normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Nelson dkk, 1969; Morley, 1973)
berpendapat bahwa istilah gastroenteritis hendaknya dikesampingkan saja, karena memberikan kesan
terdapatnya suatu radang sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan
pada penyebabnya.
Kasus
Pada tanggal 26 Agustus 2018, pukul 11.30 WIB Tn. L datang ke UGD dengan keluhan diare selama 2 hari.
Klien berumur 33 th dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir dengan frekuensi 3-
4 kali setiap harinya. Menurut hasil observasi badan klien panas dan mengeluarkan keringat dingin, warna
dan bau feses khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan yang kurang
higienis. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :
Nadi : 76 x/menit
RR : 40x/menit
Suhu : 37,5 C
Pengkajian Data
Ruang : anggrek 1
I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Tn. L
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gadung 1
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
alamat : Gadung 1
Etiologi
Faktor Infeksi:
5.Protozoa
Bukan faktor infeksi:
4. Obat-obatan: antibiotic
Manifestasi Klinis
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, tangan kulit jelek, ubun-ubun dan mata cekung, membran
mukosa kering
c. Keram abdorminal
d. Demam
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
k. Kekurangan cairan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun serta suara serak.
Patofisiologi
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik dan hipokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-renjatan sebagai akibat diare
dengan atau tanpa disertai dengan muntah; perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan
asidosismetabolik bertambah berat; peredaran otak dapat terjadi, kesadaran menurun (soporokamatosa)
dan bila tak cepat diobati, penderita dapat meninggal.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
Penatalaksanaan
1. Penanganan fokus pada penyebab
2. Pemberian cairan dan elektrolit, onal seperti oralit atau terapi perental.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
c. Kaji tinja: jumlah., warna, bau, konsistensi dan waktu buang air besar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan
dan intake yang kurang
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
e. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus
Analisa data
No. Kelompok Data (S & O) Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
1. DS: - Klien mengatakan Proses infeksi penyakit Peningkatan suhu tubuuh
badan panas
- Tensi :
110/70 mmHg
- Nadi : 76
x/menit
- RR :
40x/menit
- Suhu : 37,5
C
2. DS: - Klien mengatakan diare Kehilangan cairan Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2 hari sekunder akibat diare
- Klien mengatakan
frekuensi BAB 3-4
kali setiap harinya
- Klien mengatakan
saat BAB feses
klien berlendir
- Klien mengatakan
mengonsumsi
makanan yang
kemungkinan
tercemar oleh
bakteri
DO: - Keluhan utama lemah
- Konsistensi feses
cair dan berlendir
- Tugor kulit
menurun
- Suara perut
hipertimpani
- Mukosa dibibir
mengering
- Nadi : 76 x/menit
- RR : 40x/menit
Suhu : 37,5 C
A:
P: Setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 1X24 jam
diharapkan : - Suhu tubuh klien kembali normal
Daftar Pustaka
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta
Suratun dan Lusinah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: CV.
Trans Info Media