Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah besar yang di hadapai dunia pendidikan di Indonesia


adalah rendahnya mutu pendidikan itu sendiri. Rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia dapat dilihat dari prestasi belajar yang dihasilkan peserta didik mulai
dari Sekolah Dasar sampai peserta didik Sekolah Menengah. Masalah lain yang
dihadapi dunia pendidikan di Indonesia yaitu berbagai pendekatan dan strategi
pembelajaran yang digunakan khususnya untuk peserta didik Sekolah Dasar masih
banyak dominasi dari para pendidik / guru ( teacher centered). Dalam
pembelajaran, peserta didik tidak berperan secara aktif dan optimal. Para pendidik
/ guru hanya menjadikan para peserta didik sebagai objek dari pembelajaran
bukan subjek dari pembelajaran. Atas dua masalah tersebut, pendidikan di
Indonesia kurang memperhatikan peserta didik dan tidak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik
(bermakna), kreatif, objektif dan logis. Para pendidik juga kurang memperhatikan
ketuntasan hasil belajar para peserta didik. Akibatnya belum ada pemahaman dan
penguasaaan materi secara individual khususnya. Maka dari itu perlu adanya
perbaikan dalam standar kompetensi lulusan yang didalamnya mencakup sistem
penilaian dan program tindak lanjut.
Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran karena akan mengukur kemampuan peserta didik dan juga
mengukur keberhasilan pendidik itu sendiri. Semua proses yang dialami peserta
didik akan berakhir pada penilaian kuantitatif yang berupa nilai. Cara menilai
hasil belajar pun tidak mudah karena mencakup tiga ranah yaitu kognitif
(pengetahuan), psikomotor (keterampilan) dan afektif (sikap). Ranah pengetahuan
(kognitif) dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meskipun dapat diukur.
Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil belajar langkah pertama yang harus
dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati

1
dan diukur (observable and measurable). Bermula dari tujuan pembelajaran yang
dirumuskan, maka disusunlah instrumen untuk mengamati dan mengukur hasil
pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data yang
mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang peserta didik. Data
ini selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi informasi yang
bermakna. Selain itu berdasarkan data tersebut pendidik / guru dapat membuat
keputusan mengenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik atau
tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus, dan sebagainya. Seluruh proses penilaian
hasil belajar tentu harus dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan
instrumen, pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir. Pada
setiap tahapan diperlukan keterampilan khusus yang perlu dipelajari.
Maka dari itu kami menyusun makalah dengan tema pokok sistem penilaian
dan program tindak lanjut dengan tujuan pemahaman dan penguasaan materi agar
dapat diimplikasikan dengan baik oleh para calon pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari evaluasi ?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip dalam penilaian di kelas ?
3. Bagaimanakah ragam dalam penilaian di kelas ?
4. Bagaimanakah cara penyusunan dalam program tindak lanjut ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari evaluasi.
2. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dalam penilaian kelas.
3. Mengetahui dan memahami berbagai ragam dalam penilaian kelas.
4. Mengetahui dan memahami cara penyusunan dalam program tindak
lanjut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Suryanto (2009: 1.3) tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang terkait atau sifat atau atribut
pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dipahami tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa
yang memerlukan jawaban benar atau salah.
Hamid Hassan dalam Sanjaya (2008: 241) mendefinisikan evaluasi
merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu yang dipertimbangkan (evaluation). Sesuatu yang dipertimbangkan dapat
berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan,
perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan
pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Jadi evaluasi adalah evektifitas ketercapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya yang sudah tercapai atau belum. Dan dapat dijadikan tolak
ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah ditentukan.

2. Prinsip-prinsip Penilaian

Prinsip penilaian menurut Tite Juliantine dalam Jurnal Penilaian Dalam


Pendidikan Jasmani, mengacu pada standar penilaian pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Prinsip-prinsip tersebut mencakup :
a) Sahih
Berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun
melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki

3
bukti kesahihan dan keandalan. Berarti prinsip penilaian itu harus sesuai
dengan kenyataan dan kebenarannya.
b) Objektif
Berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas tanpa
dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan objektivitas penilaian, pendidik menggunakan rubrik atau
pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas
butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja. Berarti suatu penilaian harus
berdasarkan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh orang lain
yang tidak terlibat didalamnya.
c) Adil
Berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status social ekonomi dan gender. Faktor-faktor
tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari
agar tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari agar
tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian. Berarti menempatkan sesuatu
pada tempat yang sebenarnya dan tidak saling menguntungkan bahkan
merugikan pihak lain.
d) Terpadu
Berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang
gagal, sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan
secara kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal
demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan pelaksanaan
pembelajarannya.

4
e) Terbuka
Berarti prosedur penilaian, criteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan dapat
mengakses prosedur dan criteria penilaian serta dasar penilaian yang
digunakan.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan
Berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan
semata-mata untuk meniali prestasi peserta didik melainkan harus
mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbing dan
pembinaan.
g) Sistematis
Berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku. Oleh Karen itu, penilaian dirancang dan
dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran pendidikan jasmani
menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan
RPP.
h) Beracuan kriteria
Berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan. Oleh Karen itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk
pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan
didasarkan pada criteria pencapaian yang telah ditetapkan.
i) Akuntabel
Berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan
mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang
diambil memiliki dasar yang objektif.

5
3. Ragam Penilaian Kelas
a) Tes tertulis
Majid (2011: 195) Tes tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan
(baik soal maupun jawabannya). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu harus
merespon dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk
mewarnai, member tnda, menggambar grafik, diagram dan sebagainya.
(1) Tujuan Penggunaan Tes
 Mendiagnosa siswa (kekuatan dan kelemahan)
 Menilik kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan atau
pemahaman)
 Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai
 Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok
 Monitoring standar pendidikan
(2) Fungsi
 Formatif dikelas atau classroom formatif assessment
 Dilakukan saat berlangsungnya proses belajar mengajar
 Dilaksanakan secara periodik
 Mencangkup semua mata pelajaran
 Bertujuan mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar
mengajar
 Dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan proses belajar
mengajar
 Sumatif di kelas classroom sumatif assessment
 Materi yang diujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan
pengajaran dalam satu program tahunan atau semesteran
 Dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester
 Bertujuan untuk mengukur keberhasilan peserta didik secara
menyeluruh

6
(3) Bentuk instrument tes dan penskorannya

Tes tertulis dibagi menjadi 2 yaitu :


 OBYEKTIF
 Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji
penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti
pengetahuan (recal) dan pemahaman, sampai tingkat berpikir tinggi
seprti aplikasi, analisi, sintesis, dan evaluasi.
Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal) dan option (pilihan
jawaban). Piihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh
(distractor)
Pedoman pembuatan tes bentuk pilhan ganda adalah:
- Pokok soal harus jelas.
- Isi pilihan jawaban homogen.
- Panjang pilihan jawaban relatif sama.
- Tidak ada petunjuk jawaban yang benar.
- Hindari mengunakan pilihan jawaban semua benar atau semua
salah.
- Pilihan jawaban angka di urutkan.
- Semua pilihan jawaban logis.
- Jangan menggunakan negativ ganda.
- Kalimat yang didunakan sesuai dengan dingkat perkembangan
pesert tes.
- Bahasa yang digunkan baku.
- Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
- Penulisan soal diurutkan kebawah.
 Benar-salah
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar salah
atau iya tidak. Dalam menyusun intrumen pertanyaan benar salah
harus di usahakan menghindari kata terpenting, selalu, tidak pernah,

7
hanya, sebagian besar dan kata-kata lain yang sejenis, karna dapat
membingungkan peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal
harus jelas dan pasti benar dan pasti salah.hindari pertanyaan negative
seperti kata ‘bukan’.
 Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi
bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.

 NON OBYEKTIF
 Jawaban singkat atau isian singkat
Tes bentuk jawaban atau isian singkat dibuat dengan menyediakan
tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi
atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan
memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.
 SOAL URAIAN
 Uraian Objektif
Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan
sebagainya. Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah:
- Menulis soal berdasarkan indicator pada kisi-kisi
- Mengedit pertanyaan.
Penskoran instrument uraian objektif dapat dilakukan dengan
memberikan skor tentukan langkah-langkah dalam menjawab soal.
 Uraian Bebas
Bentuk instrument ini dapat digunakan untuk mengukur kompetensi
siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrument bentuk uraian bebas adalah:
- Gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan
- Hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bilamana
- Gunakan bahasa yang baku

8
- Hindari penggunaan kata-kata yang ditafsirkan ganda
- Buat petunjuk mengerjakan soal
- Buat kunci jawaban, dan
- Buat pedoman penskoran
 Pertanyaan Lisan
Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0
sampai dengan 10, atau 0 sampai dengan 100. Untuk memudahkan
penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
b) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat
memberikan informasi bagi suatu penilaian.
(1) Tujuan Portofolio
Tujuannya ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa
yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian kelas,
portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:
 Menghargai perkembangan yang dialami siswa
 Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
 Member perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik
 Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan
eksperimentasi
 Meningkatkan efektifitas proses pengajaran
 Bertukar informasi dengan orangtua atau wali siswa dan guru lain
 Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri postif pada
siswa
 Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri, dan membantu
siswa dalam merumuskan tujuan
(2) Prinsip Potofolio
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman
dalam menggunakan portofolio disekolah, antara lain:
 Saling percaya (Mutual trust) antara guru dan siswa.

9
 Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa.
 Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru.
 Kepuasan (satisfaction)
 Kesesuaian (relevance)
 Penilaian proses dan hasil
(3) Metode Portofolio
Menurut Majid (2011:202) pengorganisasian dalam penilaian portofolio
adalah hal yang sangat penting. Terdapat beberapa cara portofolio, tetapi
semuanya mengandung hal yang paling penting yaitu, (1) Pengumpulan
(storing), (2) pemilihan (sorting), dan (3) penetapan (dating) dari suatu
tugas (task).
Menurut Nitko dalam Majid (2000:202), secara umum penilaian portofolio
dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio ideal (ideal
portofolio), portofolio penampilan (show portofolio), portofolio
dokumentasi (documentary portofolio), portofolio evaluasi (evaluation
portofolio), dan portofolio kelas (classroom portofolio).
Karakteristik perubahan portofolio siswa dari waktu ke waktu akan
merefleksikan perubahan penting dalam suatu proses kemampuan
intelektual siswa. Walaupun hasil portofolio bergantung pada penampilan
(performance) siswa, untuk membedakan penilaian penampilan minimal
terdapat tiga aspek penting yaitu:
 Portofolio memiliki rekaman kinerja siswa dikelas untuk mencapai
kondisi standar yang diperlukan
 Portofolio menunjukan kesempatan ganda bagi siswa untuk
mendemonstrasikan kompetensinya
 Portofolio selalu menunjukan perbedaan bentuk dari tugas yang
diberikan, dan sampel portofolio adalah suatu hasil dari usaha lanjut
untuk memperbaiki hasil dan proses yang telah dikerjakan siswa.
(4) Pedoman penerapan penilaian portofolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam
penggunaan penilaian portofolio disekolah sebagai berikut:

10
 Memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio
 Menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan yang perlu
dikumpulkan.
 Siswa mengumpulkan dan menyimpan dokumen dan hasil
pekerjaannya.
 Menentukan kriteria penilaian yang digunakan.
 Mengaharuskan siswa menilai hasil pekerjaannya sendiri secara
berkelanjutan.
 Menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio.
 Melibatkan orangtua dalam proses penilaian portofolio
 Bahan Penelitian
Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan penilai portofolio
disekolah antara lain sebagai berikut:
 Penghargaan tertulis
 Peghargaan lisan
 Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh siswa
 Daftar ringkasan hasil pekerjaan
 Catatan sebagai hasil pekerjaan
 Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok
 Contoh hasil pekerjaan
 Catatan atau laporan dari pihak relevan
 Daftar kehadiran
 Hasil ujian atau tes
 Persentase tugas yang telah selesai dikerjakan
 Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala siswa
melakukan kesalahan
c) Non-Tes
Instumen non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas
proses dan produk dari satu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan
domain afektif, seperti sikap, minta, bakat, dan motivasi. Adapun perubahan sikap

11
dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes,
misalnya Observasi, Wawancara, Skala sikap dan lainnya.
(1) Observasi (observation)
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebenarnya observasi berlangsung secara alami, bahkan mungkin kita sering
melakukannya, baik secara sadar maupun tidak sadar dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya didalam kelas, guru sering melihat, mengamati, dan
melakukan interprestasi. Observasi yang guru lakukan di dalam kelas tidak
hanya dengan duduk dan melihat, melainkan harus dilakukan secara
sistematis sesuai dengan aspek-aspek tertentu dan berdasarkan tujuan yang
jelas sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Alat yang digunakan dalam
observasi.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat di gunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada
waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Observasi mempunyai karakteristik antara lain:
 mempunyai arah tujuan yang jelas. Hal ni dimaksudkan agar pelaksanaan
observasi tidak menyimpang dari permasalahan.
 bersifat ilmiiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif,
dan rasional.
 terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
 praktis penggunaannya.
Ciri-ciri observasi menurut Good dkk:
 observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur
melihat sekeliling untuk mencari kesan-kesan umum.
 observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis bukan secara
sesuka hati dan untung-untungan mendekati situasi.
 observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang ripe-tipe
tingkah laku tertentu.

12
 observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan
dilakukan secepat-cepatnya, bukan menyadarkan diri pada ingatan
 meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah terlatih
untuk melakukannya.
 hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan
dan kesahihan. ( C.V.GOOD, A.S Barr, and D.E. Scates, 1936:154).

Contoh Pedoman Observasi Pratik Mengajar


Tujuan:
Untuk memperoleh infromasi tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.
Petunjuk:
Berilah tanda cek list/centang (√) pada kolom-kolom skala nilai ( A-B-C-D dan E
) sesuai dengan hasil observasi.

PEDOMAN OBSERVASI PRAKTIK MENGAJAR


Nama :
Mata pelajaran :
Pokok bahasan :
Kelas/semester :
Hari/tanggal :
Kompetensi Dasar:

Aspek-aspek yang diobservasi


NO Skala Nilai Ket

1 Tahap orientasi :
a. Pembukaan
b. mengabsen peserta didik
c. mengemukakan tujuan
d. Apersepsesi

13
2 Tahap inti :
a. Mengemukakan pokok-
pokok materi
b. Menjelaskan materi
c. Memberi contoh dan
stimulus
d. Penggunaan multimetode
dan media
e. Kejelasan bahasa

3 Tahap kulminasi :
a. Merangkum materi
b. Penilaian

Simpulan :
Saran :

Observi, Observer,
(..................) (..................)

(2) Wawancara (interview)


Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang
dilakukan melalui percakapan dan Tanya jawab, baik langsung maupun tidak
langsung dengan peserta didik. Tujuan wawancara sebagai berikut:
 Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu
hal atau situasi
 Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
 Untuk memperoleh agar data dapat memengaruhi situasi atau orang
tertentu.
Kelebihan wawancara antara lain adalah:
 Dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga
informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya.
 Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar.
 Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel.
Sedangkan kelemahan wawancara adalah:

14
 Jika julmah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak
menggunakan waktu, tenaga, dan biaya.
 Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga
data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan.
 Sering timbul sikap yang kurang baik dari peserta didik yang
diwawancarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara,
karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan orang
yang diwawancarai.
Contoh:
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. Masalah Tujuan Pertanyaan Ket.

Format Pedoman Wawancara


No Aspek-aspek yang Ringkasan jawaban Ket.
diwawancara
................................. .........................................
.................................. .........................................
.................................. .........................................

(3) Skala Sikap (Attitude Scale)


Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya baik
berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu terhadap
perbuatan atau perilaku seseorang , tetapi tidak berarti semua perbuatan identik
dengan sikap.
Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan tiga komponen
sikap, yaitu: (1) Kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik

15
tentang objek, (2) Afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap
objek, dan (3) Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berprilaku peserta
didik terhadap objek. Disamping itu, guru juga harus memilih salah satu model
skala sikap. Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk
menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :
a) Menggunakan bilangan untuk menunjukan tingkat-tingkat dari objek sikap
yang dinilai, seperti 1,2,3,4 dan seterusnya.
b) Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti :
selalu, sering kali, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.
c) Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus, sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat
setuju.
d) Mengunakan istilah-istilah yang menujukan status/kedudukan, seperti
sangat rendah, dibawah rata-rata, diatas rata-rata, dan sangat tinggi.
e) Menggunakan kode bilangan atau huruf , selalu ( diberi kode 5), kadang-
kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Salah satu model untuk mengukur sikap, yaitu menggunakan skala sikap yang
dikembangakan oleh likert. Skala Likert, peserta didik diminta memilih
pertanyaan-pertanyaan yang positif saja, tetapi memilih juga pertanyaan-
pertanyaan yang negatif. Tiap item dibagi kedalam lima skala, yaitu sangat setuju,
tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap pertanyaan positif diberi
bobot 4,3,2,1 dan 0, sedangkan pernyataan negatif dieberi bobot sebaliknya, yaitu
0,1,2,3, dan 4. Menyusun skala Likert, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Memilih variabel efektif yang akan diukur.
b) Membuat beberapa pernyataan tentang variabel efektif yang akan diukur.
c) Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif.
d) Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi
alternatif pililhan.
e) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
f) Melakukan uji coba.

16
g) Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik.
h) Melaksanakan penilaian.
Contoh : Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Petunjuk :
a. Pengisiian skala ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar, anda tidak
perlu mencantumkan nama dan nomor absen.
b. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang palinng sesuai dengan cara
memeberikan tanda centang (√) pada kolom kosong yang telah disediakan.
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TT = Tidak Tahu
TS = Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TT TS
ST S

01 Saya mempersiapkan diri untuk


menerima kelas pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas.

02 Saya berperan aktif dalam kegiatan


pembelajaran Bahasa Indonesia.

03 Saya suka menggunakan Bahasa


Indonesia yang baik dan benar.

04 Saya tertarik artikel yang


berhubungan dengan budaya
Indonesia.

17
05 Saya memperkaya materi dari guru
Bahasa Indonesia dan membaca
buku-buku sumber sebagai
penunjang.

06 Saya senang mengerjakan tugas


pelajaran Bahasa Indonesia
dirumah.

(4) Angket (Quetioner)


Arifin (2009, hlm. 166) angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan
mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.
Angket mempunyai kesmaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya.
Angket dilakukan secara tertulis sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa angket adalah jenis
penilaian yang pada pelaksanaannya secara tertulis berisi pendapat dan
pemahaman seseorang terkait informasi yang sedang dibutuhkan.

4. Cara Penyusunan Program Tindak Lanjut


Tujuan utama dari kegiatan belajar – mengajar didalam kelas adalah agar
murid dapat menguasai bahan- bahan belajar sesuai dengan tujuan yang telah
titerapkan sebelumnya.
Hasil penilaian bukan merupakan titik terakhir dari kegiatan
pembelajaran, justru hasil penilaian ini membuka babak baru bagi para pendidik
untuk menentukan rencana baru berkenanaan dengan hasil penilaian tersebut.
Setelah penilaian hasil diperoleh maka selanjutnya harus ditindak lanjuti dengan
kegiatan lanjutan sesuai dengan informasi yang diperoleh dari hasil penilaian
tersebut. Majid (2011, hlm. 226) adapun cara-cara melakukan program tindak
lanjut langkah pertama yaitu dengan memahami masalah dari kesulitan belajar
siswa sebagai berikut.

18
1. Masalah-masalah Belajar
Majid (2011, hlm. 226). Suatu kondisi yang dialami oleh seseorang murid
dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Dimana kondisi itu
berkaitan dengan kelemahan – kelemahan yang dimiliki peserta didik
selain kelemahan yang dimiliki oleh dirinya, masalah belajar juga dapat
dikarenakan oleh lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah ini juga tidak hanya dialami oleh peserta didik yang mempunyai
masalah keterbelakangan saja tetapi juga dapat menimpa murid yang
normal dan cerdas.
a) Sangat cepat dalam belajar, yaitu murid-murid yang tampaknya
memiliki bakat akademik yang cukup tinggi, memiliki IQ 130 atau
lebih, dan memerlukan tugas-tugas khusus yang terencana.
b) Keterlambatan akademik, yaitu murid-murid yang tampaknya memiliki
intelegensi normal tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara baik.
c) Lambat belajar, yaitu murid-murid yang tampak memiliki kemampuan
yang kurang memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70-90 sehingga
perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan khusus.
d) Penenmpatan kelas, yaitu murid-murid yang umur, kemampuan,
ukuran, dan minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil
untuk kelas yang di tempatinya.
e) Kurang motif dalam belajar, yaitu murid-murid yang kurang semangat
dalam belajar, mereka tampak jera dan malas.
f) Sikap dan kebiasaan buruk, yaitu murid-murid yang kegiatan atau
perbuatan belajarnya berlawanan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya seperti muka marah, menunda-nunda tugas, belajar pada
saat akan ujian saja.
g) Kehadiran di madrasah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau
menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.

19
Masalah belajar haruslah dipahami oleh guru, sehingga siswa dapat
mengatasi masalah tersebut degan bantuan guru dan siswa dapat mencapai
tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran.
2. Identifikasi Murid bermasalah
Majid (2011, hlm.227) sesuai dengan fungsi bimbingan, hal yang pertama
dan paling awal harus dilakukan dalam rangkaian kegiatan layanan bimbingan
belajar adalah menentukan siapa murid yang mengalami masalah dalam belajar.
Penentuan siapa murid yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan
prosedur:
a) Penilaian Hasil Belajar
Majid (2011, hlm.227) guru diharapkan melaksanakan hasil penilaian
secara bekisinambungan. Salah satu tujuan dari penilaian hasil belajar
adalah untuk mengetahui sejauhmana murid telah mencapai hasil belajar
yang direncanakan sebelumnya. Dalam hal ini ada dua jenis acuan yang
digunakan, yaitu:
 Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Majid (2011, hlm. 227) menurut penilaian yang menggunakan acuan
patokan, arah, atau sasaran apa yang harus dicapai murid dalam belajar
tentunya oleh jenis kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya, yang
disebut Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.
Majid (2011, hlm. 227) murid dikatakan telah mencapai hasil belajar
yang sebagaimana yang diharapkan apabila hasil belajar sebagaimana
yang diharapkan telah menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan
patokan yang telah ditetapkan. Patokan ini dinyatakan dalam bentuk
presentase minimal, misalnya 75%, 80%, 90%, dan sebagainya. Memang
tidak ada ketentuan yang pasti tentang batas presentase minimal yang
harus digunakan. Biasanya digunakan atas dasar kesepkatan dari
perencana pendidikan dan pengajaran disekolah. Dengan Penggunaan
batas presentase minimal itu, guru dapat menentukan mana murid yang
telah menguasai bahan belajar dan mana yang belum. Jadi murid yang

20
belum menguasai bahan belajar digolongkan sebagai murid yang
mengalami masalah belajar.
 Penilaian Acuan Norma (PAN)
Majid (2011, hlm. 228) pelaksanaan penilaian yang menggunakan acuan
normal didasarkan atas anggapan bahwa setelah sekelompok murid
mengikuti kegiatan belajar, maka tingkat keberhasilan mereka akan
menyebar dalam bentuk kurva normal.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa PAN merupakan
penilaian dengan membandingkan peserta didik dengan peserta didik
lainnya dalam kelompok/kelas. Agar guru dapat membandingkan dan
mengetahui tingkat keberhasilan siswa apakah ada siswa yang
mengalami masalah belajar.
b) Pemanfaatan Hasil Tes Intelegensi
Majid (2011, hlm. 228) belajar dipengaruhi oleh intelegensi atau
kemampuan dasar. Semakin tinggi kemampuan dasar semakin tinggi hasil
belajar yang diperoleh. Tinggi rendahnya tingkat kemampuan itu biasanya
diukur dengan tes kemampuan dasar yang sudah baku (standardized).
Beberapa tes kemampuan dasar yang sering digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar murid sekolah dasar antara lain Draw a man Test (DMT),
Wechsler Intelligensi Scale For Children (WISC), dan Standford Binet
Intelligensi Scale (SBIS).
Hasil belajar yang dicapai seharusnya dapat mencerminkan kemampuan
dasar yang dimilikinya. Perbandingan antara kemampuan dasar yang dimiliki
siswa dengan hasil belajar yang diperolehnya tersebut akan dapat diketahui
apakah siswa tesebut telah mencapai hasil belajar yang optimal atau belum.
c) Pengamatan (Observasi)
Majid (2011, hlm. 229) guru dapat mengetahui muridnya yang sering
terlambat datang ke sekolah, siapa murid yang sikap dan kebiasaannya
buruk dalam belajar, dan sebagainya dengan melakukan pengamatan.
Dengan adanya kegiatan pengamatan, guru dapat mengidentifikasi siswa

21
yang bermasalah dengan mengamati prilaku siswa dalam kegiatan sehari-
harinya.
3. Pengungkapan Sebab-sebab Masalah Belajar
Majid (2011, hlm. 230) Setelah guru mengetahui siapa murid yang yang
bermasalah dalam belajar dan apa saja jenis masalah yang dialaminya,
selanjutnya guru perlu mengungkakannya mengapa masalah itu terjadi. Majid
(2011, hlm. 232) pada dasarnya masalah belajar itu dapat terjadi oleh beberapa
faktor, berikut faktor-faktor tersebut:
a. Faktor-faktor yang Bersumber dari Murid
1) Tingkat kecerdasan rendah, kemampuan dasar yang tinggi pada sesorang
anak dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan
masalah atau persoalan-persoalan secara cepat, tepat dan berhasil.
Sebaliknya apabila tingkat kemampuan dasarnya rendah dapat
mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar.
2) Kesehatan sering terganggu, belajar tidak hanya melibatkan pikiran, tetapi
juga jasmaniah badan yang sering sakit-sakitan, kurang vitamin, dan
kurang gizi, dapat menimbulkan seseorang tidak bedaya, tidak
bersemangat, tidak memiliki kemampuan dalam belajar. Apabila tidak
bersemangat dan tidak memiliki kemampuan dalam belajar, maka besar
kemungkinan siswa tersebut tidak dapat mencapai hasil belajar yang
diharapkan.
3) Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik,
penglihatan dan pendengaran merupakan alat indera yang terpenting untuk
belajar. Majid (2011, hlm. 233) apabila mekanisme mata atau telinga
kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari dunia luar
umpamanya dari guru, tidak mungkin dapat diterima oleh orang yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, murid tidak dapat menerima dan memahami
bahan-bahan pelajaran, yang disampaikan langsung oleh guru maupun
melalui buku bacaan. Sehingga perlu adanya tindakan khusus yang
dilakukan oleh guru untuk mengatasi segala hambatan yang dialami.

22
4) Gangguan alat preseptual, setelah sesuatu pesan diterima oleh mata dan
telinga, langkah berikutnya mengirimkan pesan itu ke otak, sehingga pesan
itu dapat ditafsirkan. Langkah itu disebut persepsi (koestoer P. Dan A.
Hadisapuro, 1978 dalam Majid (2011, hlm. 233). Persepsi adalah proses
pengolahan tanggapan baru (yang diterima melalui indera) dengan
pertolongan ini akan menghasilkan dan memberikan arti atau makna
tertentu kepada tanggapan yang diterima persepsi itu juga bisa salah, kalau
ada gangguan pada alat perseptual. Berdasarkan pernyataan diatas
gangguan perseptual itu dimana seorang siswa mengalami gangguan
dalam mengartikan pesan yang ia terima.
5) Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik, Majid (2011, hlm. 233)
kegagalan belajar tidak semata-mata disebabkan oleh tingkat kecerdasan
yang rendah atau faktor kesehatan, tetapi juga dapat disebabkan karena
tidak menguasainya cara-cara belajar yang baik. Murid hendaklah
diperkenankan dan dibiasakan menerapkan cara-cara belajar yang baik
dalam kehidupannya sehari-hari, baik sekolah maupun rumah dibantu oleh
guru untuk melaksanakannya.
Berdasarkan uraian masalah yang bersumber dari faktor yang
bersumber dari siswa itu sendiri dapat dipahami seperti tingkat kecerdasan
yang rendah, kesehatan sering terganggu, alat penglihatan dan pendengaran
kurang berfungsi dengan baik, gangguan alat perseptual, dan tidak
menguasai cara-cara belajar yang baik. Siswa yang mengalami beberapa
gejala tersebut kemungkinan dalam proses pembelajaran akan terhambat.
b. Faktor-faktor Yang Bersumber Dari Lingkungan Keluarga
1) Kemampuan ekonomi orangtua yang kurang memadai, Majid (2011, hlm.
234) hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh hanya dengan
mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru didepan
kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai; seperti buku tulis,
pensil, pena, peta, dan terlebih lagi buku bacaan. Berdasarkan pengertian
tersebut jadi apabila kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai akan

23
menghambat siswa dalam proses pembelajaran karena orang tua yang
mefasilitasi seperti buku, bolpoin, biaya dan yang lainya.
2) Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan orang tua, Majid (2009,
hlm. 234) pendidikan tidak hanya berlangsung di madrasah, tetapi juga
didalam keluarga. Orang tua sibuk dan tidak memiliki waktu lagi untuk
memperhatikan anak belajar atau bermain. Dapat disimpulkan kurangnya
perhatian dan pengawasan orang tua akan mengakibatkan siswa
mengacuhkan proses pembelajaran atau siswa akan mengalami kurangnya
motivasi dari orag tua dan tidak bersemangat untuk belajar.
3) Harapan orangtua terlalu tinggi terhadap anak, Majid (2011, hlm. 234)
mereka memaksa anak-anak untuk selalu rajin belajar dan memperoleh
nilai tinggi tanpa memperhatikan apakah anak memiliki kemampuan yang
cukup memadai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar dan
memperoleh nilai tinggi. Berdasarkan pernyataan tersebut memberikan
perhatian itu sangat penting dalam hal mendidik, tetapi apabila mendidik
dengan memberikan perhatian dan harapan yang terlalu tinggi tanpa
melihat kemampuan anak dan anak tersebut tidak dapat memenuhi
keinginan orangtuanya maka yang terjadi kepada anak tersebut yaitu
keputus asaan dan menjadi malas belajar.
4) Orangtua pilih kasih terhadap anak, Majid (2011, hlm. 235) keadaan anak
dalam suatu keluarga tidak selalu sama, dengan kata lain mereka
dilahirkan dengan membawakan kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Misalnya, dengan melebih-lebihkan atau menyanjung-nyanjung
anak yang mereka anggap memenuhi harapan mereka, dan mengabaikan
atau mencela anak yang tidak mereka harapkan. Jadi Berdasarkan hal
tersebut orang tua haruslah bersikap adil serta harus menerima kenyataan
yang dimiliki setiap anak karena anak tersebut dilahirkan dengan
kemampuan dan keterampilan yang berbeda.

c. Faktor-faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah dan Masyarakat

24
Majid (2011, hlm. 235) Kondisi-kondisi yang sekolah yang dapat
menimbulkan masalah pada murid antara lain: kurikulum kurang sesuai, alat-
alat dan media pembelajaran yang kurang memadai. Lingkungan sekolah
dengan sarana dan prasarana yang memadai adalah salah satu faktor yang
mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Apabila sarana prasarana yang
tidak memadai ini akan menghambat proses pembelajaran dan tentunya
tujuannya tidak tercapai secara optimal. Lingkungan masyarakat pun ikut
mendukung kualitas dari pendidikan. Lingkungan masyarakat yang kurang
baik akan senantiasa memberi dampak pada perilaku anak yang meniru
kurang baik meniru seperti lingkungan disekitarnya karena anak terbiasa
melihat dan menirukan dalam kehidupan mandirinya siswa.
Setelah memahami dan mengetahui masalah belajar maka guru hendaknya
melaksanakan program perbaikan, program pengayaan, dan program akselerasi.
1. Program Perbaikan
Majid (2011, hlm 236) pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus
dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang
mengalami kesulitan belajar. Kesulitan tersebut dapat berupa bahan pelajaran
tidak dikuasai, kesalahan-kesalahan memahami konsep, dan sebagainya. Jadi
program ini ditunjukan bagi murid yang mengalami kesulitan belajar dalam
bentuk menguasai bahan pelajaran.
a. Cara yang ditempuh
Majid (2011, hlm. 236) guru tidak perlu mengulang mengajarkan semua
bahan ajar yang sudah disampaikan. Pengajaran dipusatkan pada kompetensi
dasar dan bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik oleh
murid, dengan jalan memberikan penjelasan seperlunya, mengadakan tanya
jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas, dan evaluasi.
b. Materi dan waktu pelaksanaan program perbaikan
Majid (2011, hlm. 238) program perbaikan dapat dilaksanakan pada:
1) Setelah mengikuti tes/ujian kompetensi dasar tertentu
2) Setelah mengikuti tes/ujian blok atau sejumlah kompetensi dasar dalam
satu kesatuan

25
3) Setelah mengikuti tes/ujian kompetensi dasar atau blok terakhir. Khusus
untuk perbaikan terakhir ini hanya diberlakuan untuk kompetensi dasar
atau blok terakhir dari kompetensi dasar atau blok-blok yang ada pada
semester tertentu.

FORMAT LEMBARAN PROGRAM PERBAIKAN


Mata Pelajaran :
Kompetensi Dasar :
Indikator nomor :
Materi :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Ulangan Harian Tgl :
Perbaikan :

No Nama Nilai Tanggal Nilai Bentuk Ket


Siswa Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Perbaikan Perbaikan

2. Program Pengayaan
Majid (2011, hlm. 40) pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk
pengajaran yang khusus diberikan kepada murid-murid yang sangat cepat dalam
belajar. Mereka memang tidak memiliki masalah dalam belajar, yang menjadi
masalah adalah bagaimana agar hasil belajar yang dicapainya itu dapat lebih
ditingkatkan lagi, atau setidaknya bagaimana hasil belajar yang telah dicapai itu
dapat dipertahankannya terus pada masa yang akan datang, sehingga mereka
benar-benar dapat mewujudkan perkembangannya secara optimal. Oleh sebab itu,
kepada mereka perlu diberikan pengajaran pengayaan.

26
Program ini ditunjukan bagi siswa yang sangat cepat belajarnya, bukan
karena mengalami kesulitan belajar tetapi bagaimana hasilnya dapat
dipertahankan atau dapat di perbaiki semaksimal mungkin.
a) Cara yang ditempuh
Depdiknas (2004) dalam Majid (2011, hlm. 240) merumuskan cara yang
ditempuh dalam melaksanakan pengayaan, yaitu:
1) Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas
wawasan bagi kompetensi dasar tertentu.
2) Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik,
bacaan/paragraf, dll.
3) Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
4) Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai
ketuntasan.
b) Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan
1) Materi pengayaan diberikan sesuai dengan kompetensi dasar yang
dipelajari.
2) Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah:
a) Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu.
b) Setelah mengikuti tes/ujian blok atau kesatuan KD tertentu.
c) Setelah mengikuti tes/ujian KB atau Blok terakhir pada semester
tertentu.

FORMAT LEMBARAN PROGRAM PENGAYAAN


Mata Pelajaran :
Kompetensi Dasar :
Indikator nomor :
Materi :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Ulangan Harian Tgl :
Pengayaan :

27
No Nama Siswa Nilai Tanggal Bentuk Ket
Pengayaan Pengayaan

3. Program Akselerasi (percepatan)


Majid (2011, hlm. 243) program akselerasi memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melalui masa belajar disekolah dengan waktu yang relatif
cepat. Hal ini dimungkinkan dalam suasana kelas yang menerapkan pembelajaran
tuntas dimana siswa yang luar biasa cerdas dan mampu menyelesaikan
kompetensi dasar jauh lebih cepat dengan nilai yang amat baik pula (85).
Berdasarkan peryataan tersebut program akselerasi ditunjukan kepada siswa yang
memiliki kecerdasan yang luar biasa dan sangat cepat dalam menangkap ilmu
pengetahuan.

28

Anda mungkin juga menyukai