Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TBCadalah penyebab
nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun
‟20 - Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwasepertiga penduduk
bumi telah diserang oleh penyakit TBC. Sekitar 8 jutaorang dengan kematian 3 juta orang
pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar
5-10 % berkembangmenjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan
kematianan.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masihbelum bisa
dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 jutapenduduk dunia setiap
tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksilainnya. Bahkan Indonesia adalah
negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India.
Sulitnya memusnahkanpenyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
Ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya bakteri yang resisten
terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya penemuan obat baru terus dilakukan.

Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di
seluruh dunia.Sekitar 80% dari seluruh kasus baru berhubungandengan infeksi saluran
nafas.Baik yang mengenai cabang-cabang pembuluh paru (bronkus, bronkiolus) atau yang
mengenai jaringan paru-paru (pneumonia, TBC) (Barbara Engram, 1999). Penyakit infeksi
paru merupakan penyakit infeksi yangpaling sering ditemukan dimasyarakat maupun yang
dirawat di rumah sakit, danmasih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Penyakit infeksi paru berkisar 60-80 % dari seluruh penyakit paru, sedangkan sisanya 20-40 %
adalah penyakit noninfeksi ( Agung Waluyo, 2000 ). Pola Penyakit 50 Peringkat Utama
menurut Departemen Kesehatan RI untuk pasien rawat jalan di rumah sakit diIndonesia
mencatat bahwa bronchitis kronis, emfisema, PPOK menempati urutan 14dengan persentase
kunjungan (1,2%), bronkitis akut dan bronkiolitis akut urutan 35(0,5%), dan pneumonia
urutan 39 (0,4%) ( Agung Waluyo, 2005).

Pneumonia merupakan bagian dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)bawah yang
banyak menimbulkan kematian, hingga berperan besar dalam tingginya angka
kematian .Pneumonia di negara berkembang disebabkan terutama oleh bakteri.Tanda – tanda
fisis pada pneumonia adalah demam, sesak nafas, nyeri dada dantanda- tanda konsolidasi
paru ( perkusi paru yang pekak, ronkhi nyaring, suara pernafasan bronchial. Untuk memberi
rasa nyaman dan mengurangi nyeri pada pasienpneumonia adalah dengan cara pijatan
punggung, perubahan posisi, mendengarakan musik tenang, latihan nafas dalam dan anjurkan
teknik menekan dada selama episode batuk. ( Doengus, 2000).

Sejak tahun 1984 Depkes sesuai dengan pedoman WHO mulai melancarkanProgram
Penanggulangan ISPA dengan tujuan utama menurunkan angka kematianpneumonia pada
anak-anak balita. Strategi penanggulangannya ialah meningkatkan cakupan imunisasi,
tatalaksana baku ISPA untuk setiap tingkat pelayanan,penyuluhan mengenai ISPA.
Penyuluhan ini bertujuan agar mengenal ISPApneumonia dan segera mencari pertolongan
yang tepat, memberi pengobatan secaratuntas.( Agung Waluyo, 2000 ).

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perawatan atau asuhan keperawatan pada pasien
Bronkopneumonia.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien Bronkopneumonia
b. Mampu membuat analisa data pada pasien Bronkopneumonia
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Bronkopneumonia
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien Bronkopneumonia
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Bronkopneumonia
f. Mampu membuat evaluasi pada pasien Bronkopneumonia

C. Manfaat Penulisan
1. Secara umum
a. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan
khususnya bronkopneumonia
b. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasiendengan
bronkopneumonia dan penatalaksanaan masalah keperawatan
c. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien bronkopneumonia.
2. Secara khusus
a. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswadapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab sertaupaya
pencegahan penyakit bronkopneumonia agar terciptanya kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang bronkopneumonia lebih
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit
pneumonia.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
bronkopneumonia sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang
baik
d. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah informasi tentang bronkopneumonia serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II
KONSEP TEORITIS

A. Konsep penyakit bronkopneumonia


1. Pengertian bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (hidayat, 2008).
bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang menggambarkan
pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam satu area
atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(wijayaningsih, 2013). bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada
parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga
pada bronkioli (ringel, 2012).
2. etiologi bronkopneumonia
penyebab terjadinya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti
diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus,
haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni),
mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti respiratory syntical
virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti
citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides,
aspergillus sp, candinda albicans, mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda
asing (wijayaningsih, 2013).
3. manifestasi klinis bronkopneumonia
menurut ringel, 2012 tanda-gejala dari bronkopneumonia yaitu :
A. gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului
oleh infeksi saluran pernapasan atas.
B. pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak
cepat dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
C. adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan
wheezing.
D. dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-
kadang terjadi kejang.
E. anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan
bernapas.
F. batuk disertai sputum yang kental.
G. nafsu makan menurun.
4. patofisiologi bronkopneumonia
bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (hidayat, 2008).
Suhu tubuh meningkat sampai 39-40oc dan dapat disertai kejang karena
demam yang sangat tinggi. anak yang mengalami bronkopneumonia sangat
gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping
hidung, serta sianosis disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis (riyadi
& sukarmin, 2009). bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan
alveoli melalui saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial (riyadi & sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi penuh
dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit
leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi
tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya
eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami
kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah
oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja
jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia.
Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat
sampai sianosis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Foto thoraks.
b. Laboratorium rutin:DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum,
creatinine, SGOT, SGPT.
c. Analisa gas darah, elektrolit.
d. Pewarnaan gram sputum.
e. Kultur sputum.
f. Kultur darah.
g. Pemeriksaan serologi.
h. Pemeriksaan antigen.
i. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka
dan thorakoskopi).(Rani, 2006:92)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu secepatnya, maka biasanya
yang diberikan antara lain:
1. Pennicillin 50000 unit/kg/BB/hari ditambah klorqmfenikol 80-90
mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum
luas seperti ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas
demam 4-5 hari.
2. Berikan oksigen dan cairan intravena.
3. Diberikan korelasi, sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
b. Penatalaksanaan terapeutik
 Menjaga kelancaran pernafasan.
 Istirahat.
 Nutrisi dan cairan.
 Mengontrol suhu.
 Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.(Ngastiyah,
1997:41-43)
c. Penatalaksanaan medis umum.
1. Farmakoterapi
 Antibiotik (diberikan secara intravena)
 Ekspektoran.
 Antipiretik.
 Analgetik.
2. Terapi O 2 dan nebulisasi aerosol.
3. Fisioterapi dada dengan postural. (Engram, 1998:61)
7. Komplikasi
 Abses kulit.
 Abses jaringan lunak.
 Otitis media.
 Sinusitis.
 Meningitis pericarditis
 Perikarditis. (Mansjoer, 2000:466)
8. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Bronkopneumonia
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2010). Menurut Wijaya & Putri, 2013, Fokus pengkajian yang dilakukan pada
Bronkopneumonia dengan gangguan pertukaran gas adalah sebagai berikut:
1. Identitas klien
2. Keluhan utama : keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak
napas
3. Keadaan kesehatan saat ini : anak lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara
napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah daerah
mulut dan hidung, muntah, diare)
4. Pemeriksaan fisik:
5. Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
6. Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat, suhu
meningkat, distress pernapasan, sianosis.
7. Inspeksi: frekuesi irama, kedalaman dan upaya bernapas, seperti takipnea,
dipsnea progresif, pernafasan dangkal.
8. Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
9. Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru.
10. Pemeriksaan diagnostik : analisa gas darah, pemeriksaan darah , rontgen thorax.

2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017).
3. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat.(Doenges,2000:166-167)
Tujuan : Jalan nafas bersih.
Kriteria hasil: Menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas, mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
Intervensi:
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan ada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, misal: mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area kons olidasi dengan cairan.
c. Ajarkan batuk efektif.
Rasional: Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu
silia untuk mempertahankan jalan nafas paten.
d. Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
e. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontra indikasi) Rasional : Cairan
(khususnya yang hangat ), memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
f. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
g. berikan cairan tambahan, misal : IV
Rasional Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak
tampak) dan memobilisasikan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi
eksudat. (Doenges, 2000:167-168)
Tujuan : Pertukaran gas adekuat.
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventila si dan oksigenasi jaringan dengan
GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernafasan.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distres pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Awasi frekuensi jantung atau irama.
Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi
dapat sebagai respon terhadap hipoksemia.
c. Awasi suhu tubuh , sesuai indikasi, Bantu menurunkan demam dan menggigil,
misal : selimut tambahan atau menghilangkannya, suhu ruangan nyaman,
kompres hangat atau dingin.
Rasional : Demam tinggi ( Umum pada pneumonia bakterial dan influenza)
sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.
d. Dipertahankan istirahat tidur.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi
oksigen untuki memudahkan perbaikan infeksi.
e. Kaji tingkat ansietas .
Rasional : Pemberian keyakinan dan meningkatkan rasa aman dapat menurunkan
komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek
merugikan dari respon fisiologis.
f. Berikan terapi oksigen dengan benar , misal: masker, masker ventori.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
(Doenges, 2000:172-173)
Tujuan : Cairan seimbang.
Kriteria hasil : Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat, misal : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian
kapiler cepat, tanda vital stabil.
Intervensi:
a. Kaji perubahan tanda vital.
Rasional : Peningkatan suhu atau memanjangnya demam, meningkatkan laju
metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi.
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah)
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane
mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan.
c. Catat laporan mual atau muntah.
Rasional : Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
d. Pantau masukan dan keluaran, hitung keseimbangan cairan.
Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan penggantian.
e. Tekankan cairan sedikitnya 2500ml/ hari atau sesuai kondisi individual
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
f. berikan obat sesuai indikasi, misal: antiseptik , antimetik
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan
g. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional : Penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan
4. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia. (Doenges,2000:171-172)
Tujuan : Nafsu makan meningkat
Kriteria hasil : Menunjukan peningkatan nafsu makan mempertahankan atau
meningkatkan berat badan intervensi
a. identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah , misal: spuntum
banyak , pengobatan aerosol , dispnea berat , nyeri.
b. Berikan wadah tertutup untuk spuntum dan buang sesering mungkin
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual
c. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun atau tak ada bila proses infeksi berat
atau memanjang
d. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan atau
makanan yang menarik untuk pasien
Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
e. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional : Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat
menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan atau
lambatnya respons terhadap terapi.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin
pada hipotalamus. ( Doenges, 2000: 875-876)
Tujuan : Suhu tubuh menurun atau normal.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan,
tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi:
a. Pantau suhu pasien.
Rasional: Suhu 38,9o -41,1o C menunujukan proses penyakit infeksi akut.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
Rasional : Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air es atau
alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual.
d. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), Asetaminofen (Tylenol).
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi.
e. Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari
39,5o- 40o C pada waktu terjadi kerusakan atau gangguan pada otak.
6. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi.( Doenges, 2000: 181-182)
Tujuan : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil: Melaporkan ansietas atau takut hilang atau menurun , penampila rileks
dan istirahat tidur dengan tepat.
Intervensi:
a. Catat derajat ansietas dan takut.
Rasional : Pemahaman bahwa perasaan (di mana berdasarkan situasi stress
ditambah ketidakseimbangan oksigen yang mengancam) normal dapat
membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi.
b. Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuanpasien untuk
memahami dan menangani informasi.
Rasional : Menghilangkan ansietas karena ketidaktahuan dan menurunkan
takut tentang keamanan pribadi.
c. Berikan tindakan kenyamanan, misal : perubahan posisi.
Rasional : Untuk menurunkan stres dan perhatian tak langsung untuk
meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku membantu, misal: posisi yang
nyaman , fokus bernafas, tehnik relaksasi.
Rasional : Memberikan pasien tindakan mengontrol untuk menurunkan
ansietas dan tegangan otot.
e. Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita situasi, khususnya
rencana untuk periode penyembuhan yang lama.
Rasional : Mekanisme koping dan partisipasi dalam program pengobatan
mungkin meningkatkan belajar pasien untuk menerima hasil yang diharapkan
dari penyakit dan meningkatkan beberapa rasa kontrol.
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN Ny. M DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG GARDENIA RSUD Dr. DORYS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Pengkajian diambil : 09 November 2018 Pukul : 18.40 WIB

Nama Mahasiswa : YUNI AZHARI DEVI

I. PENGKAJIAN
1.1. IDENTITAS
1.1.1. KLIEN
Nama : Ny. M Tgl. Masuk RS : 09 November 2018

Umur : 36 Tahun Diagnosa : Bronkopneumonia

Jenis Kelamin : Perempuan No. MR : 30.63.25

Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Tuyau

1.1.2. PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. T

Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Pendidikan : SMA
Hubungan Keluarga : Suami

Alamat : Tuyau

II. RIWAYAT PERAWATAN ( NURSING HISTORY)


2.1. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas dan dada terasa nyeri
2.2. Riwayat Penyakit
2.2.1 Riwayat penyakit sebelumnya (upaya yang dilakukan dan therapi)
Px Sudah Setahun yang lalu (2017) pernah menderita penyakit yang sama
(bronkopneumonia) dan sebelumnya pernah masuk rumah sakit Buntok.
2.2.2 Riwayat penyakit sekarang (PQRST, upaya yang dilakukan dan therapi)
P : Px mengatakan sesak nafas disertai nyeri dada sudah setahun yang lalu
Q : Px mengatakan nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk
R : Px mengatakan nyeri dibagian dada
S : Nyeri yang dirasakan px dengan skala 5
T : Nyeri dirasakan sesaat pada saat penaikan napas dalam, px langsung dibawa kerumah
sakit tetapi tidak ada perbedaan, keluarga langsung meminta ps dirujuk ke RSUD dr
Doris Sylvanus (09/11) di IGD, dan setelah itu px disarankan dirawat di Gardenia.
2.2.3 Riwayat kesehatan keluarga
Menurut klien tidak ada riwayat penyakit keturunan

Genogram Keluarga 3 Generasi


Ket:

= Laki-laki

= Perempuan

/ = Meninggal

= Klien

= Tinggal serumah

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


3.1. KEADAAN UMUM
Klien tampak lemas, kesadaran compos mentis, klien tampak berbaring dengan posisi semi
fowler, klien terpasang oksigen dengan face mask 7 liter, terpasang infus NaCl 0,9% 10 tpm.
3.2. TANDA-TANDA VITAL
S : 36,1°C (axila)
N : 91x/menit (teratur; kuat)
TD : 130⁄80 mmHg (lengan kiri; berbaring)
RR : 26x/menit (cyanosis)

3.3. BODY SISTEMS


3.3.1. PERNAPASAN [B1: BREATHING]
a. Hidung : Normal, tidak ada kelainan
b. Trakhea : Normal, tidak ada kelainan
c. Bentuk rongga dada : Normal, tidak ada kelainan
d. Type pernapasa : Dyspnea
e. Bunyi pernapasan : Wheezing

3.3.2. PENGINDRAAN
a. Mata
 Pengelihatan : Normal, tidak ada kelainan
 Gerakan bola mata : Normal
 Visus : -
 Sklera : Normal
 Konjungtiva : Merah muda
 Kornea : Bening
Alat bantu : -
Nyeri : -
Keluhan lain : -
b. Telinga
 Pendengaran : Normal, tidak ada kelainan
 Keseimbangan : Normal, tidak ada kelainan
Alat bantu : -
Keluhan : -
c. Penghidu
 Bentuk : Simetris
 Cavum nasal : -
 Integritas : -
 Septum nasal : -
Keluhan : -

3.3.3. KARDIOVASKULER [B2 : BLEEDING]


a. Nyeri dada : Dengan skala 5, dosertai sesak nafas
Pusing : -
Kram kaki : -
Sakit kepala : -
Palpitasi : -
Letus cordis : -
Clubing finger : -
Cafillary refill time : -
b. Suara Jantung : Normal, tidak ada kelainan
c. Edema : -

3.3.4. PERSYARAFAN
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. GCS
E : 4 (spontan)
V : 5 (orientasi baik)
M : 6 (mengikuti perintah)
 Total nilai : -
 Pupil : Isokor
 Refleks cahaya : -
c. Penilaian fungsi syaraf cranial
 Syaraf cranial I : Normal, klien mampu membedakan bau
 Syaraf cranial II : Normal, klien mampu melihat perawat dan tidak menggunakan
kacamata
 Syaraf cranial III : Normal, klien dapat menggerakan otot mata (memejamkan
mata, keatas dan kebawah)
 Syaraf cranial IV : Normal, klien dapat menggerakan otot mata kesamping kanan
dan kiri
 Syaraf cranial V : Normal, klien dapat mengunyah makanan
 Syaraf cranial VI : Normal, tidak ada strobismus
 Syaraf cranial VII : Normal, wajah simetris kanan kiri
 Syaraf cranial VIII : Normal, klien mampu mendengar dengan baik
 Syaraf cranial IX : Normal, klien dapat menentukan rasa pahit
 Syaraf cranial X : Normal, refleks menelan baik dapat berbicara dengan jelas
 Syaraf cranial XI : Normal, klien dapat mengangkat bahunya keatas dan
memalingkan kepala
 Syaraf cranial XII : Normal, klien dapat menjulurkan lidah dan menariknya
kembali
d. Pemeriksaan sensorik dan motorik
 Fungsi sensorik : Normal, mampu merasakan sentuhan, dingin dan panas
 Fungsi motorik : Normal, dapat bergerak dengan bebas
e. Status refleks
 Reflek tendon bagian dalam : Bisep +, trisep +
 Reflek patologis : tidak dikaji

3.3.5. PERKEMIHAN
1. Produksi urine : ±1500/hari
2. Warna : Kuning kecoklatan
3. Bau : Normal, tidak terlalu menyengat
4. Pembedahan : Tidak ada
5. Masalah/keluhan : Tidak ada

3.3.6. PENCERNAAN
1. Mulut dan gigi : Gigi utuh rapi, tidak ada sariawan, mukosa tampak lembab
2. Tenggorokan : Tidak ada mukus/secret, tidak ada peradangan seperti : tonfilis
dan faisitis
3. Abdomen : Datar, tidak ada acitis, tidak ada nyeri tekan
4. Rectum/anus : Tidak ada kelainan
5. BAB :1
Konsistensi : Tidak dikaji
6. Masalah/keluhan :
Obat pencahar : Tidak
Lavement : Tidak

3.3.7. TULANG OTOT-KULIT (MUSKULOSKELETAL-INTEGUMENT)


1. Tulang dan otot
5|5
a. Kekuatan : Kekuatan otot
5|5

b. Pergerakan : Pergerakan klien tidak terbatas


c. Betuk tulang : normal tidak ada kelainan
d. Masalah/keluhan :
Kemapuan yang Ekstremitas
Ekstremitas Atas Tulang Belakang
dinilai Bawah
Tidak ada kelainan
Patah tulang
Peradangan
Perlukaan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Parese
Paralise
Hemiparese

2. Integumen
Kulit/Integumen Rambut Kuku
Warna Coklat Hitam Putih
Turgor Kembali > 2 detik - Kembali > 2 detik
Kebersihan Bersih Bersih Bersih
Masalah/keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada

3.3.8. REPRODUKSI
a. Vagina :-
b. Urethra :-
c. Payudara :-
d. Lainnya, sebutkan :-

3.3.9. POLA FUNGSI KESEHATAN


3.3.9.1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit
Klien mengatakan ingin lekas sembuh dan yakin dengan tindakan dan
perawatan yang diberikan perawat dan dokter.
3.3.9.2. Fungsi Kesehatan
POLA KESEHATAN SEBELUM KETIKA
No
FUNGSI SAKIT SAKIT
1. Nutrisi – Metabolisme 3x sehari 3x sehari
a. Frekuensi Nafsu makan Nafsu makan
b. Nafsu makan biasanya baik berkurang
c. Jenis makanan Bervariasi Bervariasi
d. Jenis minuman Air, susu, teh, kopi Air putih
e. Jumlah makanan 1 porsi ½ porsi
f. Jumlah minuman ±2 gelas ±1 gelas
g. Kebiasaan minum - -
h. Kebiasaan makan - -
i. Berat badan - -
j. Tinggi badan - -
k. Diit khusus - -
-
2.
Pola tidur dan istirahat
6 -7 jam 7 -8 jam
a. Malam
1 – 2 jam 1 -2 jam
b. Siang
- -
c. Kebiasaan sebelum tidur

Keluhan :-

3.3.9.3. Kognitif
Klien mengatakan penyakitnya dapat sembuh
3.3.9.4. Persepsi diri/ konsep diri
Klien mengatakan menyerahkan kesembuhannya dan mengikuti segala
terapi yang diberikan oleh tenaga medis
3.3.9.5. Peran/ berhubungan
Klien sebelum sakit mampu berperan sebagai kepala keluarga, tetapi
setelah sakit klien tidak mampu melakukan peran sebagai kepala keluarga
3.3.9.6. Koping – Toleransi stress
Klien mengatakan kepada keluarga maupun perawat apabila ada sakit dan
merasa tidak nyaman
3.3.9.7. Nilai – Pola keyakinan
Klien meyakini agama Islam, klien yakin dan menyerahkan kesembuhannya
kepada Tuhan
3.3.10. PSIKOSOSIAL – SPIRITUAL
a. Berkomunikasi
Menggunakan bahasa Indonesia
b. Berbicara
Normal

c. Hubungan dengan keluarga


Baik, klien dijaga oleh keluarga dan anak

d. Hubungan dengan teman/ petugas kesehatan


Klien mampu berinteraksi dan klien kooperatif

e. Ekspresi afek dan emosi


Klien tampak gelisah

f. Menjalankan ibadah
Sebelum sakit klien menjalankan ibadah dengan teratur, tetapi setelah sakit tidak dapat
menjalankan ibadah

3.3.11. DATA PENUNJANG (Lab, Rontgen, Pemeriksaan Diagnostik, dll)


Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 November 2018
3.3.12. TERAPI & IMPLIKASI KEPERAWATAN
- Inj. NaCl 0,9% 10 tpm
- Inf. Moxifloxacin 1x400 gr
- Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
- Inj. Ranitidite 2x10 gr
- Inj. Inp 62,5 g 2x1
- Pj/PCT 3x1

Palangka Raya, 12 November 2018

Tanda Tangan Mahasiswa,

Yuni Azhari Devi


Inisial Pasien : Ny. M

No. Reg. : 30.63.25

ANALISA DATA

Data Fokus
Masalah Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
DS : klien mengatakn sesak saat
bernafas dan dada terasa berat
DO : - Klien tampak sesak
- O2 7 liter
- Sekret + Bersihan jalan nafas tidak
efektif
- TTV : TD 130⁄80 , Adanya penumpukan sekret di
RR : 26x/mnt, N : paru
91x/mnt, S : 36,1oc

DS : klien mengatakan nyeri dada


DO : - ekspresi wajah tampak meringis
- Skala nyeri 5
- Saat nyeri klien
Ganguan rasa nyaman
tampak memegang Proses inflamasi
nyeri
dada
- TTV : TD 130⁄80 ,
RR : 26x/mnt, N :
91x/mnt, S : 36,1oc
Inisial Pasien : Ny. M

No. Reg. : 30.63.25

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya penumpukan sekret diparu
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
Inisial Pasien : Ny. M

No. Reg. : 30.63.25

RENCANA KEPERAWATAN

Nomor
Tujuan/ Kriteria
No. Tanggal Diagnosa Rencana Tindakan Rasional
Hasil
Keperawatan
1. 10/11/2018 Dx1 Setelah dilakukan -Kaji frekuensi .- untuk
tindakan kedalaman dan mengetahui
keperawatan 3x24 ekspansi dada frekuensi dan
jam diharapkan - Observasi TTV keadaan
bersihan jalan nafas - Anjurkan banyak pernafasan
efektif dengan minum air putih karena
kriteria hasil : - Lanjutkan kedalaman
-Klien pemberian O2 dan pernafasan
menungkapkan indikasi bervariasi
sesak berkurang tergantung
- Respirasi dalam derajat gagal
batas normal nafas
- Tidak -mengetahui
menggunakan otot perubahan TTV
bantu pernafasan klien
-TTV dalam batas - membantu
normal pengeluaran
- Sekret tidak ada sekret
- mengurangi
sesak nafas
2. 10/11/2018 Dx2 Setelah dilakukan -Kaji skala nyeri -mengetahui
tindakan - Observsi TTV perubahan nyeri
keperawatan 3x24 - anjurkan tarik - mengetahui
jam diharapkan nafas dalam perubahan TTV
nyeri teratasi - lanjutkan - mengurangi
dengan kriteia pemberian nyeri yang
hasil : analgetik dirasakan
-ekspresi wajah
dapat rileks
- TTV dalam batas
normal
- skala nyeri
berkurang 5
menjadi 1
- klien tampak
tenang
Inisial Pasien : Ny. M

No. Reg. : 30.63.25

PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

Nomor Pelaksanaan/ Evaluasi


Tanggal/ Paraf/ Nama
No. Diagnosa Tindakan Tindakan/ Respon
Jam Mahasiswa
Keperawatan Keperawatan Klien
1. 10/11/2018 Dx1 -Mengkaji frekuensi -Klien
kedalaman dan kooperatif
ekspansi dada - Klien tampak
- Mengobservasi mengikuti
TTV tindakan yang
- Menganjurkan diberikan dan
banyak minum air sesak nafas
putih berkurang
- Melanjutkan - TTV dalam
pemberian O2 dan batas normal
indikasi - Sekret tidak
ada
2. 10/11/2018 Dx2 -Mengkaji skala -Klien
nyeri kooperatif
- Mengobservsi - klien
TTV mengikuti
- menganjurkan tindakan yang
tarik nafas dalam diberikan dan
- melanjutkan nyeri yang
pemberian analgetik dirasakan
berkurang
- ekspresi
wajah klien
tampak rileks
- klien tampak
tenang
Inisial Pasien : Ny. M

No. Reg. : 30.63.25

CATATAN PERKEMBANGAN

Nomor Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf/ Nama


Tanggal/ Jam
Keperawatan (S.O.A.P./S.O.A.P.I.E.R.) Mahasiswa
11/11/2018 Dx1 S : Klien mengatakan sesak nafas dan
dada terasa berat
O : Klien tampak sesak, O2 7 liter,
Sekret +, TTV : TD 130⁄80, RR :
26x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,1oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

11/11/2018 Dx2 S : Klien mengatakan nyeri dada


O : ekspresi wajah tampak meringis,
Skala nyeri 5, Saat nyeri klien tampak
memegang dada, TTV : TD 130⁄80,
RR : 26x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,1oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat
dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. (A. Aziz Alimul Sidayat, 2008)

Berdasarkan teori diatas maka Ny. M dapat dikatakan menderita bronkopneumonia yang ditandai dengan
nafas cepat, serta batuk kering.

A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian keluhan utama pasien adalah sesak nafas dan nyeri dada. Pasien
sebelumnya juga pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama pada tahun 2017.
Penyakit yang diderita klien bukan merupaka penyakit keturunan.
Keadaan umum klien tampak lemas, kesadaran klien compos mentis, dan klien berbaring dengan
posisi semi fowler untuk membantu melancarkan jalan nafas dan juga mengurangi nyeri yang
dirasakan klien.

B. Diagnosa keperawatan
1. Berdasarkan DS : klien mengatakn sesak saat bernafas dan dada terasa berat
DO : - Klien tampak sesak
- O2 7 liter
- Sekret +
- TTV : TD 130⁄80, RR : 26x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,1oc
Diagnosa yang ditetapkan adalah : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. adanya penumpukan
secret diparu

2. Berdasarkan DS : klien mengatakan nyeri dada


DO : - ekspresi wajah tampak meringis
- Skala nyeri 5
- Saat nyeri klien tampak memegang dada
- TTV : TD 130⁄80, RR : 26x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,1oc
Diagnosa yang ditetapkan adalah : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. proses inflamasi

C. Perencanaan Keperawatan
1. Untuk diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. adanya penumpukan
secret diparu, rencana keperawatan yang dilakukan adalah Kaji frekuensi kedalaman dan
ekspansi dada, Observasi TTV, Anjurkan banyak minum air putih, Lanjutkan pemberian
O2 dan indikasi. Dengan tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil :
- Klien menungkapkan sesak berkurang

- Respirasi dalam batas normal

- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

- TTV dalam batas normal

- Sekret tidak ada

2. Untuk diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. proses inflamasi,
rencana keperawatan yang dilakukan adalah Kaji skala nyeri, Observsi TTV, anjurkan
tarik nafas dalam, lanjutkan pemberian analgetik. Dengan tujuan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteia hasil :
- ekspresi wajah dapat rileks

- TTV dalam batas normal

- skala nyeri berkurang 5 menjadi 1

- klien tampak tenang

D. Implementasi keperawatan
1. Untuk pelaksanaan/tindakan keperawatan pada diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d. adanya penumpukan secret diparu, yang dilakukan adalah mengkaji frekuensi
kedalaman dan ekspansi dada, mengobservasi TTV, menganjurkan banyak minum air
putih, melanjutkan pemberian O2 dan indikasi. Berdasarkan tindakan yang dilakukan :
klien kooperatif, klien tampak mengikuti tindakan yang diberikan dan sesak nafas yang
dirasakan klien berkurang, TTV dalam batas normal, dan sekret tidak ada.
2. Untuk pelaksanaan/tindakan keperawatan pada diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri
b.d. proses inflamasi, yang dilakukan adalah mengkaji skala nyeri, mengobservsi TTV,
menganjurkan tarik nafas dalam, melanjutkan pemberian analgetik. Berdasarkan tindakan
yang dilakukan : klien kooperatif, klien mengikuti tindakan yang diberikan dan nyeri
yang dirasakan berkurang, ekspresi wajah klien tampak rileks, pasien tampak tenang.

E. Evaluasi keperawatan
1. Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d. adanya penumpukan secret diparu adalah sebagai berikut
S ( subjektif ) : Klien mengatakan sesak nafas dan dada terasa berat

O ( objektif ) : Klien tampak sesak, O2 7 liter, Sekret +, TTV : TD 130⁄80, RR :


26x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,1oc

A ( assesment ) : Masalah teratasi sebagian

P ( plan ) : Lanjutkan intervensi

2. Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada diagnosa : : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d.
proses inflamasi adalah sebagai berikut
S ( subjektif ) : Klien mengatakan nyeri dada

O ( objektif ) : ekspresi wajah tampak meringis, Skala nyeri 5, Saat nyeri klien tampak
memegang dada, TTV : TD 130⁄80, RR : 26x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,1oc

A ( assesment ) : Masalah teratasi sebagian

P ( plan ) : Lanjutkan intervensi


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang eh bakteri, virus,
jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea,
napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. Timbulnya
bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma,
dan riketsia. Pada kasus asuhan keperawatan pada Ny.M di dr Doris Sylvsnus maka dinyatakan
bahwa Ny. M menderita bronkopneumonia. Klien mengeluh sesak nafas dan dada klien terasa
nyeri. Diberi terapi Inj. NaCl 0,9% 10 tpm, Inf. Moxifloxacin 1x400 gr, Inj. Ceftriaxone 1x2 gr,
Inj. Ranitidite 2x10 gr, Inj. Inp 62,5 g 2x1, Pj/PCT 3x1.

B. Saran
Dengan adanya laporan tentang bronkopneumonia ini diharapkan pada tenaga kesehatan dapat
menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan bronkopneumonia. Pada keluarga pasien
setelah pulang ke rumah dapat memantau perkembangan klien.

Anda mungkin juga menyukai