kebesaran, curiga, sisip psikis, siar pikir maupun kontrol pikir.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan tidak tahu dimana dia sekarang dan tidak tahu waktu
sekarang. Klien tampak bingung, malas melakukan aktivitas dan lebih
banyak tidur.
Masalah Keperawatan: gangguan proses pikir

11. Memori
Klien mengatakan tidak mampu mengingat kejadian satu bulan yang
lalu maupun kejadian dalam minggu terakhir. Hal ini dibuktikan dengan
klien tidak mengetahui apa kejadian dirumah, klien juga tidak dapat
menyebutkan kegiatan apa yang telah dilakukan selama dirawat.
Masalah Keperawatan: Gangguan Proses Pikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Saat berinteraksi dengan klien, perhatian klien mudah berpindah. Klien
mengalami penurunan konsentrasi, saat ditanya klien selalu meminta
mengulangi pertanyaan. Namun, klien sudah mampu berhitung
sederhana. Dibuktikan saat disuruh berhitung dari satu sampai sepuluh,
pasien bisa berhitung dengan benar.
Masalah Keperawatan: Gangguan proses pikir

13. Kemampuan Penilaian

20
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Klien memiliki kemampuan penilaian yang baik, misalnya klien disuruh


memilih mandi atau makan pagi terlebih dahulu, klien menjawab mandi
yang didahulukan. Klien mengatakan setelah mandi badan menjadi
segar dan bersih baru setelah itu makan.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

14. Daya tilik diri


Klien mengingkari penyakitnya, klien tidak menyadari perubahan fisik
maupun emosinya. Klien mengatakan tidak butuh pengobatan.
Masalah Keperawatan: gangguan proses pikir
F. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mengatakan ia makan 3 x sehari yaitu pagi, siang dan malam.
Klien mengatakan sebelum makan klien cuci tangan terlebih dahulu dan
setelah makan klien juga mencuci tangan. Klien tampak sudah mampu
mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.. Klien
menghabiskan makanan sesuai porsi yang telah diberikan tanpa ada
keluhan.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

2. Defekasi atau berkemih


Dari hasil observasi klien pergi dan menggunakan WC sebagai tempat
untuk BAB dan BAK. Pasien mampu membersihkan diri dan
lingkungan setelah BAK dan BAB. Pasien tampak mampu dalam
merapikan pakaian setalah BAB dan BAK. Klien tidak ada keluhan
dalam BAB dan BAK
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

3. Mandi
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak mau mandi, rambut
tampak kotor, panjang dan tidak rapi. Kuku tampak panjang.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri.

21
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

4. Pakaian
Klien mampu dalam mengambil pakaian dan memakai pakaian secara
mandiri. Klien berpakaian sudah sesuai namun belum rapi seperti kerah
baju yang belum terlipat, kadang pakaian miring ke kiri atau ke kanan
Masalah Keperawatan: defisit perawatan diri

5. Istirahat
Klien mengatakan ia tidur malam pukul 9 sampai setengah 6 pagi. Lalu
tidur siang mulai dari setelah makan siang sampai pukul 3 atau 4 sore.
Klien sebelum tidur tidak ada mencuci muka, gosok gigi. Setelah
bangun tidur klien mandi, sikat gigi dan sarapan.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

6. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak tahu nama obat dan manfaat obat yang
diminumnya, namun klien mampu menyebutkan waktu pemberian obat
yaitu 2 kali sehari pagi dan malam hari. Obat berbentuk tablet dan
langsung diminum setelah makan. Klien mengatakan saat pulang nanti
akan rutin dan patuh minum obat secara teratur.
Masalah Keperawatan: kurang pengetahuan

7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan jika klien boleh pulang klien akan melakukan
program rawat jalan dengan rajin control. Namun masalahnya di
Puskesmas dekat tempat tinggalnya tidak tersedia obat untuk gangguan
jiwa dan jika harus kepadang jauh perjalanannya. Klien mempunyai
sistem pendukung yaitu keluarga yang akan memberi dukungan dan
mengingatkan klien dalam minum obat serta mendapat pelayanan
kesehatan
Masalah Keperawatan: ketidakefektifan regimen terapeutik

8. Aktivitas di Dalam Rumah

22
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Klien mengatakan saat dirumah dia tidak ada melakukan kegiata rumah,
Semua kegiatan rumah dilakukan oleh ibunya. Namun, jika nanti dia
sudah pulang, dia akan membantu pekerjaan rumah ibunya, seperti
merapikan tempat tidur, menyampu dan mencuci pakaian sendiri.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

9. Aktivitas di Luar Rumah


Klien mengatakan tidak ada mengikuti aktivitas diluar rumah selain
sekolah.Pasien keluar rumah untuk membeli rokok ke warung.
Masalah Keperawatan: gangguan proses pikir
G. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping yang digunakan oleh klien adalah maladaptif. Klien lebih
suka memendam permasalahannya sendiri dan tidak mau bercerita kepada
siapapun. Klien sering menarik diri dalam lingkungan, lebih memilih
menyendiri dan mengurung diri di kamar. Jika keinginan tidak terpenuhi, klien
melampiaskannya dengan marah-marah dan merusak perabotan di rumah.
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping individual

H. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok


Klien mengatakan mendapat dukungan pada dirinya dari keluarga dan
teman-temannya demi kesembuhannya. Namun klien menolak untuk
bermain dengan teman-temannya karena penyakitnya
Masalah Keperawatan : isolasi sosial

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien mengatakan tidak tertarik mengikuti kegiatan apapun
dilingkungannya
Masalah Keperawatan : isolasi sosial

3. Masalah dengan pendidikan

23
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Klien sudah berhenti sekolah sejak tahun 2016, keluarga mengatakan dulu
klien sering bolos sekolah dan pergi bermain dengan teman di jam sekolah.
Klien mengatakan ingin kembali melanjutkan sekolah, tetapi klien merasa
jauh tertinggal dari teman- temannya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

4. Masalah dengan pekerjaan


klien tidak bekerja.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

5. Masalah dengan perumahan


Klien mengatakan tidak ada masalah didalam lingkungan rumah, klien
tinggal bersama kedua orangtua dan adik-adiknya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

6. Masalah dengan ekonomi


Kleuarga memiliki tanggungan 5 orang anak. Ayah klien bekerja sebagai
buruh di luar kota dan ibunya menjaul bensin eceran. Pendapatan keluarga
mencukupi kebutuhan, walau kadang hanya pas-pas an.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Rumah klien berada dekat dengan puskesmas tempatnya kontrol berobat.
Namun, terkadang obat yang dibutuhkan tidak ada dipuskesmas , sehingga
harus dijemput ke RS Yarsi Bukitiinggi. Namun karena pelayanan yang
lama dan akses yang jauh disana, ibu klien tidak melanjutkan pengobatan.

Masalah keperawatan : Ketidakmampuan/ketidakberdayaan

I. PENGETAHUAN

24
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Klien mengatakan bingung mengapa keluarganya membawanya kerumah sakit


jiwa. Klien mengatakan tidak tau apa penyakitnya, dan diagnosa dokter atau
perawat. Mengapa klien dirawat dan tidak dirawat jalan saja. Klien tidak
mengetahui tentang proses pengobatan yang dia jalani sekarang ini.
Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan

J. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis : Skizofrenia
Therapi Medis :
 Risperidone 2 x 1 mg
 Diazepam 1 x 2 mg
 Triheksipenidil 2 x 1 mg

K. ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan tidak mau berteman
- Klien mengatakan tidak punya teman saat di
rumah
- Klien mengatakan dulu tidak keluar rumah
- Klien mengatakan tidak kenal satupun pasien
yang berada di ruangan
- Keluarga mengatakan klien saat di rumah
-
- mengurung diri di kamar dan jarang keluar
rumah. Klien keluar hanya jika membeli rokok ke
warung.

25
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

- Keluarga mengatakan klien tidak mau ditemui


oleh temannya

DO :
- Klien tampak banyak diam
- Klien tampak menyendiri
- Klien tidak mampu memulai percakapan
- Klien tidak mau berinteraksi dengan orang
sekitarnya
- Kontak mata saat bicara kurang
- Ekspresi klien saat bicara datar dan dangkal

DATA MASALAH

DS : Harga diri rendah


- Keluarga mengatakan klien dulu meminta
dibelikan handphone android, namun tidak
dibelikan karena kondisi ekonomi keluarga,
namun sejak saat itu klien jadi sering murung,
melamun dan menyendiri
- Keluarga mengatakan klien mungkin malu dan
merasa ingin seperti teman-temannya yang
punya hp dan hidup berkecukupan
-

DO :

26
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

- Klien tampak malas beraktivitas


- Klien tidak berani menatap lawan bicara saat
bicara
- Klien sering menunduk ketika bicara
- Klien bicara lambat dan nada suara lemah

DATA MASALAH
DS : Resiko perilaku kekerasan
- Keluarga mengatakan klien sering marah-marah
jika keinginannya tidak dipenuhi
- Keluarga mengatakan saat marah klien akan
memukul lemari dan ibunya

DO :
- Pandangan mata klien tampak tajam

27
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

DATA MASALAH
Halusinasi
DS :
-klien mengatakan mendengar suara- suara tanpa
wujud

DO :
- Klien tampak senyum-senyum sendiri
- Klien tampak bicara-bicara sendiri saat waktu
maghrib dan malam hari
- Isi pembicaraan klien tidak terdengar dengan
jelas, terdengar seperti bergumam dengan nada
suara rendah

28
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

-
Deficit perawatan diri

DS :
- Klien mengatakan malas mandi
- Klien mengatakan belum gosok gigi
- Klien mengatakan belum keramas 4 hari terakhir
- Klien mengatakan belum potong kuku sejak satu
minggu ini

DO :
- Rambut klien tampak panjang dan acak-acakan
- Kuku klien tampak panjang dan tidak bersih
- Pakaian klien tampak tidak rapi

L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan
4. Halusinasi
5. Defisit Perawatan Diri

29
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

M. POHON MASALAH

Resiko PK

Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi

isolasi Sosial

HDR → DPD

Ketidakefektifan koping individual

Kurang Pengetahuan

N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi social
2. Harga diri rendah
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Gangguan sensori persepsi :Halusisnasi
5. Defisit perawatan diri

30
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata An. J di ruangan anak dan remaja RSJ
Prof. HB. Sa’anin Padang. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Menurut Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009) pengkajian merupakan
pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk menentukan
tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas. Pengumpulan
data pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor
predisposisi, fisik, psikososisal dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek
medik. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara
dengan An.J, observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku
An.J, serta dari status An.J,. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber
data yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada An.J,.
Namun, disaat pengkajian tidak ada anggota keluarga An.J, yang
menjenguknya sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak
keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat,
2005) adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik
aktual maupun potensial. Schult dan Videbeck dalam Nurjanah (2005)
menyatakan bahwa diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan
faktor yang berhubungan yang mempengaruhi atau kontribusi pada
masalah atau respon klien. Pada kasus ini penulis tidak mengadopsi
diagnosa berdasarkan catatan rekam medik klien karena tidak sesuai
dengan hasil pengkajian dan kondisi klien saat ini. Penulis mengambil satu
prioritas diagnosa masalah yaitu gangguan isolasi sosial menarik diri,

31
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

karena adanya prilaku klien subjektif dan objektif menunjukan bahwa


masalah keperawatan utama An.J adalah isolasi sosial.
Diagnosa keperawatan isolasi menarik diri pada An.J didukung dengan
data subjektif antara lain klien jarang berkomunikasi dengan keluarga,
tidak pernah mengikuti kegiatan di sekitar rumah, tidak mempunyai teman
dekat, merasa malu berhubungan dengan orang lain, suka menyendiri dan
pendiam. Sedangkan data objektif yang diperoleh antara lain cara bicara
klien lambat dengan suara rendah, apatis, tidak mau memulai
pembicaraan, tampak lemah tidak bersemangat, sering tidur dengan posisi
fetus, jarang mengobrol dengan klien lain maupun perawat, efek tumpul,
kurang kooperatif, sering menyendiri, dan kontak mata sedikit. Pohon
masalah yang ditemukan pada kasus ini sesuai dengan teori Keliat (2005)
yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah merupakan penyebab
sedangkan isolasi sosial: menarik diri menjadi masalah utama dan
gangguan sensori /persepsi: halusinasi sebagai akibat.

C. Intervensi Keperawatan
Menurut Ali (dalam Nurjanah, 2005) rencana tindakan keperawatan
merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus
yang telah ditetapkan. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,
tindakan, dan penilaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi.
Menurut Kusumawati & Yudi (2010) tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah yang merupakan penyebab dari diagnosis keperawatan
tersebut. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu di
capai atau dimiliki, kemampuan ini dapat berfariasi sesuai dengan masalah
dan kebutuhan klien. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri atas tiga aspek
yaitu: kemampuan kognitif, psikomotorik, afektif yang perlu dimiliki klien
untuk menyelesaikan masalahnya.
Menurut Azizah (2011) tujuan umum tindakan keperawatan pada pasien
dengan isolasi sosial adalah untuk mengatasi isolasi social yang dimilikinya.
Ada sembilan tujuan khusus gangguan isolasi sosial, antara lain: Pertama,

32
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, rasionalnya


dengan ada rasa saling percaya dari klien kepada perawat akan memudahkan
interaksi dalam melaksanakan proses keperawatan Kedua, klien menyadari
isolasi social yang dialaminya. Ketiga, klien mampu berinteraksi secara
bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya, keempat klien
mampu melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan social.

D. Implementasi

Menurut Efendy dalam Nurjanah (2005) implementasi adalah pengolahan dan


perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Sebelum melakukan tindakan keperwatan yang telah direncanakan perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini atau here and now. Perawat
yang menilai sendiri, apakah mempunyai kamampuan interpersonal, intelektual,
dan teknikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai
kembali apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan
keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan
apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien.
Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan berserta respon klien. Menurut Keliat
(2005) implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.

1. Strategi pelaksanaan 1 (SP1): membantu klien mengenal penyebab isolasi


sosial, keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain serta mengajarkan cara berkenalan. Tindakan pertama dilakukan
perawat pada tanggal 2 April 2019 jam 10.30 WIB dengan strategi
pelaksanaan pertama yaitu membina hubungan saling percaya, membantu
An.J mengenal penyebab isolasi sosial, membantu mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kejadwal harian klien.
Respon An.J adalah An.J mau menjalin hubungan saling percaya dengan

33
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

perawat karena sebelumnya sudah sering mengobrol meskipun An.J tidak


kooperatif, An.J mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain, kemudian An.J mampu dilatih berkenalan dan kemudian
memasukan ke jadwal harian An.J agar An.J dapat mengingat-ingat apa yang
telah diajarkan perawat pada hari ini.
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2): mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang pertama seorang perawat). Tindakan keperawatan
kedua dilakukan perawat pada tanggal 5 april 2019jam 09.30 WIB dengan
strategi pelaksanaan kedua yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara
bertahap, pada tahap pertama ini An.J akan berkenalan dengan seorang
perawat di ruangan. Sebelum malaksanakan strategi pelaksanaan pertama.
Respon An.J adalah An.J mampu mengingat strategi pelaksanaan pertama
saat dievaluasi perawat. Kemudian An.J mampu berkenalan dengan perawat
lain di ruangan
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3): megajarkan klien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang kedua seorang klien). Tindakan perawat ketiga
dilakukan perawat pada tanggal 9 April 2019 jam 10.30 WIB dengan strategi
pelaksanaan ketiga yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap, pada
tahap pertama ini An.J akan berkenalan dengan seorang klien di ruangan.
Sebelum melaksanakan strategi pelaksanaan ketiga, perawat mengevaluasi
pertemuan sebelumnya tentang strategi pelaksanaan pertama dan kedua.
Respon An.J adalah An.J mampu mengingat apa yang telah di pelajari pada
strategi pelaksanaan kedua dan ketiga. Pada saat melaksanakan strategi
pelaksanaan ketiga An.J tampak lebih kooperatif dari sebelumnya, namun
An.J tidak bisa fokus saat berkenalan dengan klien lain karena malas dan
malu.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan yang dilakukam pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dibagi
dua, yaitu evaluasi proses dan formatif yang dilakukan setiap selesai

34
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang


dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta
umum yang telah dilakukan. (Keliat, 2005).

Dalam kasus ini penulis menggunakan evaluasi hasil sumatif serta menggunakan
pendekatan SOAP karena evaluasi hasil sumatif dilakukan pada akhir tindakan
perawatan klien dan SOAP terdiri dari respon subjektif, respon objektif, analisi
dan perencanaan. Evaluasi ini dilakukan setiap hari setelah interaksi dengan An.J.

Evaluasi yang penulis dapatkan dalam tercapainya strategi pelaksanaan pertama


yang dilakukan pada tanggal 3 April 2019 jam 10..30 WIB adalah An.J mampu
membina hubungan saling percaya dengan perawat, mengenali penyebab isolasi
sosial menarik dir, menyebutkan keuntungan berhubungan dan tidak berhubugan
dengan orang lain. An.J mampu untuk dilatih cara berkenalan. Respon tersebut
sesuai dengan kriteria evaluasi pada perencanaan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa strategi pelaksanaan pertama pada An.J cukup berhasil.
Evaluasi strategi pelaksanaan kedua yang dilakukan pada tanggal 5 April 2019
jam 09.30 WIB adalah An.J kurang mampu untuk mengulangi strategi
pelaksanaan pertama dan mampu berkenalan dengan seorang perawat diruangan.
Respon tersebut sesuai dengan kriteria evaluasi pada perencanaan, sehingga dapat
diambil kesimpulan strategi pelaksanaan kedua belum berhasil.
Evaluasi yang penulis dapatkan pada strategipelaksanaan ketiga pada tanggal 9
april 2019 jam 10.30 WIB adalah An. J lebih kooperatif dari sebelumnya, kontak
mata juga bertambah namun saat berkenalan dengan klien lain An. J tidak bisa
fokus saat berkenalan.Respon tersebut belum sesuai dengan kriteria evaluasi pada
perencanaan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa stategi pelaksanaan ketiga
An. J belum berhasil dan diulang pada pertemuan selanjutnya
Beberapa kesulitan yang dialami penulis dalam memberikan tindakan
keperawatan adalah tidak tercapainya semua tujuan khusus yang telah direncakan
karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang kurang fokus dalam
melakukan strategi pelaksanaan yang diberikan oleh perawat. Selain itu proses
keperawatan keluarga tidak dapat tercapai karena selama proses keperawatan

35
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

pada klien tidak ada yang datang menjenguk.

E. Dokumentasi
Semua tindakan yang direncanakan sudah diberikan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan dan setiap implementasi keperawatan dilakukan dengan
diakhiri dengan pendokumentasian.

36
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan setudi kasus keperawatan pada An. J dengan gangguan isolasi


social menarik diri, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada An.
J adalah klien kurang berenergi, lemah, malas beraktifitas, perasaan malu
pada orang lain, tidak tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan,
bingung, merasa tidak berguna, menarik diri, tidak atau jarang
berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki teman dekat, menjauh
dari orang lain tidak ada kontak mata, berdiam diri di kamar
2. Diagnose keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian
adalah isolasi sosial menarik diri.
3. Rencana keperawatan yang dapat dilakukan pada An. J meliputi tujuan
umum klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk tujuan pertama
klien dapat membina hubungan saling percaya.,tujuan khusus kedua klien
dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri, tujuan
khusus ke tiga klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, tujuan
khusus keempat klein dapat berhubungan denangan orang lain secara
bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan dari
keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah di susun. Penulisan melakukan implementasi pada An. J seminggu.
Pada hari pertama perawat memberikan strategi pelaksanaan 1 (SP 1) yaitu
membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain serta mengajarkan cara
berkenalan. Pada hari keempat dilaksanakan strategi pelaksanaan 2 (SP 2)
yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan

37
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

orang pertama seorang perawat). Pada hari berikutnya perawat berencana


melaksanakan strategi pelaksanaan 3 (SP 3) yaitu mengajarkan klien
berinteraksi secara bertahap ( dengan orang kedua seorang klien).
5. Evaluasi tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada An. J sampai pada strategi pelaksanaan ketiga. An. J
klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat,
mengenal penyebab isolasi social menarik diri, menyebutkan keuntungan
berhubungan dan tidak berhubungan dengan orang lain, mampu untuk
dilatih cara berkenalan, mampu berkenalan dengan seorang perawat di
ruangan namun belum maksimal berkenalan dengan klien lain karena An. J
merasa malu dan menolak tanpa meberikan alasan yang lain. Beberapa
kesulitan yang dialami penulis dalam memberikan tindakan keperawatan
adalah tidak tercapai semua tujuan khusus karena keterbatasan waktu serta
keadaan klien yang kurang fokus dalam melakukan strategi pelaksanaan
yang diberikan oleh perawat. Selain itu proses keperawatan keluarga tidak
dapat tercapai karena selam proses keperawatan pada klien tidak ada
keluarga yang menjenguk.

A. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis member saran bagi:
1. Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien jiwa dengan seoptimal
mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan
fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan

38
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumawati., Damaiyanti., Mukhripah. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Samarinda: Refka Aditama.
Azizah. 2011. Buku Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu

39
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI


TUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Isolasi social TUM: Setelah dilakukan ...x20 menit  Beri salam / panggil nama pasien.
 Klien mampu interaksi diharapkan klien  Sebut nama perawat sambil Salaman
berintegrasi dengan menunjukkan tanda-tanda  Jelaskan maksud hubungan Interaksi
orang lain.  Pasien mau membalas  Beri rasa nyaman dan sikap
salam.  Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK:  Pasien mau jabatan
 Klien dapat Membina  Pasien menyebutkan Nama
Hubungan saling  Pasien tersenyum
percaya dengan perawat  Pasien ada kontak Mata
 Pasien tahu nama Perawat
 Pasien menyediakan waktu
untuk kontrak

TUK:  Pasien dapat Menyebutkan  Beri perhatian pada klien dan perhatikan
2. klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang kebutuhan dasar klien

40
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

penyebab menerik diri berasal dari diri sendiri,  Kaji tentang perilaku menerik diri pada
orang lain dan lingkungan klien dan tandanya
 Diskusikan dengan klien tentang
pengertian, penyebab, akibat dari
menarik diri
 Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan yang
menyebabkan klien tidak mau bergaul
 Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya

TUK:  Pasien dapat menyebutkan  Kaji pengetahuan klien tentang


3. klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi keuntungan memiliki teman
keuntungan berinteraksi dengan orang lain misalnya:  Beri kesempatan kepada klien untuk
dengan orang lain dan banyak teman, tidak sendiri, berinteraksi dengan orang lain
kerugian tidak berinteraksi bias diskusi  Beri penguatan positif terhadap
dengan orang lain kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain

41
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

TUK:  Berinteraksi dengan orang  Kaji kemampuan klien membina


4. klien dapat melaksanakan lain, kontak sosial hubungan dengan orang lain
interaksi sosial secara  Dorong dan bantu klien untuk
bertahap berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap:
a. Klien –perawat
b. Klien- perawat- perawat lainya
c. Klien- perawat- perawat lainya-
klien lain
d. Klien-
keluarga/kelompok/masyarakat

 Beri penguatan positif terhadap


keberhasilan yang telah dicapai
 Bantu klien untuk mengevaluasi
keuntungan menjalin hubungan sosial
 Motivasi klien untuk mengikuti

42
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

kegiatan ruangan
 Beri penguatan positif atas kegiatan
klien dalam ruangan
TUK:  Dorong klien untuk mengungkapkan
Klien dapat Pasien dapat mengungkapkan perasaanya bila berinteraksi dengan
mengungkapkan perasaanya perasaanya setelah berinteraksi orang lain
setelah berinteraksi dengan dengan orang untuk : oleh diri  Diskusikan dengan klien tentang
orang lain sendiri dan orang lain perasaan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
 Beri reinforcement positif atas
kemampuan klien

TUK:  Tanyakan pada pasien apakah pasien


6. klien dapat Keluarga dapat: mau tahu cara baru yang sehat
memberdayakan system Menjelaskan perasaanya  Beri pujian jika pasien mengetahui cara
pendukung atau keluarga Menjelaskan cara meraw lain yang sehat
 Diskusikan cara marah yang sehat
melakukan berespon terhadap dengan pasien.

43
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

kemarahan secara konstruktif. a) Pukul bantal untuk melampiaskan


marah
b) Tarik nafas dalam
c) Mengatakan pada teman saat ingin
marah
d) Anjurkan pasien sholat atau berdoa
2. Harga Diri TUM: a. Ekspresi Wajah bersahabat ,  Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah (HDR) Pasien dapat mengontrol menunjukkan rasa scaang, ada mengungkapkan prinsip komunikasi
perilaku kekerasan pada kontak mata, mau berjabat tcrapeutik Sapa pasien dengan ramah
saat berhubungan dengan tangan, mau menyebutkan nama, laik verbal maupun non verbal
orang lain mau menjawab salam, klien mau  Perkenalkan diri dengan sopan
TUK : duduk berdampingan dengan  Tanyakan nama iengkap pasien dan
1. Pasien dapat membina perawat, mau mengutarakan nama panggilan disukai pasien
hubungan saling percaya masalah yang dihadapi  Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan siknp empati dan menerima
pasien apa adanya
 Beri perhatian kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan dasar pasien

44
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

TUK :  Daftar kemampuan yang  Diskusikan kemampuan dan aspek


2. dimiliki pasien di rumah positif yang dimiliki buat daftarnya
Pasien dapat sakit, rumah, sekolah dan  Setiap bertemu pasien dihindarknn dari
mengidentifikasi tempat kerja metnberi penilni; negatif
kemampuan dan aspek  Daftar positif keluarga  Utamakan memberi pujian yang
positif yang dimilik pasien realistic pada kemampuan dan aspek
 Daftar positif lingkungan positif pasien
pasien
TUK :  Pasien menilai kemampuan  Diskusikan dengan pasien kemampuan
Pasien dapat menilai yang digunakan yang masih dapat digunakan selama
kemampuan  Pasien memiliki kemampuan sakit
yang digunakan yang dapat digunakan di  Diskusikan kemampuan yang dapat
rumah dilanjutkan pengguna di rumah sakit
 Berikan pujian
TUK :  Pasien menilai kemampuan  Meminta pasien untuk:memilih satu
Pasien dapat menetapkan yang akan . dilatih kegiatan yang mau dilakukan di rumah
dan merencanakan kegiatan  Pasien mencoba Susunan sakit

45
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

sesuai dengan kemampuan jadwal harian  Bantu pasien melakukannya jika perlu
yang dimiliki beri contoh
 Beri pujian atas keberhasilan pasien.
 Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih
 Catatan : Ulangi untuk kemampuan
lain sampai semua selesai
TUK:  Pasien melakukan kegiatan  Beri kesempatan pada pasien untuk
Pasien dapat melakukan yang telah di latih (mandiri, mencoba kcgiatan yang telah
kegiatan sesuai kondisi sakit dengan bantuan atau direncanakan
dari kemampuannya tergantung)  Beri pujian atas keberhasian pasien
 Pasien marnpu melakukan  Diskusikan kemungkinan penaksiiran
beberapa kegiatan secara di rumah
mandiri
TUK :  Keluarga memberi  Beri pendidikan kcschatan pada
Pasien dapat memanfatkan dakungan dan pujian keluarga tentang cara merawat pasien
system pendukung yang ada  Keluarga memahami jadwal dengan harga diri rcndah
kegiatan harian pasien  Bantu keluarga memberikan dukungnn
selama pasien dirawat.

46
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

 Bantu keluarga menyiapkan


lingkungan di rumah
 Jelaskan cara pelaksmann jadwal
kegiatan pasien di rumah
 Anjurkan memberi pujian pada pasien
setiap berhasil
3. RPK (Resiko TUM: Setelah dilakukan ...x20 menit  Beri salam / panggil nama pasien.
Perilaku  Pasien dapat interaksi diharapkan klien  Sebut nama perawat sambil Salaman
Kekerasan) melanjutkan hubungan menunjukkan tanda-tanda  Jelaskan maksud hubungan Interaksi
peran sesuai tanggung  Pasien mau membalas  Beri rasa nyaman dan sikap
jawab. salam. Lakukan kontrak singkat tapi sering
 Pasien mau jabatan
TUK:  Pasien menyebutkan Nama
Pasien dapat Membina  Pasien tersenyum
Hubungan saling percaya  Pasien ada kontak Mata
 Pasien tahu nama Perawat
 Pasien menyediakan waktu
untuk kontrak

47
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

TUK:  Pasien dapat  Beri kesempatan untuk


2. Pasien dapat Mengungkapkan  Mengungkapkan perasaannya.
mengidentifikasi penyebab perasaannya. Bantu pasien untuk mengungkapkan
marah / amuk Pasien dapat menyebutkan marah atau jengkel.
perasaan marah / jengkel

TUK:  Pasien dapat  Anjurkan pasien


3. Pasien dapat mengungkapkan perasaan  Mengungkapkan perasaan saat marah
mengidentifikasi tanda saat marah /jengkel. /jengkel.
marah  Pasien dapat menyimpulkan  Observasi tanda perilaku kekerasan
tanda-tanda jengkel / kesal pada pasien

TUK:  Pasien mengungkapkan  Anjurkan pasien mengungkapkan


Pasien dapat marah yang biasa dilakukan marah yang biasa dilakukan
mengungkapkan perilaku  Pasien dapat bermain peran  Bantu pasien bermain peran sesuai
marah yang sering dengan perilaku marah yang perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan dilakukan dilakukan.
 Pasien dapat mengetahui  Bicarakan dengan pasien apa dengan
cara marah yang dilakukan cara itu bisa menyelesaikan masalah

48
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

menyelesaikan masalah atau


tidak
TUK: Pasien dapat menjelaskan akibat  Bicarakan akibat / kerugian cara yang
Pasien dapat dari cara yang digunakan dilakukan
mengidentifikasi akibat  Bersama pasien menyimpulkan cara
perilaku Kekerasan yang digunkana pasien.
 Tanyakan pasien apakah mau tahu cara
marah yang sehat
TUK: pasien dapat  Tanyakan pada pasien apakah pasien
6. Pasien mengidentifikasi melakukan berespon terhadap mau tahu cara baru yang sehat
cara construksi dalam kemarahan secara konstruktif.  Beri pujian jika pasien mengetahui cara
berespon terhadap perilaku lain yang sehat
kekerasan  Diskusikan cara marah yang sehat
dengan pasien.
e) Pukul bantal untuk melampiaskan
marah
f) Tarik nafas dalam
g) Mengatakan pada teman saat ingin
marah

49
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Anjurkan pasien sholat atau berdoa


TUK: Pasien dapat  Pasien dapat memilih cara yang paling
Pasien dapat mendemonstrasikan tepat.
mendemonstrasikan cara cara mengontrol  Pasien dapat mengidentifikasi manfaat
mengontrol marah perilaku kekerasan yang terpilih
a) Tarik nafas dalam  Bantu pasien menstimulasi cara
b) Mengatakan tersebut.
secara langsung  Beri reinforcement positif atas
tanpa menyakiti keberhasilan.
c) Dengan  Anjurkan pasien menggunakan cara
sholat/berdoa yang telah dipelajari.
RPK (Resiko TUK: Keluarga pasien dapat :  Identifikasi kemampuan keluarga
Perilaku 8. Pasien dapat dukungan  Menyebutkan cara merawat merawat pasien dari sikap apa yang
Kekerasan) keluarga mengontrol marah pasien dengan perilaku telah dilakukan
kekerasan.  Jelaskan peran serta keluarga dalam
 Mengungkapkan rasa puas merawat pasien.
dalam merawat pasien  Jelaskan cara-cara merawat pasien.
 Bantu keluarga mendemonstrasikan
cara merawat pasien.

50
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

Bantu keluarga mengungkapkan


perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
TUK:  Pasien dapat menggunakan  Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum
9. Pasien dapat menggunakan obat-obat yang diminum pasien dan oeluarga.
obat dengan benar dengan kegunaannya.  Diskusikan manfaat minum obat.
papasien dapat minum obat sesuai  Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
program pengobatan Anjurkan pasien minum obat tepat
waktu
TUK:  Lingkungan mengetahui  Jelaskan peran serta lingkungan
Pasien dapat dukungan dari bagaimana cara menyikapi terhadap kondisi pasien
lingkungan untuk pasien dengan perilaku  Beri penjelasan bagaimana cara
mengontrol marah kekerasan. menyikapi pasien dengan perilaku
kekerasan
 Diskusikan cara -cara yang dilakukan
untuk menyikapi pasien dengan
perilaku kekerasan

51
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

52

Anda mungkin juga menyukai