PADA ANAK
NAMA KELOMPOK 8 :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah tentang “TB PARU PADA ANAK” ini dengan baik. Makalah
in dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“KEPERAWATAN ANAK” di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Wasalammu’alaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat di Indonesia. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga ( SKRT 1995 ) penyakit TBC merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
saluran pernafasan pada semua kelompok umur. Pada tahun 1999,
WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru
TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan
setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru
TBC paru dengan BTA positif. Dengan meningkatnya kejadian
TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang terinfeksi TBC
akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga
meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa
menjadi sakit TBC dimana terdapat uji tuberkulin positif tanpa
ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris. Tuberkulosis
primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena
kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup
berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang
sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat,
Misal pada TBC Meningitis. Diagnosis yang paling tepat untuk
TBC adalah bila ditemukan basil TBC dari bahan – bahan seperti
sputum, bilasan lambung, biopsy dan lain – lain, tetapi hal ini
pada anak sulit didapat. Oleh karena itu, sebagian besar diagnosis
TBC anak didasarkan atas gambaran klinik, gambaran radiologis
dan uji tuberkulosis.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Tuberculosisi paru ?
2. Apa penyebab dari Tuberculosisi paru?
3. Bagaimana penularan Tuberculosis paru?
4. Gejala apa yang ditunjukan jika seseorang terkena Tuberkulosis
paru?
5. Apa pengobatan yang dilakukan untuk penderita Tuberkulosis
paru?
C. TUJUAN
1. Agar kita semua tahu apa itu Tuberculosis paru secara luas
2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit Tuberkulosis paru
3. Untuk mengetahui penularan penyakit Tuberkulosis
4. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala yang ditunjukan
pada penderita Tuberkulosis paru
5. Untuk mengetahui pengobatan apa saja yang dilakukan pada
penderita Tuberkulosis paru
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. (Corwin, 2001)
Tuberculosis paru adalah : penyakit infeksius terutama
menyerang parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lain, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner
& Suddart, 2002 )
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang
bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ,
terutama paru. Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran
hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Data insidens dan prevalens tuberkulosis anak tidak
mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka
kejadian prevalens tuberkulosis anak.
B. ETIOLOGI
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman
terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat
lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal
ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Soeparman,
1999)
3
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya
individu yang sistem imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)
C. PATOFISIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah
yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem
pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka
pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat.
Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka
hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang
lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan
hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan
apabila telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan
respons imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil
bukan untuk mematikannya. Respons selular melibatkan sel T serta
makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut.
Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks
Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum
ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (perkijuan).
Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan
walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup
dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di
4
jaringan paru akan bertumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.
Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di salurang
hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh
basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema
interstisium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus
meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida
sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
muncul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah.
5
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-
paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
dan keringat malam.
6
E. PATHWAY
TUBERCOLOSIS
(TBC)
GEJALA
7
F. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
1. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan
satu kali sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung
kosong, diberikan selama 6-9 bulan.
2. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag.
Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24
bulan.
3. Pirazinamid,bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler,
dosis 30-35 mg/kgBB/hari per oral,2 kali sehari selama 4-6
bulan.
4. Etambutol,dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5. Kortikosteroid,diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif,diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis
milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa,
penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk.
b. Non farmakologi
1. Melakukan postural drainase
2. Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3. Pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan
tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ
tubuh yang lainnya
4. Memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada
anaknya
8
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir,
usia, agama, jenis kelamin, juga identitas orangtuanya yang
meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke
rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan
pengkajian meliputi PQRST (palliative, quantitatif,
region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan
utama. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti : leher,
inguinal, axilla dan sub mandibula
d. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi,terserang penyakit
infeksi selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan
lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita
cepal hematom.
c. Post Natal
9
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi,
asfiksia, icterus.
10
f. Imunisasi
1. Imunisasi aktif
Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh
anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan
bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini
akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
2. Imunisasi pasif
Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan
tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung
zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu
pada saat dalam kandungan
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah,
pucat, kurus dan tidak bergairah
b. Tanda-tanda vital
Sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam
dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat
badan demam atau panas biasanya tekanan nadi anak
menjadi tachicardi.
c. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang
badan serta berat badan.
11
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
secret kental, upaya batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun
orang lain berhubungan dengan virulensi kuman,
pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan
tindakan dan pencegahan penyakit berhubungan dengan
kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
hospitalisasi anak
12
3. Intervensi keperawatan
Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi
napas tidak efektif keperawatan selama .......x24 napas, kecepatan, kedalaman
berhubungan jam, bersihan jalan napas efektif dan penggunaan otot aksesori.
dengan secret dengan kriteria : 2. Catat kemampuan untuk
kental, upaya batuk Sekret berkurang sampai mengeluarkan secret atau
buruk. dengan hilang batuk efektif, catat karakter,
Pernafasan dalam batas jumlah sputum, adanya
normal : hemoptisis.
0-2 bulan : 50 s/d < 60 3. Berikan pasien posisi semi
x/menit atau fowler,
2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 4. Bersihkan sekret dari mulut
x/menit dan trakea, suction bila perlu.
12 bln-60bln : 30 s/d < 40 5. Berikan obat : agen mukolitik,
x/menit bronkodilator sesuai indikasi
Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
13
Perubahan nurisi setelah dilakukan tindakan 1. Ukur dan catat berat badan
kurang dari perawatan selama ........x 24 jam, pasein
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi terpenuhi, 2. Sajikan makanan dalam porsi
berhubungan dengan kriteria hasil : kecil tapi sering
dengan anoreksia Nafsu makan meningkat 3. Sajikan makanan yang dapat
BB meningkat atau normal menimbulkan selera makan
sesuai umur 4. Berikan makanan tinggi TKTP
(tinggi kalori tinggi protein)
5. Jelaskan kepada keluarga
tentang penyebab malnutrisi,
kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan
makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai
status sosial ekonomi klien.
6. Laksanakan pemberian
roboransia sesuai program
terapi.
14
pemajanan yang aman. 4. Lakukan tindakan isolasi
pathogen. sebagai pencegahan
5. Pertahankan teknik aseptic saat
melakukan tindakan perawatan
6. Beritahu klien dan keluarga
tentang pentingnya pengobatan
yang tuntas
7. Kolaborasi pemberian obat
anti tuberculosis
Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kenali kekhawatiran dan
keluarga perawatan selama .........x24 jam, kebutuhan orang tua untuk
berhubungan terjadi pengurangan ansietas informasi dan dukungan
dengan hospitalisasi keluarga, dengan kriteria hasil : 2. Gali perasaan dan masalah
15
anak Kecemasan keluarga seputar hospitalisasi dan
berkurang penyakit anak
Secara verbal keluarga 3. Berikan informasi seputar
mengatakan cemas berkurang kesehatan anak
4. Berikan dukungan sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan perawatan yang
berpusat pada keluarga dan
anjurkan anggota keluarga
agar terlibat dalam perawatan.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC)
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteriMycobacterium tuberculosis tipe humanus. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain
tubuh manusia.
17
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak dan disebut sebagai
meningitis gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
B. SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta:
EGC; 2000.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001.
19