Anda di halaman 1dari 24

TUBERCULOSIS PARU

PADA ANAK

NAMA KELOMPOK 8 :

1. RIYANA SAFITRI (106117031)


2. FINA KARLINA PUTRI (106117033)
3. ALFIANA (106117035)

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2A
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah tentang “TB PARU PADA ANAK” ini dengan baik. Makalah
in dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“KEPERAWATAN ANAK” di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Penulis mengharap dengan adanya makalah ini dapat memperluas


wawasan kita tentang “TB PARU PADA ANAK”. Semoga makalah ini
menjadi lebih bermanfaat untuk para mahasiswa pada umumnya dan
untuk teman sejawat keperawatan pada khususnya.

Wasalammu’alaikum Wr.Wb

Cilacap, 02 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
a. Latar Belakang ....................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
c. Tujuan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
a. Defisini ................................................................................................. 3
b. Etiologi .................................................................................................. 3
c. Patofisiologi ........................................................................................... 4
d. Manifestasi Klinis.................................................................................. 5
e. Pathway ................................................................................................. 7
f. Penatalaksanaan0p ................................................................................. 8
g. Asuhan Keperawatan ............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................. 17
KESIMPULAN ....................................................................................... 17
SARAN ................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat di Indonesia. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga ( SKRT 1995 ) penyakit TBC merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
saluran pernafasan pada semua kelompok umur. Pada tahun 1999,
WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru
TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan
setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru
TBC paru dengan BTA positif. Dengan meningkatnya kejadian
TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang terinfeksi TBC
akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga
meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa
menjadi sakit TBC dimana terdapat uji tuberkulin positif tanpa
ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris. Tuberkulosis
primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena
kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup
berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang
sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat,
Misal pada TBC Meningitis. Diagnosis yang paling tepat untuk
TBC adalah bila ditemukan basil TBC dari bahan – bahan seperti
sputum, bilasan lambung, biopsy dan lain – lain, tetapi hal ini
pada anak sulit didapat. Oleh karena itu, sebagian besar diagnosis
TBC anak didasarkan atas gambaran klinik, gambaran radiologis
dan uji tuberkulosis.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Tuberculosisi paru ?
2. Apa penyebab dari Tuberculosisi paru?
3. Bagaimana penularan Tuberculosis paru?
4. Gejala apa yang ditunjukan jika seseorang terkena Tuberkulosis
paru?
5. Apa pengobatan yang dilakukan untuk penderita Tuberkulosis
paru?

C. TUJUAN
1. Agar kita semua tahu apa itu Tuberculosis paru secara luas
2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit Tuberkulosis paru
3. Untuk mengetahui penularan penyakit Tuberkulosis
4. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala yang ditunjukan
pada penderita Tuberkulosis paru
5. Untuk mengetahui pengobatan apa saja yang dilakukan pada
penderita Tuberkulosis paru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. (Corwin, 2001)
Tuberculosis paru adalah : penyakit infeksius terutama
menyerang parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lain, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner
& Suddart, 2002 )
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang
bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ,
terutama paru. Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran
hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Data insidens dan prevalens tuberkulosis anak tidak
mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka
kejadian prevalens tuberkulosis anak.

B. ETIOLOGI
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman
terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat
lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal
ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Soeparman,
1999)

3
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya
individu yang sistem imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)

C. PATOFISIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah
yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem
pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka
pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat.
Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka
hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang
lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan
hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan
apabila telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan
respons imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil
bukan untuk mematikannya. Respons selular melibatkan sel T serta
makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut.
Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks
Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum
ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (perkijuan).
Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan
walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup
dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di

4
jaringan paru akan bertumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.
Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di salurang
hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh
basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema
interstisium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus
meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida
sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
muncul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah.

5
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-
paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
dan keringat malam.

Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :


a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :


a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-
lain).
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan
langsung dengan bronkus.

6
E. PATHWAY
TUBERCOLOSIS
(TBC)

Mycobacterium tuberculosis = sejenis kuman berbentuk batang

asam lemak (lipid).

bakteri tahan asam aerob (menyenangi kandungan O2 )

GEJALA

Batuk Demam Malaise Sesak nafas Nyeri dada

7
F. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
1. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan
satu kali sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung
kosong, diberikan selama 6-9 bulan.
2. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag.
Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24
bulan.
3. Pirazinamid,bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler,
dosis 30-35 mg/kgBB/hari per oral,2 kali sehari selama 4-6
bulan.
4. Etambutol,dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
5. Kortikosteroid,diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif,diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis
milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa,
penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk.
b. Non farmakologi
1. Melakukan postural drainase
2. Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3. Pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan
tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ
tubuh yang lainnya
4. Memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada
anaknya

8
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir,
usia, agama, jenis kelamin, juga identitas orangtuanya yang
meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke
rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan
pengkajian meliputi PQRST (palliative, quantitatif,
region, scale, timing)
c. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan
utama. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti : leher,
inguinal, axilla dan sub mandibula

d. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi,terserang penyakit
infeksi selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan
lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita
cepal hematom.
c. Post Natal

9
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi,
asfiksia, icterus.

e. Riwayat Masa Lalu


1. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah
klien pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul
pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh?
Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil
sampai membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia,
apakah keadaannya parah atau seperti apa.
3. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting
untuk diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang
timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik dalam
jangka panjang perlu diidentifikasi.
4. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan
operasi, pada bagian apa, atas indikasi apa.
5. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-
obatan, udara atau makanan.
6. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat
sebelumnya, apabila mengalami kecelakaan apakah
langsung di beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter
atau hanya di diamkan saja.

10
f. Imunisasi
1. Imunisasi aktif
Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh
anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan
bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini
akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
2. Imunisasi pasif
Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan
tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung
zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu
pada saat dalam kandungan

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah,
pucat, kurus dan tidak bergairah
b. Tanda-tanda vital
Sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam
dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat
badan demam atau panas biasanya tekanan nadi anak
menjadi tachicardi.
c. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang
badan serta berat badan.

3. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

11
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
secret kental, upaya batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun
orang lain berhubungan dengan virulensi kuman,
pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan
tindakan dan pencegahan penyakit berhubungan dengan
kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
hospitalisasi anak

12
3. Intervensi keperawatan
Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi
napas tidak efektif keperawatan selama .......x24 napas, kecepatan, kedalaman
berhubungan jam, bersihan jalan napas efektif dan penggunaan otot aksesori.
dengan secret dengan kriteria : 2. Catat kemampuan untuk
kental, upaya batuk  Sekret berkurang sampai mengeluarkan secret atau
buruk. dengan hilang batuk efektif, catat karakter,
 Pernafasan dalam batas jumlah sputum, adanya
normal : hemoptisis.
 0-2 bulan : 50 s/d < 60 3. Berikan pasien posisi semi
x/menit atau fowler,
 2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 4. Bersihkan sekret dari mulut
x/menit dan trakea, suction bila perlu.
 12 bln-60bln : 30 s/d < 40 5. Berikan obat : agen mukolitik,
x/menit bronkodilator sesuai indikasi

Hiperthermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh setiap 2


berhubungan keperawatan selama ......x24 jam
dengan proses jam, suhu tubuh kembali normal,
peradangan dengan kriteria hasil : 2. Berikan kompres hangat
 Suhu tubuh 36-37,5 o C
3. Kolaborasi pemberian
antipirektik

Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan

13
Perubahan nurisi setelah dilakukan tindakan 1. Ukur dan catat berat badan
kurang dari perawatan selama ........x 24 jam, pasein
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi terpenuhi, 2. Sajikan makanan dalam porsi
berhubungan dengan kriteria hasil : kecil tapi sering
dengan anoreksia  Nafsu makan meningkat 3. Sajikan makanan yang dapat
 BB meningkat atau normal menimbulkan selera makan
sesuai umur 4. Berikan makanan tinggi TKTP
(tinggi kalori tinggi protein)
5. Jelaskan kepada keluarga
tentang penyebab malnutrisi,
kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan
makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai
status sosial ekonomi klien.
6. Laksanakan pemberian
roboransia sesuai program
terapi.

Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji patologi penyakit dan


penyebaran infeksi perawatan selama .........x24 jam, potensial penyebaran infeksi
pada diri sendiri penyebaran infeksi tidak terjadi, melalui droplet
maupun orang lain dengan kriteria hasil :
berhubungan  Klien/keluarga dapat 2. Identifikasi orag lain yang
dengan virulensi mengidentifikasi tindakan beresiko (anggota
kuman, pertahanan untuk mencegah/menurunkan keluarga/teman)
primer tidak resiko infeksi.
adekuat, kurang  Klien/keluarga menunjukkan 3. Anjurkan klien untuk batuk /
pengetahuan untuk perubahan pola hidup untuk bersin pada tisu dan
menghindari meningkatkan lingkungan menghindari meludah

14
pemajanan yang aman. 4. Lakukan tindakan isolasi
pathogen. sebagai pencegahan
5. Pertahankan teknik aseptic saat
melakukan tindakan perawatan
6. Beritahu klien dan keluarga
tentang pentingnya pengobatan
yang tuntas
7. Kolaborasi pemberian obat
anti tuberculosis

Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan


pengetahuan perawatan selama .........x24 jam, keluarga
mengenai kondisi, pengetahuan klien/keluarga
aturan tindakan dan meningkat, dengan kriteria hasil 2. Berikan pendidikan kesehatan
pencegahan : berkaitan dengan penyakit
penyakit  Klien/keluarga memahami pasien
berhubungan proses penyakit dan 3. Jelaskan setiap tindakan
dengan kebutuhan pengobatan keperawatan yang akan
kurang/tidak  Klien/keluarga melakukan dilakukan
lengkap informasi perubahan pola hidup untuk
yang ada. memperbaiki kesehatan

Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kenali kekhawatiran dan
keluarga perawatan selama .........x24 jam, kebutuhan orang tua untuk
berhubungan terjadi pengurangan ansietas informasi dan dukungan
dengan hospitalisasi keluarga, dengan kriteria hasil : 2. Gali perasaan dan masalah

15
anak  Kecemasan keluarga seputar hospitalisasi dan
berkurang penyakit anak
 Secara verbal keluarga 3. Berikan informasi seputar
mengatakan cemas berkurang kesehatan anak
4. Berikan dukungan sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan perawatan yang
berpusat pada keluarga dan
anjurkan anggota keluarga
agar terlibat dalam perawatan.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC)
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteriMycobacterium tuberculosis tipe humanus. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain
tubuh manusia.

Gejala umum dari penyakit TBC :


1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan pada malam hari disertai keringat.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan. 3) Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). 4)
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus dari penyakit TBC :


1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara
nafas melemah yang disertai sesak.
2) Kalau ada cairan dirongga pleura dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.

17
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak dan disebut sebagai
meningitis gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.

B. SARAN

Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan


manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.


Jakarta: EGC; 2001.

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:


Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999.

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa


: Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta:
EGC; 2000.

Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001.

19

Anda mungkin juga menyukai