Anda di halaman 1dari 5

Protein berasal dari kata Yunani kuno proteos yang artinya “yang utama”.

Dari asal
kata ini dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya protein dalam kehidupan. Protein
terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya dan berfungsi sebagai
pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan
bakan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Girindra, 1993).
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi. Protein sederhana hanya
mengandung asam-asam amino. Protein kompleks mengandung bahan tambahan bukan asam
amino, seperti derivat vitamin, lipid atau karbohidrat. Protein berperan pokok dalam fungsi
sel. Analisis terhadap protein dan enzim darah tertentu digunakan secara luas untuk tujuan
diagnostik (Harper, 1995).
Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret
ini adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan
penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005).
Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan)
dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau
lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).
Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil,
triptofonil, dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh gugus-gugus non-protein yang
mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat
pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm
karena serapan residu-residu asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan
protein berfariasi tergantung pada pH dan sesuai denagn ionisasi residu sama amino
(Montgomery, 1993).
Kerugian dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar
protein, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus
sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan juga lama,
sehingga sering kali kurang effektif (Lehninger, 1982).

III. Alat dan Bahan


a. Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes
 Pipet mikro
 Spektrofotometer UV-Vis

b. Bahan
 Standar protein
 Serum
 Pereaksi biuret
o K-Na-Tartrat 0,18 M
o CuSO4 0,012 M
o NaOH 0,2 M

IV. Cara Kerja


1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi di dalam rak tabung dengan masing-masing tabung diberi
nama Test, Standar dan Blanko
2. Disiapkan larutan test, standar dan blanko di dalam tabungnya masing-masing dengan
campuran sebagai berikut:
Tes Standar Blanko
Pereaksi Biuret, mL 2,50 2,50 2,50
Serum/plasma, mL 0,05 - -
Standar, mL - 0,05 -
Aquadest, mL - - -

3. Bahan-bahan di atas dicampur, lalu ditangguhkan selama 30 menit


4. Campuran dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 540 nm.

V. Hasil
 Absorbansi standar dari panjang gelombang 625-630 nm :
Tabung Absorbansi
Standar 0,373
Tes 0,544

 Perhitungan :

Kadar Protein total =

=
= 10,06 g%

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar protein dengan metode Biuret
dengan menggunakan spektrofotometer. Dimana prinsip dari metode ini adalah pengukuran
serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret
dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam
pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat
maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.
Dalam pereaksi biuret terkandung 3 macam reagen yaitu reagen yang pertama adalah
CuSO4 dalam aquadest dimana reagen ini berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya
akan membentuk kompleks dengan protein. Reagen yang kedua adalah K-Na-Tartrat yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Reagen
yang ketiga adalah NaOH dimana fungsinya adalah membuat suasana basa. Suasana basa
akan membantu pembentukan Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-.
Pada saat sampel dikocok, jangan sampai menimbulkan buih karena akan
mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi biuret, sampel
didiamkan selama 30 menit. 30 menit ini merupakan operating time yaitu waktu yang
dibutuhkan agar seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah 30
menit, maka sampel diukur absorbansinya dengan alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 540 nm. Panjang gelombang 540 nm merupakan panjang gelombang serapan
maksimum untuk warna ungu. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar protein dengan
metode Biuret adalah :
CuSO4.5H2O + 2NaOH Cu(OH)2+Na2SO4+5H2O
Cu(OH)2 Cu2+ + 2OH-
Setelah dilakukan pengukuran terhadap standar dan tes didapatkan absorbansi larutan
standar adalah 0,373 dan absorbansi larutan test adalah 0,544. Perhitungan kadar protein
dalam serum dilakukan dengan menggunakan rumus :

Kadar Protein total =


Sehingga didapatkan hasil kadar protein dalam serum adalah 10,06 gr/dL. Kadar ini berada
diatas kadar normal yaitu 7,2-8 gram/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terdapat
masalah pada organ hati karena sebagian besar protein dimetabolisme di hati.

Anda mungkin juga menyukai