Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TIJAUAN TEORI

Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia
lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap
individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak
dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena
usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan
ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah,
2011).
Lanjut usia adalah fase menurunya kemampuan akal dan fisik, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup (Darmojo, 2004).
Jadi dapat disimpulkan usia lanjut adalah tahap yang tidak dapat
dihindari oleh setiap ijndividu dimana karena usianya mengalami perubahan
biologis fisik, kejiwaan dan sosial.

2. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut WHO:
a. Usia pertengahan : 45- 59 tahun
b. Lanjut usia : 60– 74 tahun
c. Lanjut usia tua: 75- 90 tahun
d. Usia sangat tua: diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010)
Persoalan dan keluhan para usia lanjut meliputi:

3. Perubahan- Perubahan Pada Lanjut Usia


a. Perubahan Fisik
No Perubahan Temuan subyektif & Promosi
obyektif kesehatan/rekomendasi
keperawatan
1 Sistem Keluhan keletihan Kesehatan kardiovaskular
kardiovaskular dengan peningkatan pada lansia dapat
aktivitas, waktu ditingkatkan dengan
pemulihan frekuensi menasihatkan olahraga
jantung meningkat, yang teratur, aktivitas
tekanan darah berirama, hindari
meningkat diakibatkan merokok, makan
oleh meningkatnya makanan rendah lemak,
resistensi dari diet rendah garam,
pembuluh darah berpartisipasi dalam
perifer, sistolik normal aktivitas penurunan
±, diastolik normal ± stress, ukur tekanan
90 mmHg. darah secara teratur,
kepatuhan pengobatan
dan kontrol berat badan.
2 Sistem Keletihan dan sesak Olahraga secara teratur,
pernapasan napas setelah hindari merokok, minum
beraktivitas, gangguan banyak cairan untuk
penyembuhan jaringan mengencerkan secret,
akibat penurunan imunisasi influenza setiap
oksigen, kesulitan tahun, hindari pajanan
untuk batuk. terhadap infeksi saluran
pernapasanbagian atas.
3 Sistem Kulit tipis dan keriput, Hindari pajanan matahari
integumen kulit kering, keluhan dengan pakaian, tabir
cedera, memar, surya dan tetap dalam
keluhan tidak tahan ruangan; berpakaian
panas, berkurangnya sesuai iklim; menjaga
elastisitas akibat suhu ruangan yang
menurunnya cairan dan amabb; berendam 1-2 kali
vaskularisasi, kuku jari seminggu, gunakan
menjadi lebih rapuh, lotion.
ermukaan kulit kasar
dan bersisik ( karena
kehilangan proses
keratinasi serta
perubahan ukuran dan
bentuk sel epidermi)
4 Sistem Wanita : nyeri saat Mungkin memerlukan
reproduksi berhubungan kelamin, krim esterogen/antibiotik,
perdarahan pervagina gunakan pelumas saat
setelah berhubungan berhubungan kelamin,
seksual, gatal dan carilah bimbingan
iritasi vagina, orgasme kesehatan/seksual bila
melambat. perlu.
Pria : ereksi dan
pencapaian orgasme
melambat.
5 Sistem Penurunan tinggi Olahraga secara teratur,
muskuloskelet badan, rentan terhadap makan makanan tinggi
al fraktur, kifosis, kalsium, batasi asupan
keluhan nyeri fosfor, mungkin perlu
punggung, kehilangan peresapan hormon dan
kekuatan fleksibilitas kalsium.
dan ketahanan otot,
keluhan nyeri sendi.
6 Sistem Retensi urin, kesulitan Kontrol dokter secara
genitourinarius berkemih, kejadian berkala; jangan jauh dari
inkontinensia urine, toilet; pakai pakaian yang
urgensi dan frekuensi, mudah dibuka; minum
BUN meningkat, banyak air; hindari
pembesaran prostat minum berkafein, alkohol
pada pria, atrofi vulva, atau pemanis buatan;
lakukan latihan otot dasar
panggul; pelihara
kebersihan perineal; jaga
agar kulit tetap kering dan
bersih; pakai pakaian
dalam yang bersih,
gunakan bantalan
penyerap cairan, krim
kulit anti air.
7 Sistem Keluhan mulut kering, Gunakan es batu dan obat
gastrointestinal sesak, nyeri ulu hati, kumur, sikat gigi dan pijat
gangguan pencernaan, gusi setiap hari, kontrol
konstipasi, kembng dan dokter gigi setap 6 bulan
ketidaknyamanan. sekali, makan sedikit
namun sering, duduk
tegak dan hindari
aktivitas berat setelah
makan, batasi
penggunaan antasida,
makan makanan berserat
tinggi, diet rendah lemak,
buang air kecil secara
teratur, minum banyak air.
8 Sistem saraf Respon dan reaksi Atur pengajaran, saat
melambat, bingung hospitalisasi usahakan
saat dimasukan banyak pengunjun,
kedalam rumah sakit, tingkatkan ransangan
keluhan pingsan, sering sensori jika terjadi
jatuh. kebingungan mendadak
segera cari penyebabnya,
usahakan bangun
perlahan, usahakan
memakai tongkat.
9 Sistem indera
khusus :
penglihatan Memeg1ang benda Gunakan kacamata gelap
jauh dari wajah, saat diluar, gunakan
keluhan silau, kacamata untuk
penglihatan buruk saat membaca, hindari
malam hari, kesulitan perubahan mendadak dari
melihat tulisan jarak gelap ke terang, gunakan
dekat, bingung dengan buku dengan huruf besar-
warna. besar, hindari
mengendarai mobil
dimalam hari, gunakan
warna yang kontras untuk
membedakan warna,
hindari cahaya matahari
langsung.
10 Sistem Memberi respon yang Anjurkan periksa
pendengaran tidak sesuai, meminta pendengaran, kurangi
untuk mengulang kata- kebisingan latar belakang,
kata tatap wajah orang yang
berbicara, ucapkan setiap
kata dengan jelas dengan
nada rendah, gunakan
bahasa nonverbal, ulangi
kata jika tidak jelas.
11 Penghidungan Menggunakan gula dan Usahakan menggunkan
dan garam berlebihan. rempah-rempah yang lain
pengecapan dan bumbu.

b. Perubahan Psikososial pada Lansia


Dilihat dari segi kejiwaan, individu yang mengnijak lanjut usia
biasanya labil apabila mendapat penolakan, penghinaan atau rasa kasihan
yang tidak sesuai dengan keadaanya, oleh karena itu biasnya para lansia
menginginkan untuk tidak tergantung dengan orang lain. Hal tersebut
dilakukan karena dia ingin dihargai, dicintai, diinginkan kehadirannya dan
ingin hidup lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain di masa tuanya.
Lansia yang sehat psikologis dapat dilihat dari kemampuan beradaptasi
terhadap kehilangan fisik, sosial dan emosinal serta mencapai kebahagiaan,
kedamaian dan kepuasan hidup.
Dengan adanya penurunan fungsi kognitif yang meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengalaman, dan lain-lain. Pada umumnya,
setelah orang memasuki masa lansia, ia mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia yang
menjadi makin tidak seoptimal pada saat muda dan fungsi psikomotorik
(konatif) yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan, seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang
aktif dari waktu muda, lansia juga mengalami perubahan psikososial yang
berkaitan dengan kepribadian lansia tersebut. Kepribadian lansia sebagai
berikut. :
1. Tipe kepribadian konstruktif. Biasanya tipe ini tidak mengalami gejolak,
tenang, dan mantap sampai sangat tua.

2. Tipe kepribadian mandiri. Pada tipe ini ada yang mengalami postpower
syndrome, apalagi jika masa lansia tidak ada kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.

3. Tipe kepribadian tergantung. Tipe ini sangat dipengaruhi keluarga, apabila


kehidupan keluarga selalu harmonis maka masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal makan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dan maju.

4. Tipe kepribadian bermusuhan. Pada tipe ini seorang lansia tetap merasa
tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginannya yang kadang
diperhitungkan secara saksama sehingga menyebabkan keadaan menjadi
morat-marit

5. Tipe kepribadian kritik diri. Lansia tipe ini terlalu terlihat sengsara, karena
perlakunya sendiri sulit dibantu orang lain sehingga susah dirinya.

Ketakutan menjadi tua dan tidak produktif lagi memunculkan gambaran


yang negatif tentang proses menua. Seseorang yang telah menginjak lansia
biasanya muncul sikap yang tidak disadari oleh dirinya sendiri seperti
cerewet, pelupa, sering mengeluh, bersikap egois, berkurangnya kelenturan
dalam menghadapi perubahan dll. Banyak kultur dan budaya yang ikut
menumbuhkan anggapan negatif ini, dimana lansia dipandang sebagai
individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat
dan memboroskan sumber daya ekonomi. Perawat dapat memberikan
dorongan serta dalam membuat keputusan, kemandirian, aktivitas sosial
lansia. Selain itu juga adap poin-poin yang terjadi dalam psikososial :

1. Pensiun : nilai seseorang sering diukur berdasarkan produktivitasnya


dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara
lain :
 Kehilangan finansial ( income berkurang).
 Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segara fasilitasnya).
 Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
 Kehilangan pekerjaan/jabatan.
2. Merasakan atau sadar akan kematian.
3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Meningkatnya biaya hidup
pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6. Perubahan dalam Peran Sosial, akibat berkurangnya fungsi indra
pendengaran, penglihatan, gerak fisik maka muncul gangguan
fungsional atau bahkan kecatatan pada lansia. Misalnya badan bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihtan kabur, dan sebagainya
dicegah dengan selalu mengajak mereka pada aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing. Oleh karena
jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi
dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menagis, marah-marah, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menahan orang lain sehingga perilakunya seperti
anak kecil

c. Perubahan Spiritual pada Lansia


1. Agama semakin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
2. Lansia makin matur dalam kehidupan beragamanya, hal ini terlihat dari
berrfikir dan bertindak dalam sehari-hari. perkembangan spiritual.

3. Menurut Folwer (1978). Universalizing, perkembangan yang dicapai pada


tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh
cara mencintai dan keadlian.

4. Lanjut usia sangat mendambakan kasih sayang dan penerimaan sosial


akan tetapi dialin pihak dia juga membutuhkan ketenagannya untuk
beribadah, beramal dan berbuat baik dengan cara mendekatkan diri kepada
agama dan Tuhan kebutuhan lanjut usia bergeser dari kebutuhan biologik
dan self survival digantikan oleh kebutuhan lain yaitu kebutuhan religius.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia
yang bertambah lanjut

4. Masalah yang terjadi pada lansia


Menurut Mangoenprasodjo dan Hidayat (2005), permasalahan yang sering
terjadi pada lanjut usia :
a. Kondisi mental
Secara psikologis, umumnya pada lanjut usia terdapat penurunan baik
secara kognitif maupun psikomotor. Contohnya adalah penurunan
pemahaman dalam menerima permasalahan dalam vertindak.
b. Keterasingan
Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat
dan aktivitas lainya sehingga merasa tersisihkan dari masyarakat.
c. Post power syndrome
Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan pada
masa aktif bvekerja. setelah berhenti bekerja, merasa ada sesuatu yang
hilang dalam kehidupanya.
d. Masalah penyakit
Selain karena proses fisiologis yang menuju arah degenerative juga
banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut. Antara lain infeksi, jantung
dan pembuluih darah, penyakit metabolic, kurang gizi, penggunaan obat
alcohol, penyakit saraf serta gangguan jiwa terutama depresi dan
kecemasan.
e. Masalah ekonomi
Penerimaan atau pendapatan pada usia lanjut tidak seperti pada masa
produktif, sehingga masalah ekonomi merupakan salah satu masalah yang
perlu dipahami.

KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan
diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu
tekanan darah systole > 140mmHg dan diatole 90 mmHg. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit salah satu resiko tinggi
yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal
(Muwarni,2011; Zhao,2013).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia
dan jenis kelamin (Soeparman dalam buku Udjianti, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalamai
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakita (Morbiditas) daan angka kematian (mortalitas). (Kushariyadi :
2008).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipertensi pada lansia adalah kondisi
peningkatan tekanan sistolik ≥ 160 mmhg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmhg.
2. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi :

1. Genetic : respon neurologi terhadap stress atau kenalinan eksresi atau


transport Na.

2. Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan


tekanan darah tinggi

3. Stress karena lingkungan

4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta


pelebaran pembuluh darah

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan-perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku


3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya


efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :

1. Hipertensi esensial/ Hipertensi primer

Penyebabkan Hipertensi perifer belum diketahui dengan pasti,


namun ada beberapa factor yaitu :

a. Factor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki


kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan Hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita Hipertensi

b. Ciri perseorangan

Ciri sesorang yang mempengaruhi timbulnya Hipertensi adalah umur,


jenis kelamin, ras.

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya Hipertensi


adalah : konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan
berelbihan, stress, merokok, minum alcohol, minum obat-obatan.
2. Hipertensi sekunder

Jenis Hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sbb:

a. Penyakit ginjal : glomerulonephritis, piyelonefritis, nekrosis tubular


akut, tumor

b. Penyakit vascular : aterosklerosis, hyperplasia, thrombosis, aneurisma,


emboli kolestrol dan vaskuulitis

c. Kelainan endokrin : diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme

d. Penyakit saraf : stoke, encephalitis, syndrome guilian barre

e. Obat-obatan : kontrasepsi oral, kortikosteroid

4. Pathofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembluh darah


terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpati di thoraks dan
abdomen. Ransangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetil kolin, yang akan
meransang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepasnya nonefinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai
factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon pembuluh
darah terhadap ransangan vasokonstriktor. Klien dengan hipertesi sangat
sensitive terhadap nonefinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis meransang pembuluh
darah sebagai respon ransangan emosi, kelenjar adrenal juga teransang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epipeprin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya
meransang sekresi aldosterol oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Brunner and Suddart, 2002).

5. Kriteria Hipertensi

The join nation comitten on detection, evolution and Treatmen of high


blood pressure, suatu badan penelitian hipertensi di USA menentukan batasan
yang berebda. Pada laporan tahun 1993 yang dikenal dengan sebutan JPC-V
tekanan pada darah orang dewasa berumur 18 tahun diklasifikasikan sebagai
berikut :
Table 3.6 kriteria penyakit hipertensi menurut JNC-C USA

N Kriteria Tekanan darah


Sistolik Diastolik
o
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan (high normal) 120-139 85-89
3 Hipertensi 140-159 90-99
Derajat 1 : ringan (mild) 160-179 100-109
Derajat 2 : sedang (moderate) 180-209 110-119
Derajat 3 : berat (severel) ≥210 ≥ 120
Derajat 4 : sangat berat (very
severe)
(Dalaimartha & Wijaya, 2004)

6. Manifestasi Klinis

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama


pada setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala
yang sering dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdengung

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul


setelah mengalai hipertensi bertahun-tahun berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang sisertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan intracranial

2. Pengalihan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan sususnan saraf pusat

4. Nakturia Karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

7. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelalaian parenkim ginjal

b. Kreatini serum BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim


ginjal dengan gagal ginjal akut

c. Darah perifer lengkap

d. Kimia darah (klium, kreatinin, gula darah puas)

2. EKG

a. Hipertropi ventrikel kiri

b. Ischemic/infak miocard

c. Peninggian gelombang P

d. Gangguan kondukti

3. Rontgen foto

a. Bentuk besar jantung nothing dan iga pada kwartasio dari aorta

b. Pembendungan, lebarnya paru

c. Hipertropi parenkim ginjal

d. Hipertropi vascular ginjal

8. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non fakmakologi

a. Pengaturan diet
1. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien Eda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah
dan memperbaiki keadaan jantung

2. Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi


mekanisme belum jelas.

3. Diet kaya buah dan sayur

4. Diet rebdah koletrol sebagi pencegah terjadinya jantung koroner

b. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan


dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga
berkurang

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat


untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk


mengurangi efek jangka panjang hipertensikarena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung

2. Penatalaksanaan medis

a. Terapi oksigen

b. Pemantauan hemodinamik

c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan

1. Diuretic : cholorthalidon, hydromox, Lasix, aldactone

2. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontaksi otot polos jantung


dan arteri

3. Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE


berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2

4. Antagonis (penyekat) repetor (β-bloker) terutama menghambat


penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta dijantung untuk
menurunkan kecepatan denyut jantung dan curah jantung

5. Antagonis resseptor alfa (β-bloker) menghambat reseptor alfa


diotot vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan
saraf simaptis dengan vasokontriksi

6. Vasodilator arterior berlangsung dapat digunakan untuk


menurunkan TPR(Brunner & Suddarth:2002).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULAR

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Identitas

Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem kardiovaskular adalah

2) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit ganguan
kardiovaskular adalah fatigue, lemAh, dan sulit bernafas, pusing.

3) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa
ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain
Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah dilakukan dan
bagaimana perubahan dan data yang didapatkan saat pengkajian.

4) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit kardiovaskular


sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan
peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat-obatan, dan riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.

5) Riwayat penyakit keluarga


Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama karena faktor genetik/keturunan.

6) Pola kebiasaan sehari-hari

Yang perlu dikaji adala aktivitas apa saja yang perlu dilakukan shubungan
dengan adanya nyeri dada sebelah kiridan sesak nafas.

7) Pemeriksaan fisik

a. Kebiasaan umum

Kedaan umum lansia yang mengalami gangguan kardiofaskular biasanya


lemah.

b. Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis, apatis sampai somnolen.

c. Tanda-tanda vital : Terdiri dari pemeriksaan : suhu normalnya (37C), Nadi


meningkat (N : 70-82x/menit), Tekanan darah meningkat atau menurun,
Pernafasan biasanya mengalami peningkatan

d. Pemeriksaan review of system (ROS)

1. Pemeriksaan pernafasan (B1 : Breathing )

Dapat ditemukan sesak nafas, sesak waktu beraktifitas, peningkatan


frekwensi pernafasan, adanya penggunaan otot bantu pernafasan,
adanya gangguan pernafasan.

2. Sistem sirkulasi (B2 : bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sirkulasi perifer,


warna, dan kehangatan, periksa adanya distensi vena jugularis.
3. Sistem persarafan (B3 :Brain)

Kaji adanya hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, terlihat


kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/ kejelasan melihat, dilatasi
pupil. Agitasi (mungkin berhubungan denga nyeri/ansietas).

4. Sistem perkemihan

Terjadi perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, disuria,


distensi kandung kemih, warna dan bau pada urin, dan kebersihannya

5. Sistem percernaan

Akan ditemukan konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,


auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdoemn, nyeri
tekan abdomen

6. Sistem muskuloskeletal

Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba yang mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atropi otot,
laserasi kulit dan perubahan warna.

2. Diagnosa keperawatan

a. Penurunan cardiac output b.d perubahan denyut jantung/irama jantung


ditandai dengan : adanya perubahan irama/ denyut jantung, palpitasi,
perubahan EKG, distensi vena jugulais, sesak nafas, kelelaha, edema, bunyi
jantung murmur, kulit dingin dan lembab.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen
c. Gangguan rasanyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


N DIAGNOSA PERENCANAAN
O KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Intervensi
1. Penurunan cardiac Setelah dilakukan - Evaluasi adanya nyeri
output b.d perubahan asuhan keperawatan dada (intensitas, lokal,
denyut jantung/irama selama ...x 24jam radiasi, durasi dan
jantung ditandai klien menunjukan faktor pencetus nyeri).
dengan : adanya curah jantung adekuat - Lakukan penilaian
perubahan irama/ dengan kriteria : komprehensif terhadap
denyut jantung, sirkulai perifer
- TD dalam rentang
palpitasi, perubahan - Catat adanya disritmia
normal
EKG, distensi vena - Monitor vital sign
- Denyut jantung
jugulais, sesak nafas, - Monitor status
dalam batas
kelelaha, edema, bunyi kardiovaskular
normal
jantung murmur, kulit - Monitor disritmia
- Tidak ada bunyi
dingin dan lembab. jantung termasuk
nafas abnormal
- Menunjukan gangguan irama dan

toleransi terhadap konduksi

aktivitas - Monitor status respirasi

- Nadi perifer kuat teradap gejala gagal


jantung
- Ukuran jantung
- Monitor keseimbangan
normal
cairan (intake output
- Tiak ada distensi
dan BB harian)
vena jugularis
- Kenali adanya
- Tidak ada disritmia
- Tidak ada bunyi perubahan tekanan
jantung abnormal darah
- Tidak ada angina - Kenali pengaru
- Tidak ada edema psikologis yang
perifer mendasari kondisi
- Tidak ada udem klien
pulmo - Evaluasi respon klien
- Tidak ada mual terhadap disritmia

- Tidak ada - Kolaborasi dalam

kelelahan pemberian terapi


antiaritmia sesuai
kebutuhan
- Monitor respon klien
terhadap pemberian
terapi antiaritmia
- Instruksikan klien dan
keluarga tetang
pembatasa aktivitas
- Tentukan periode
latihan dan istirahat
untuuk menghindari
kelelahan.
- Monitor toleransi klien
terhadap aktivitas
- Monitor adanya
dyspneu, kelelahan,
takhipneu, dan
othopneu.
- Anjurkan untuk
mengurangi stress
- Ciptakan hubungan
yang saling
memndukung antara
klien dan keluarga
- Anjurkan klien untuk
melaporkan
ketidaknyamanan dada
2. Intoleransi Setelah dilakukan - Kaji toleransi
aktivitas asuhan keperawatan pasien terhadap
berhubungan selama ...x 24jam aktivitas
dengan kelemahan klien dapat - catat peningkatanTD,
umum, dipsnea, atau
Aktivitas pasien
ketidakseimbangan nyeridada, kelelahan
terpenuhi
antara suplai dan berat dan kelemahan,
kebutuhan Oksigen klien dapat berkeringat,pusing
berpartisipasi dalam
atau pingsan.
aktivitas yang
(Parameter
diinginkan
menunjukan respon
/diperlukan,melaporkn
fisiologis
peningkatan dalam
pasienterhadap stress,
toleransi aktivita yang
aktivitas dan indicator
dapat diukur
derajat pengaruh
kelebihan kerja/
jantung).
- Kaji kesiapan untuk
meningkatkan
aktivitas contoh:
penurunan kelemahan
/ kelelahan, TD
stabil, frekwensi
nadi,peningkatan
perhatian pada
aktivitas dan
perawatan diri.
(Stabilitas fisiologis
pada istirahatpenting
untuk memajukan
tingkat aktivitas
individual).
- Dorong memajukan
aktivitas/ toleransi
perawatan diri.
(Konsumsioksigen
miokardia selama
berbagai aktivitas
dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan
aktivitas bertahap
mencegah
peningkatantiba- tiba
pada kerja jantung).
- Berikan bantuan
sesuai kebutuhan dan
anjurkan penggunaan
kursi mandi, menyikat
gigi/ rambut dengan
duduk dan sebagainya.
(teknik penghematan
energi menurunkan
penggunaan energi
dan sehingga
membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan
oksigen).
- Dorong pasien
untukpartisifasi dalam
memilih periode
aktivitas.(Seperti
jadwal meningkatkan
toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan
mencegah
3. Gangguan Setelah dilakukan - Pertahankan tirah
rasanyaman: nyeri asuhan keperawatan baring, lingkungan yang
(sakit kepala) selama ...x 24jam tenang, sedikit
berhubungan dengan klien menunjukan penerangan
peningkatan tekanan pertukaran gas - Minimalkan gangguan
vaskuler serebral. adekuat dengan lingkungan dan
kriteria : rangsangan.

Pasien - Batasi aktivitas.

mengungkapkan - Hindari merokok atau


menggunkan
tidak adanya sakit penggunaan nikotin.
kepala dan tampak - Beri obat analgesia dan
nyaman. sedasi sesuai pesanan
- Beri tindakan yang
menyenangkan sesuai
indikasi seperti
kompres es, posisi
nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari
konstipas

Anda mungkin juga menyukai

  • Learning Journal Komitmen Mutu
    Learning Journal Komitmen Mutu
    Dokumen5 halaman
    Learning Journal Komitmen Mutu
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Analisis SWOT banjir Kalimantan Selatan
    Analisis SWOT banjir Kalimantan Selatan
    Dokumen2 halaman
    Analisis SWOT banjir Kalimantan Selatan
    Hendrikus Dika
    100% (1)
  • LEARNING JOURNAL Nasionalisme
    LEARNING JOURNAL Nasionalisme
    Dokumen5 halaman
    LEARNING JOURNAL Nasionalisme
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • L
    L
    Dokumen2 halaman
    L
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • STAKEHOLDER
    STAKEHOLDER
    Dokumen3 halaman
    STAKEHOLDER
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Puisi
    Puisi
    Dokumen1 halaman
    Puisi
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • LEARNING JOURNAL Antikorupsi
    LEARNING JOURNAL Antikorupsi
    Dokumen4 halaman
    LEARNING JOURNAL Antikorupsi
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Baruu
    Baruu
    Dokumen30 halaman
    Baruu
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Sistem Merit
    Sistem Merit
    Dokumen8 halaman
    Sistem Merit
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Baruu
    Baruu
    Dokumen30 halaman
    Baruu
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • GERONN
    GERONN
    Dokumen1 halaman
    GERONN
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Gadar
    BAB IV Gadar
    Dokumen2 halaman
    BAB IV Gadar
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Soap Keluarga PJK
    Soap Keluarga PJK
    Dokumen6 halaman
    Soap Keluarga PJK
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Kualitas Tidur Lansia
    Kualitas Tidur Lansia
    Dokumen14 halaman
    Kualitas Tidur Lansia
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • BAB V Gadar
    BAB V Gadar
    Dokumen1 halaman
    BAB V Gadar
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Soap Keluarga PJK
    Soap Keluarga PJK
    Dokumen6 halaman
    Soap Keluarga PJK
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Bawang
    Bawang
    Dokumen4 halaman
    Bawang
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Bawang
    Bawang
    Dokumen4 halaman
    Bawang
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • SOTERIA
    SOTERIA
    Dokumen1 halaman
    SOTERIA
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Askep Kardiovaskular - Hipertensi
    Askep Kardiovaskular - Hipertensi
    Dokumen19 halaman
    Askep Kardiovaskular - Hipertensi
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • GERONN
    GERONN
    Dokumen1 halaman
    GERONN
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Gadar
    BAB IV Gadar
    Dokumen2 halaman
    BAB IV Gadar
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Nurul Fatimah
    Nurul Fatimah
    Dokumen128 halaman
    Nurul Fatimah
    Firman Syah
    Belum ada peringkat
  • Formulir
    Formulir
    Dokumen19 halaman
    Formulir
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Formulir
    Formulir
    Dokumen19 halaman
    Formulir
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Cover 009
    Cover 009
    Dokumen14 halaman
    Cover 009
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat
  • Kasus Dika RSJ (Repaired)
    Kasus Dika RSJ (Repaired)
    Dokumen26 halaman
    Kasus Dika RSJ (Repaired)
    Hendrikus Dika
    Belum ada peringkat