Baca Bab 7 - Asset buku Godfrey edisi 7 serta Kerangka Pelaporan Keuangan IASB terkait
Asset. Ringkas konsep-konsep penting terkait asset dan perbedaan antara konsep-konsep dalam
buku Godfrey dengan Kerangka Konseptual IASB terbaru!
Jawab:
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan
di mana ada manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir ke entitas. Karakteristik
penting dari aset adalah
Selain 3 karakteristik di atas, ada 2 karakteristik lain yang dianggap penting dan masih menjadi
perdebatan yaitu (1) dapat dipertukarkan / exchangeability, (2) aturan pengakuan ketika
mengidentifikasi aset.
Manfaat ekonomi masa depan berhubungan dengan arus masuk dan arus keluar kas dan/atau
setara kas, yaitu
Manfaat ekonomi masa depan harus mampu membantu perusahaan dalam mencapai tujuan.
Manfaat ekonomi masa depan berhubungan dengan sumber daya ekonomi. Karakteristik dari
sumber daya ekonomi adalah kelangkaan (scarcity) dan kegunaan (utility). Jika sumber daya
tidak langka, maka sumber daya tersebut tidak memiliki nilai ekonomis. Kegunaan (utility) dari
suatu sumber daya adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh sebab itu, jika
terdapat penawaran (supply) terbatas atas suatu komoditas dan komoditas tersebut memiliki
kegunaan sehingga mengakibatkan permintaan (demand) terhadap komoditas tersebut, maka
komoditas tersebut memiliki nilai ekonomi.
Manfaat ekonomi dari aset harus dikuasai/dikontrol oleh entitas. Ajiri menyatakan bahwa
akuntansi tidak berfokus pada sumber daya ekonomi pada umumnya tapi berfokus pada sumber
daya ekonomi dibawah kontrol entitas. Istilah “ownership” tidak mutlak menyatakan
kepemilikan secara fisik atau legal atas suatu aset. Ownership atas aset menggambarkan adanya
hak untuk menggunakan atau mengontrol aset, Manfaat ekonomi suatu aset dapat dinikmati oleh
suatu aset tanpa adanya kepemilikan yang sah, contoh leasing (rental lease agreement).
Meskipun penyewa (lessee) belum memiliki dokumen sah kepemilikan atas properti yang disewa
sebelum pembayaran atas properti tersebut dilunasi, namun karena penyewa memiki hak
penggunaan atas properti tersebut tersebut, maka penyewa dapat mencatat properti sebagai aset
perusahaan pada laporan keuangan (substance over form).
Aset muncul karena adanya transaksi di masa lalu, maka properti yang masih dianggarkan dan
belum diperoleh/dibeli tidak dapat diakui sebagai aset. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah
perjanjian kontrak antara 2 pihak untuk pembangunan atau pengadaan barang/jasa dapat
digolongkan sebagai suatu “transaksi” yang menjadi dasar pengakuan aset?
Menurut AASB, kontrak leasing dan kontrak jual beli yang non-cancelable mengakibatkan
kenaikan aset dan utang sehingga kontrak tersebut harus dilaporkan sebagai aset dan liabilitas
pada laporan keuangan.
Lebih lanjut, Ijiri mengatakan bahawa kontrak memang memenuhi kriteria aset (hak atas manfaat
ekonomi di masa depan), namun sebelum dicatat sebagai aset, kontrak tersebut harus memenuhi
kriteria pengakuan terlebih dahulu. Kriteria tersebut adalah usefulness dan firmness of the
contract.
Financial lease mengakibatkan kenaikan aset dan utang, sehingga dapat dicatat sebagai aset dan
kewajiban. Terdapat transfer risiko dan manfaat ekonomi antara lessor kepada lessee dalam
financial lease. Pada operating lease, lessee tidak menerima transfer risiko dan manfaat ekonomi
sehingga tidak dapat melakukan pencatatan aset dan kewajiban.
4. Dapat dipertukarkan/exchangeability
Dapat dipertukarkan berarti nilai sebuah item terpisah dengan nilai perusahaan, sehingga ketika
terjadi penghapusan atas suatu item, tidak otomatis menghapus suatu perusahaan. Item yang
tidak dapat dipertukarkan adalah item yang tidak memiliki nilai ekonomi karena tidak adanya
kemungkinan jual beli atas item tersebut.
Aset yang tidak dapat berdiri sendiri adalah goodwill karena nilai goodwill selalu menempel
pada aset lain. Menurut Chamber, goodwill adalah objek evaluasi, bukan objek pengukuran
(seperti aset lain). Nilai goodwill ditentukan secara kira-kira (anticipatively). Peristiwa masa lalu
dapat dijadikan sebagai dasar penentuan nilai goodwill namun seluruh perhitungannya dilakukan
berdasarkan hipotesis dan bukan merupakan perhitungan independent yang dilakukan atas
goodwill itu sendiri (karena goodwill selalu menempel pada aset lain).
Pengakuan Aset
Aturan pengakuan tidak sama dengan kriteria pengakuan. Aturan pengakuan bersifat preskriptif
yang berisi aturan tertentu dalam mengidentifikasi aset. Kriteria pengakuan berupa pedoman
yang digunakan untuk menyusun aturan pengakuan. Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria
pengakuan lebih fundamental dibandingkan aturan pengakuan.
Kriteria pengakuan diterapkan untuk memutuskan kapan aset direkam. Namun, tidak seluruh
kriteria pengakuan telah dimasukkan ke dalam Framework dan beberapa kriterian pengakuan
tidak memiliki teori dasar. Berikut adalah beberapa kriteria pengakuan
Aset diakui ketika ada kontrol atas aset walaupun secara legal belum ada pemindahan
kepemilikan atas aset (existence). Keberadaan dokumen kepemilikan legal hanyalah
indikator pengakuan aset, bukan kriteria pengakuan aset.
Untuk dapat menyajikan informasi keuangan yang relevan dan dapat diandalkan, suatu
transaksi harus memiliki substansi ekonomi. Materialitas suatu transaksi juga
berpengaruh pada perlu/tidaknya transaksi tersebut dicatat dan dilaporkan.
Standar juga dapat membatasi pengakuan aset. Misalnya, IAS 38/AASB 138 Aset Tidak
Berwujud paragraf 48 melarang pengakuan goodwill yang dihasilkan secara internal.
Standar menyatakan bahwa goodwill yang dihasilkan secara internal bukan merupakan
sumber daya diidentifikasi (tidak dipisahkan atau tidak timbul dari hak kontraktual atau
lainnya) yang dikendalikan oleh entitas yang dapat diukur pada biaya (paragraf 49).
Begitu juga pengeluaran atas penelitian tidak dapat diakui sebagai aset, namun sebagai
beban. Penelitian dapat diakui sebagai aset jika memenuhi kriteria berikut
Secara tradisional, pengukuran atas aset dilakukan berdasarkan metode biaya historis.
Pengukuran atas aset setelah tanggal akuisisi (menggunakan metode biaya historis) adalah nilai
aset saat akuisisi dikurangi akumulasi depresiasi dan impairment. Namun saat ini pengukuran
atas aset dapat juga berdasarkan harga pasar (fair value) yang ditentukan oleh penilai
professional (appraiser) atau ditentukan oleh entitas berdasarkan pendekatan “income or
depreciated replacement cost”. Revaluasi aset dianggap menyajikan informasi yang lebih
relevan.
Sama seperti aset berwujud, nilai awal ATB ditentukan berdasarkan biaya akuisisi. ATB yang
dihasilkan secara internal tidak dapat diakui sebagai aset dan hanya dicatat sebagai beban. ATB
yang dihasilkan secara internal dapat dicatat sebagai aset dengan cara mengkapitalisasi biaya
pengembangan/penelitian berdasarkan kriteria pengakuan ATB.
FASB dan IASB sepakat bahwa derivative harus diukur pada nilai wajar (fair value) karena fair
value menyajikan informasi yang lebih relevan. Instrumen keuangan dikategori menjadi 4 jenis
dengan metode pengukuran yang berbeda-beda. Pada pengakuan awal, semua instrumen
keuangan yang diukur pada biaya perolehan (yang, pada tahap ini, setara dengan nilai wajar).
Dalam pengakuan selanjutnya, suatu entitas dapat memilih untuk menghargai semua atau salah
satu dari instrumen keuangan pada nilai wajar. Perubahan nilai wajar instrumen keuangan
dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi.