Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………….4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………5
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat Safar, Shalat Jamak dan Shalat Jamak Qashar…………………6
2.2 Syarat Sah Shalat Jamak Qashar…………………………………………………..6
2.3 Tata Cara Shalat Jamak Qashar……………………………………………………7
2.4 Tata Cara Shalat di Kendaraan dan Orang Sakit………………………………...8-9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…….11
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Shalat Safar, Shalat Jamak dan Shalat Jamak Qashar
2. Syarat Sah Shalat Jamak Qashar
3. Tata Cara Shalat Jamak Qashar
4. Tata Cara Shalat di Kendaraan dan Orang Sakit
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui cara cara untuk shalat dalam berbagai keadaan
2. Mahasiswa/i dituntut untuk tidak meninggalkan shalat dalam keadaan apapun.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat Safar, Shalat Jamak dan Shalat Jamak Qashar
A. Pengertian Shalat Safar
Safar artinya berpergian. Jadi shalat safar ialah shalat yang dikerjakan
ketika dalam perjalanan. Jika perjalanan itu sudah manempuh jarak 3 mil,
maka menurut Rasulullah SAW, boleh mengerjakan shalat jamak qashar.
6
Artinya : dan apabila kamu berpergian di mika bumi, maka tidaklah mengapa
kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang orang kafir.
Sesunguhnya orang - orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS 4 An
Nisa' :101)
7
B. Diantara dua shalat dikelangi dengan iqamat.
Sebagaimana sabda Nabi SAW :
Artinya : Nabi SAW ditanya perihal shalat dikapal, maka ujar beliau
shalatlah disana dengan berdiri, kecuali bila engkau takut tenggelam.(HR.
Daruqathni no. 1473)
8
B. Tata Cara Shalat Orang Sakit
Sebagaimana hadist diterima dari imran bin Hushain, katanya :
Artinya : Saya menderita penyakit bawasir, lalu saya tanyakan kepada Nabi
SAW, bagaimana caranya shalat?, beliau bersabda : shalatlah dengan
berdiri, kalau tak dapat hendaklah dengan duduk ,dan kalau tak dapat
juga maka berbaringlah.(HR. Jama’ah (Bukhari no. 1117)
Artinya : Dari Ali bin Abi Thalib, menceritakan dari Nabi SAW, beliau
bersabda : Shalat orang yang sakit sambil berdiri jika mampu, kalau tidak
mampu shalatlah sambil duduk. Jika dia tidak kuat sujud, isyaratkan saja
dengan kepalanya,tetapi hendaklah sujudnya lebih rendah dari pada
ruku’nya. Kalau ia tidak mampu shalat sambil duduk, shalatlah sambil
berbaring ke sebelah kanan menghadap kiblat. Dan kalau tidak mampu
sambil berbaring ke sebelah kanan, shalatlah sambil nelentang, kedua
kakinya ke arah kiblat.(HR. Daruquthni no. 1706)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewajiban menegakkan shalat lima waktu berlaku dimana pun dan bagaimanapun
keadaannya , tidak ada rukhshah ( keringanan ) untuk meninggalkannya. Agama
Islam pun telah menjelaskan tata cara shalat dalam berbagai kondisi darurat, seperti :
1. Dalam keadaan bahaya, seperti perang dan semisalnya. Allah subhanahu
wata’ala berfirman (artinya) : “ Jika kalian dalam keadaan takut , maka shalatlah
sambil berjalan atau berkendaraan.”( Al Baqarah: 239)
2. Dalam keadaan sakit Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : Shalatlah dengan berdiri, jika tak mampu berdiri maka (shalatlah)
dengan duduk, jika tak mampu duduk maka (shalatlah) dengan
berbaring.”(HR. Al Bukhari dalam riwayat Al Baihaqi ada tambahan : “jika
tak mampu berbaring maka cukup dengan isyarat.”)
3.2 Saran
Diharapkan kita agar tidak meninggalkan shalat dimana pun dan
bagaimanapun keadaannya karena, Allah SWT telah menyediakan neraka
Saqar yang di khususkan bagi orang-orang yang meninggalkan shalat.
Sebagaimana firmannya ( artinya ) : “Apakah yang memasukkan kamu kedalam
saqar ( neraka ). maka menjawab : ‘ Kami dahulu tidak temasuk orang- orang
yang mengerjakan shalat’ (Al Muddatstsir: 42-43)
10
DAFTAR PUSTAKA
https://m.hidayatullah.com
Tim Penyusun. Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. 2018. Palembang Universitas
Muhammadiyah Palembang.
11