Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
diperkirakan akan meningkat jumlahnya beberapa tahun yang akan datang.
Meningkatnya pravelensi diabetes melitus diakibatkan oleh peningkatan kemakmuran
dan perubahan gaya hidup yang tidak sehat, mengkonsumsi makanan siap saji,
mengandung kadar gula yang tinggi, mengandung kadar lemak yang tinggi yang
nantinya dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah (Boyoh, 2015).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan
kadar glukosa serum (hiperglikemia) akibat kurangnya hormon insulin atau
menurunnya efek insulin (Kowalak, 2011). Diabetes melitus adalah penyakit kronis
progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, serta meningkatnya kadar glukosa darah
(hiperglikemia) (Black, 2014).
Jumlah kasus diabetes melitus diperkirakan akan meningkat 48% pada tahun
2045 oleh International Diabetes Federation (IDF) 2017. Dimana data pada tahun
2017 menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia yaitu 425 juta orang dan pada
tahun 2045 diperkirakan akan meningkat mencapai 639 juta orang (IDF, 2017).
Negara indonesia berada pada peringkat ke-6 di dunia dengan penderita diabetes
melitus terbanyak setelah Cina, India, United States, Brazil, dan Mexico yaitu 10,3
juta orang dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024 dengan jumlah 16,7 juta
orang (IDF, 2017) Kasus diabetes melitus meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2018
yaitu dari 6,9% menjadi 8,5% penderita. Dari 33 provinsi di Indonesia, Sumbar
menduduki urutan ke 22 dengan pravelensi diabetes terbanyak dari beberapa provinsi
lainnya (Riskesdas, 2018). Pada tahun 2016, dari segi tren penyakit terbanyak di kota
Padang, diabetes melitus berada pada urutan ke-6 setelah penyakit hispa, hipertensi,
gastritis, radang sendi, dan penyakit kulit, dimana jumlah penderita diabetes tercatat
sebanyak 22,523 kasus (Profil kesehatan kota Padang, 2017)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boyoh, dkk (2015),
menggambarkan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan pasien mempengaruhi
keberhasilan pengobatan diabetes melitus tipe 2, dan kepatuhan minum obat
berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan pengolahan diabetes melitus tipe
2. Ketidakpatuhan pasien diabetes melitus minum obat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan yang dimilikinya. Kurangnya pengetahuan tentang manfaat obat, jumlah
dan jenis obat dan pentingnya pengobatan yang menyebabkan pasien tidak patuh
menjalankan pengobatan. Pengetahuan merupakan hal yang mendasari perilaku
kesehatan seseorang. Jika pengetahuan baik maka perilaku pengobatan juga akan
baik, dan begitupun sebaliknya jika pengetahuan kurang maka perilaku pengobatan
akan kurang baik pula (Boyoh, 2015).
Pendidikan kepada pasien diabetes yang diberikan pada awal dan seterusnya
sangat penting dilakukan untuk membantu mengelola kondisinya. Jika dari awal
penderitanya mengetahui tentang penyakitnya maka pengobatan diabetes akan mudah
dilakukan dan penderita dapat terhindar dari komplikasi diabetes melitus (Black,
2014). Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari diabetes melitus dapat dilakukan
pengontrolan yang terapeutik dan teratur melalui perubahan gaya hidup yang tepat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan aktifitas fisik, membatasi diet,
melakukan pengobatan yang tepat serta mengontrol metabolik secara teratur melalui
pemeriksaan laboratorium . Pengetahuan yang dimiliki pasien sangat penting dalam
pengontrolan kadar glukosa darah. Pasien diabetes melitus yang memiliki
pengetahuan yang cukup terkait penyakitnya akan berdampak baik pula pada
perilakunya selama mengontrol kadar gula darahnya sehingga dia dapat
mengendalikan penyakitnya dan bertahan hidup lebih lama (Boyoh, 2015).
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti memandang perlunya melakukan
penelitian tentang : “Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Diabetes Melitus di Poliklinik Endokrin RSUP. Dr. M. Djamil Padang”.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyke M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2. Terjemahan oleh dr.
Joko Mulyanto, M.Sc, dkk. Singapura : Elsevier.

Boyoh, ME. 2015. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poloklinik Endokrin Rumah Sakit Prof. Dr.R.D. Kandou.
Ejournal Keperawatan volume 3 (no3), 1-6.

Budijanto, didik. dkk. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI 2018.

Dinkes Kota Padang (2017). Profil Kesehatan Kota Padang. Padang : Dinas Kesehatan Kota
Padang. www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL_KAB_KOTA...Kota_Padang_2017.pdf

International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas Eighth edition 2017.
www.idf.org/.../134-idf-diabetes-atlas-8th-edition.html

Kowalak, JP. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Riskesdas. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Kementrian kesehatan republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf

Anda mungkin juga menyukai