ANAFILAKSIS
Definisi
Etiologi
1. Obat
a. Molekul besar : hormone insulin, ACTH, estrogen, relaksin, kortison
b. Antibiotik : penisilin, streptomisin, klorampenikol, sulfonamide,
kanamisin, dll.
c. Kemoterapeutik : siklosporin, metotreksat, melfalan, klorambusil, dll.
d. Vaksin : difteri, morbili, parotitis, influenza, pertusis, rabies, tetanus,
tipoid.
2. Makanan
a. Ikan : cakalang, lemuru, salmon, sardine, lele, layang.
b. Udang : kepiting, cumi-cumi, kerang, teripang.
2
3. Bisa/cairan binatang :
a) Serangga
b) Ular, laba-laba
c) ubur-ubur
d) beberapa jenis ikan atau hewan air.
Patofisiologi
Produksi antibodi IgE spesifik memerlukan kerja sama aktif antara
makrofag, sel T dan sel B. Alergen yang masuk melalui traktus respiratorius,
traktus gastrointestinalis atau kulit akan difagosit oleh makrofag untuk diproses
dan dipersentasikan kepada sel T. Sel T yang tersensitisasi akan merangsang sel B
berkembang menjadi sel plasma yang mensintesis dan mensekresi IgE spesifik.
Pengikatan IgE oleh sel mast mempunyai konsekuensi penting. Pengikatan oleh
sel mast menyebabkan IgE merupakan suatu fraksi dengan waktu paruh yang
lebih panjang sehingga pajanan terhadap alergen tersebut dapat memacu sel mast
secara sistemik yang akan melibatkan banyak sistem dan akan menimbulkan syok
anafilaktik.
Manifestasi klinis
Secara klinis gejala anafilaksis dapat berupa reaksi lokal dan reaksi
sistemik. Reaksi lokal terdiri dari urtikaria dan angioedema pada daerah yang
4
kontak dengan antigen. Reaksi lokal dapat berat tetapi jarang sekali fatal. Reaksi
sistemik terjadi pada oragan target seperti traktus respiratorius, sistem
kardiovaskular, traktus gastrointestinalis, dan kulit. Reaksi ini biasanya terjadi
dalam waktu 30 menit sesudah kontak dengan penyebab.
Pernapasan
Bersin, pilek, dispnu,
Jalan napas atas
edema laring, serak, Histamin
edema lidah dan faring,
stridor
Peningkatan peristaltik,
Gastrointestinal muntah, disfagia, mual, Tidak diketahui
Susun kejang perut, diare
Gelisah, ke
Gelisah, Kejang
Susunaan saraf pusat Tidak diketahui
Diagnosis
Diagnosis anafilaksis ditegakkan secara klinis. Perlu dicari riwayat
penggunaan obat, makanan, gigitan binatang atau tranfusi. Pada beberapa
keadaan dapat timbul keraguan terhadap penyebab lain sehingga perlu dipikirkan
diagnosis banding. Pada reaksi sistemik ringan dan sedang diagnosis bandingnya
adalah diagnosis banding urtikaria dan angioedema
Pada pasien dengan reaksi anafilaksis biasanya dijumpai keluhan 2 organ
atau lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. Untuk membantu
menegakkan diagnosis maka American Academy of Allergy, Asthma and
Immunology telah membuat suatu kriteria.
Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit
hingga beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau kedua-
duanya (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus,
kemerahan, pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory
compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheezing, penurunan
PEF, hipoksemia) dan penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan
dengan disfungsi organ sasaran (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia).
Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak
setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit
hingga beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik-
bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir-
lidah-uvula); Respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme,
stridor, wheezing, penurunan PEF, hipoksemia); penurunan tekanan darah atau
gejala yang berkaitan (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia); dan gejala
gastrointestinal yang persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah)
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada
alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik).
7
Pada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur)
atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%. Sementara pada orang dewasa,
tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan darah sistolik lebih
dari 30% dari tekanan darah awal.
Diagnosa Banding
Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik. Gambaran klinis
yang tidak spesifik dari anafilaksis mengakibatkan reaksi tersebut sulit dibedakan
dengan penyakit lainnya yang memiliki gejala yang sama. Hal ini terjadi karena
anafilaksis mempengaruhi seluruh sistem organ pada tubuh manusia sebagai
akibat pelepasan berbagai macam mediator dari sel mast dan basofil, dimana
masing-masing mediator tersebut memiliki afinitas yang berbeda pada setiap
reseptor pada sistem organ. Beberapa kondisi yang menyerupai reaksi anafilaksis
dan syok anafilaktik adalah reaksi vasovagal, infark miokard akut, reaksi
hipoglikemik, reaksi histeris, Carsinoid syndrome, Chinese restaurant syndrome,
asma bronkiale, dan rhinitis alergika
Reaksi vasovagal, sering dijumpai setelah pasien mandapat suntikan.
Pasien tampak pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi dibandingkan dengan reaksi
anafilaktik, pada reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis.
Meskipun tekanan darahnya turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak
terlalu rendah seperti anafilaktik. Sementara infark miokard akut, gejala yang
8
menonjol adalah nyeri dada, dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering
diikuti rasa sesak tetapi tidak tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas.
Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri dada.
Reaksi hipoglikemik, disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau
sebab lain. Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar. Tekanan
darah kadang-kadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda-tanda obstruksi saluran
napas. Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi saluran napas.
Sedangkan pada reaksi histeris, tidak dijumpai adanya tanda-tanda gagal napas,
hipotensi, atau sianosis. Pasien kadang-kadang pingsan meskipun hanya
sementara. Sedangkan tanda-tanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis.
Carsinoid syndrome, dijumpai gejala-gejala seperti muka kemerahan,
nyeri kepala, diare, serangan sesak napas seperti asma. Chinese restaurant
syndrome, dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah
pada beberapa menit setelah mengkonsumsi MSG lebih dari 1gr, bila penggunaan
lebih dari 5 gr bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut
nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan
tanpa MSG.
Asma bronkiale, gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk
berdahak, dan suara napas mengi (wheezing). Dan biasanya timbul karena faktor
pencetus seperti debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada
pagi hari. Rhinitis alergika, penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin,
buntu hidung, gatal hidung yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan
karena faktor pencetus seperti debu, terutama di udara dingin.
9
Tatalaksana
Tatalaksana
Spesifik : penghindaran alergen -Jika gejala muncul periksa beta
edukasi pasien, keluarga, perawat triptase serum tetap pantau
pengobatan spesifik : imunoterapi, gejala
desentitasi, farmakologi profilaksis
Umum : obat epinefrin, antihistamin kerja cepat
Program terencana untuk kegawatdaruratan -Pertimbangkan diagnosis
anafilaksis
Jika pasien asma, optimalkan terapi asma
anafilaksis idiopatik
Edukasi pada lingkungan ( sekolah, tempat kerja)
Prognosis
Estimasi saat ini menunjukkan angka kejadian alergi obat
makinmeningkat. Laporan dari seluruh dunia menunjukkan angka 0,01% sampai
5% dan sekurang kurangnya 15%-30% penderita yang dirawat di rumah sakit
mengalami reaksi sedikitnya terhadap 1 macam obat dan 6-10% merupakan alergi
obat.
Dengan penatalaksanaan yang baik, prognosis alergi obat adalah baik
bahkan untuk alergi obat yang berat sekalipun. Dapat terjadi perlekatan kulit,
kontraktur, simblefaron, kebutaan bila tindakan tidak tepat dan terlambat
dilakukan. Angka kematian dilaporkan 1 dari 10.000 kejadian, pada sindroma
Steven Johnson kematian sebesar 5-15%.
13
KESIMPULAN
Cara Terbaik mencegah reaksi alergi ini adalah dengan menghindari substansi
yang menyebabkan alergi.
14
DAFTAR PUSTAKA