PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Masalah
1.4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diskriminasi.
3
Yakni suatu pembatasan, pelecehan atau bahkan pengucilan secara
langsung maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia, atas dasar agama, suku, ras, kelompok, golongan, jenis kelamin,
etnik, keyakinan beserta politik yang selanjutnya berimbas pada
pengurangan, bentuk penyimpangan atau penghapusan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik secara individu, maupun
kolektif di dalam berbagai aspek kehidupan.
B. Penyiksaan.
4
a) Kejahatan Genosida.
5
9. Penghilangan orang secara paksa.
10. Kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh
suatu pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak istimewa dari suatu
ras atau bangsa.
Faktor Internal
Faktor Penjelasan
1. Keadaan psikologis para Pelaku dalam keadaan kurang waras,gila,tertekan
pelaku saat melakukan pelanggaran HAM
2. Sifat egois Pelaku hanya memikirkan perasaannya sendiri,
tanpa memikirkan perasaan orang lain terutama
orang yang ia langgar hak asasinya
3. Tidak toleransi pada orang Pelaku tidak memberikan toleransi atau
lain keringanan terhadap suatu masalah, maupun itu
masalah besar atau kecil. Atau bersifat berlebihan
4. Tingkat kesadaran pelaku Pelaku tidak tau dan tidak mengerti tentang
pelanggaran HAM adanya HAM
5. Tidak memiliki rasa empati Pelaku seenaknya melakukan pelanggaran HAM,
6
dan rasa kemanusiaan tanpa memikirkan rasa kemanusiaan
6. Adanya pandangan HAM Pelaku merasa bebas karna dia tau dia punya hak
bersifat individualistic sebagai manusia, sehingga ia mementingkan
dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain dan
kepentingan umum
7. Sifat individualis Pelaku tidak ingin bersosalisasi dengan
masyarakat
8. Adanya dendam Pelaku memiliki dendam terhadap orang lain
yang menyebabkan si pelaku melakukan
pelanggaran HAM
9. Adanya diskriminasi dari Pelaku sering mendapat perlakuan diskriminasi
orang yang ada dalam dari orang terdekatnya seperti, orang tua, kakak
kesehariannya dan teman sekolah
Faktor Eksternal :
Faktor Penjelasan
1. Perangkat hukum yang tidak tegas Perangkat hukum seperti polisi, yang
dan tidak jelas sehingga menimbulkan tidak tegas sehingga mudah terjadinya
ketidakpastian hokum pelanggaran HAM
2.Struktur sosial dan politik yang Kesenjangan sosial memberikan
memungkinkan terjadinya pelanggaran dampak negatif, terlebih memberikan
hukum dan HAM dorongan untuk melakukan pelanggaran
HAM
3. Kesenjangan ekonomi Adanya penyalahgunaaan teknologi,
umumnya teknologi informasi
4. Teknologi yang digunakan secara Tidak adanya penjelasan atas
salah pelanggaran HAM kepada setiap
lapisan masyarakat, dan dari setiap
umur
7
5. Belum meratanya pemahaman Adanya orang atau pihak yang
tentang HAM membuat pelanggaran HAM itu
menjadi mudah dilakukan
6. Adanya pihak yang membantu dan Ketidak tegasan penegak hukum seperti
mempermudah pelanggaran HAM polisi, hakim, jaksa dalam menangani
pelanggaran HAM. Umumnya ini
dilakukan dengan cara menyuap
7. Kurang berfungsinya lembaga-
lembaga penegak hokum
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia
itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan
kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat
hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia
manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
8
dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi
diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam
bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi
manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus
dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam
menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib untuk memperhatikan,
menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan
oleh hak – hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan
merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat
berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak
asasi manusia.
Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan
karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif,
melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan bahwa hak asasi
manusia yang dipahami sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari
realitas sosial yang bersifat universal.
9
Nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk
hukum nasional di berbagai negara untuk dapat melindungi dan menegakkan
nilai-nilai kemanusian. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan dalam intrumen
internasional, termasuk perjanjian internasional di bidang HAM.
Tiga generasi ini perlu dipahami sebagai satu kesatuan, saling berkaitan dan saling
melengkapi. Vasak menggunakan istilah “generasi” untuk menunjuk pada
substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu kurun waktu
tertentu.
Ketiga generasi hak asasi manusia tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
10
Hak-hak generasi pertama ini sering pula disebut sebagai “hak-hak negatif”
karena negara tidak boleh berperan aktif (positif) terhadapnya, karena akan
mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak dan kebebasan tersebut.
Oleh sebab itu perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di bidang
sosial politik hanya dapat berjalan dengan baik apabila hak yang lain di bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta hak solidaritas juga juga dilindungi dan
dipenuhi, dan begitu pula sebaliknya.
11
Dengan diratifikasinya konvenan Hak EKOSOB oleh Indonesia melalui
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, kewajiban Indonesia untuk melakukan
pemenuhan dan jaminan-jaminan ekonomi, sosial dan budaya harus diwujudkan
baik melalui aturan hukum ataupun melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.
Perlu dicatat, bahwa dari segi hukum, dalam sepuluh tahun terakhir ini ada
sejumlah kemajuan penting mengenai upaya bangsa ini untuk melindungi HAM.
Seperti diketahui, ada sejumlah produk hukum yang penting tentang HAM. Mulai
dari dikeluarkannya TAP MPR No. XVII/1998, amandemen UUD 1945 yang
secara eksplisit sudah memasukkan pasal-pasal cukup mendasar mengenai hak-
hak asasi manusia, UU No.39/1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dan UU
No.26/2000 tentang Pengadilan HAM.
Adanya Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) dan peradilan HAM patut
dicatat sebagai perangkat kelembagaan dasar peningkatan upaya penghormatan
dan perlindungan HAM dengan peningkatan kelembagaan yang dapat dikaitkan
langsung dengan upaya penegakan hukum.
12
HAM ini memiliki dua pijakan penting, yaitu pijakan normatif berupa konstitusi
dengan UU organiknya serta Komnas HAM dan peradilan HAM yang
memungkinkan berbagai pelanggaran HAM dapat diproses sampai di pengadilan.
Untuk mewujudkan hal ini, mau tidak mau diperlukan suatu grand agenda
yang perlu dilakukan, yaitu :
1). Terus menyempurnakan Produk-produk hukum, perundang-undangan
tentang HAM. Produk hukum tersebut perlu disesuaikan dengan semangat
konstitusi yang secara eksplisit sudah memberi dasar bagi perlindunan dan
jaminan atau HAM.
2) Melakukan inventarisasi, mengevaluasi dan mengkaji seluruh produk
hukum, KUHP dan KUHAP, yang berlaku yang tidak sesuai dengan HAM.
Banyak sekali pasal-pasal dalam berbagai UU yang tidak sesuai, bahkan
bertentangan dengan HAM. Termasuk beberapa UU yang dihasilkan dalam
sepuluh tahun terakhir ini. Hal ini sebagai konsekuensi dari watak rejim
13
sebelumnya yang memang anti- HAM, sehingga dengan sendirinya produk
UU-nya pun kurang atau sama sekali tidak mempertimbangan masalah
HAM.
3) Mengembangkan kapasitas kelembagaan pada instansi-instansi
peradilan dan instansi lainnya yang terkait dengan penegakan supremasi
hukum dan perlindungan HAM. Penulis tidak ingin ikut membicarakan
persoalan memburuknya kondisi system peradilan kita, akan tetapi yang
perlu diprioritaskan dalam pengembangan kelembagaan ini adalah
meningkatkan kapasitas hakim, jaksa, polisi, panitera dan unsur-unsur
pendukungnya dalam memahami dan menangani perkara-perkara hukum
yang berkaitan dengan HAM.
4) Pentingnya sosialisasi dan pemahaman tentang HAM itu sendiri,
khususnya di kalangan pemerintahan, utamanya di kalangan instansi yang
secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah HAM.
14
Akibat kekurang pahaman ibu dan sudara angkat angeline tentang HAM,
membuat mereka tega menghilangkan nyawa dengan sengaja dan berencana.
Dengan adanya kasus ini, sangatlah penting untuk setiap warga Negara
memahami pentinya Hak Asasi pada Setiap Manusia.
Begitupun sangat penting peran penegak hukum dan peralatan HAM untuk
melakukan tugasnya dengan baik. Tanpa mendiskriminasi kasus yang terjadi pada
masyarakat.
Kematian dan ratap tangis Angeline ini terlebih merupakan tamparan keras
terhadap keberadaan undang-undang perlindungan anak, apalah artinya sebuah
UU Jika tidak diimplementasikan dengan baik bahwa NegaraKesatuan Republik
Indonesia NKRI menjamin kesejahteraan tiap warga negaranya,termasuk
perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia.
15
Pencegahan kejahatan menurut pakar kriminologo dan viktimologi tidak
hanya dapat dilakukan aparat penegak hokum semata. Melainkan diperlukan pula
peran masyarakat secara aktif meloporkan kejanggalan terhadap dugaan adanya
kasus-kasus kejahatan, dalam hal ini terkait kekerasan terhadap anak.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hak Asasi Manusia adalah sejumlah nilai yang merupakan cirri khas
manusia yang wajib dihormati, dilindungi, dan dijunjung tinggi.
2. Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
3. Banyak faktor yang menyebabkan pelanggaran HAM, ada faktor Internal
yang disebabkan oleh sang pelaku itu sendiri, atau faktor Eksternal yang
disebabkan oleh keluarga,teman,saudara dan lingkungan dimana si pelaku
tinggal
4. Pencegahan kejahatan menurut pakar kriminologo dan viktimologi tidak
hanya dapat dilakukan aparat penegak hukum semata. Melainkan
diperlukan pula peran masyarakat secara aktif meloporkan kejanggalan
terhadap dugaan adanya kasus-kasus kejahatan, dalam hal ini terkait
kekerasan terhadap anak.
17