Anda di halaman 1dari 15

Nama : Yuni Azhari Devi

NIM : PO.62.20.1.17.239
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Pemeriksaan Laboratorium yang disarankan :

1. HbA1c ( Glicosylated Haemoglobin )

HbA1c atau haemoglobin A1c atau A1c merupakan komponen kecil pada haemoglobin
yang berikatan terhadap gula darah. Haemoglobin sendiri merupakan bagian dari sel
darah merah yang memberikan pigmen warna merah dan membawa oksigen ke seluruh
tubuh.

Dengan mengukur HbA1c, dokter dapat melihat rata-rata nilai gula darah di dalam tubuh
selama beberapa minggu/ bulan, yang dimana, ketika nilai HbA1c ini meningkat, hal ini
pula menggambarkan adanya peningkatan terhadap komplikasi diabetes.

Pemeriksaan HbA1c tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa terlebih dahulu,
oleh karena itu, pemeriksaan ini dapat dilakukan kapanpun.

HbA1c menjadi pemeriksaan yang begitu akurat dibandingkan pemeriksaan gula darah
lainnya hal ini dikarenakan, sel darah merah begitupula haemoglobin A1c hidup selama
8-12 minggu di dalam tubuh. Hal ini menandakan pemeriksaan HbA1c dapat
menggambarkan rata-rata gula darah selama 2-3 bulan terakhir. Sehingga pemeriksaan
HbA1c merupakan indikator jangka panjang gula darah pada pasien yang baik dalam
mengevaluasi kadar gula darah dibandingkan pemeriksaan gula darah sewaktu, gula
darah puasa maupun gula darah 2 jam setelah makan.

Jika pemeriksaan gula darah sewaktu Anda dalam minggu ini meningkat, hal ini pula
menandakan bahwa kadar HbA1c Anda juga meningkat.
Namun, perlu juga diperhatikan, bahwa pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah
puasa maupun gula darah 2 jam setelah makan tetap dibutuhkan untuk dapat membantu
dalam pengaturan pengobatan diabetes.

Makna nilai HbA1c pemeriksaan HbA1c ini dapat menjadi indikator seseorang terkena
penyakit diabetes.

Nilai HbA1c terbagi menjadi 3 kategori, yaitu normal, prediabetes dan diabetes. Ketika
nilai HbA1c menunjukkan nilai lebih dari sama dengan 6.5%, seseorang telah dapat
dikatakan mengalami diabetes. Nilai di bawah 5.7% dikatakan normal. Nilai diantara
5.7%-6.4% dikatakan seseorang berada pada tahapan prediabetes.

Pada tahapan prediabetes, seseorang memiliki risiko untuk terkena diabetes tipe 2.
Dengan rentangan nilai 5.7%-6.4%, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan, semakin
tinggi seseorang memiliki risiko diabetes tipe 2. Seseorang yang mengalami prediabetes,
sebaiknya melakukan tes ulang setiap tahunnya.

Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes tanpa pemeriksaan


lainnya atau dapat pula dikombinasikan dengan pemeriksaan gula darah lainnya yang
disesuaikan pula dengan gejala-gejala diabetes yang muncul.

Target nilai HbA1c selain dapat mendiagnosis penyakit diabetes, HbA1c juga dapat
digunakan dalam mengevaluasi apakah terapi sudah memenuhi target. Setiap orang akan
memiliki target HbA1c yang berbeda. Hal ini tergantung dari riwayat diabetes dan
kondisi umum seseorang. Sebaiknya diskusikan target nilai HbA1c terhadap dokter Anda.
Penelitian menunjukkan, ketika nilai HbA1c dibawah 7% dapat menurunkan risiko
terhadap komplikasi diabetes.

The American Diabetes Association merekomendasikan pada seseorang yang terkena


diabetes yang telah dapat mencapai targetnya atau memiliki kadar gula darah yang stabil
untuk dapat melakukan pemeriksaan HbA1c sebanyak 2 kali setahun. Dokter mungkin
akan meminta Anda untuk memeriksakan hingga 4 kali dalam setahun (setiap 3 bulan)
hingga kadar gula darah mencapai target. Namun dalam kondisi nilai HbA1c yang berada
di yang sangat tinggi (diatas 10%), pemeriksaan HbA1c dilakukan setiap bulan.
Pemeriksaan HbA1c tentunya akan membantu dalam melihat hasil terapi, sehingga dalam
dilakukan rencana perubahan terapi pada pasien diabetes dalam upaya melakukan
penurunan risiko terhadap komplikasi diabetes jangka panjangnya.

Catatan: dalam kondisi adanya kelainan seperti anemia, gangguan pada hemoglobin,
riwayat transfusi dalam 2-3 bulan terakhir, atau kondisi-kondisi yang mempengaruhi usia
sel darah merah dan gangguan fungsi ginjal, maka pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
dalam mendiagnosis atau mengevaluasi pengobatan.

Sumber : https://suryahusadha.com/id/view-content/articles/86-what-is-hba1c.aspx

2. Mikroalbuminuri

Salah satu komplikasi diabetes adalah terjadinya kerusakan ginjal atau disebut nefropati
diabetik, yang dapat menyebabkan gagal ginjal terminal sehingga penderita perlu
menjalani cuci darah (hemodialisa) atau cangkok ginjal.

Nefropati diabetik, ditandai dengan kerusakan glomerulus ginjal, yaitu bagian ginjal yang
berfungsi sebagai alat penyaring. Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan
lolosnya albumin (salah satu jenis protein) ke dalam urine (kencing). Karena itu, adanya
albumin di dalam urin (disebut albuminuria) merupakan penanda terjadinya nefropati
diabetik.

Tahap paling awal terjadinya nefropati diabetik ditandai dengan mikroalbuminuria, yaitu
ditemukannya sejumlah kecil protein albumin di dalam urine. Mikroalbuminuria
merupakan penanda adanya gangguan pada glomerulus ginjal stadium dini, dimana
gangguan ginjal masih dapat diobati. Sementara, bila telah terjadi gagal ginjal,
pengobatan sulit dilakukan. Selain itu, mikroalbuminuria ini juga dapat mempertinggi
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Jadi, dengan mendeteksi terjadinya mikroalbuminuria maka dapat dideteksi dini


terjadinya nefropati diabetik dan dapat memperkirakan risiko penyakit kardiovaskuler.
Diabetisi yang mengalami mikroalbuminuria menetap akan berisiko mengalami
kerusakan ginjal serius (50% pasien cuci darah adalah penderita diabetes melitus). Oleh
karena itu, mengetahui lebih dini adanya mikroalbuminuria merupakan langkah awal
yang baik dalam usaha untuk mempertahankan fungsi ginjal dan menghambar penurunan
fungsi ginjal lebih lanjut.

Untuk mendeteksi mikroalbuminuria, dapat dilakukan dengan pemeriksaan albumin urine


kuantitatif, dengan bahan pemeriksaan berupa urine (air kencing). Untuk pemeriksaan ini
diperlukan urine yang ditampung selama 24 jam, atau bila tidak memungkinkan dapat
digunakan urine yang ditampung dalam selang waktu tertentu (misalnya 4 jam atau
semalam) atau urine yang diambil sewaktu (namun hasil pemeriksaan harus dikoreksi
terhadap nilai kreatinin).

Hasil pemeriksaan albumin urin kuantitatif dapat dikategorikan normal,


mikroalbuminuria atau albuminuria (=makroalbuminuria) sesuai dengan kriteri berikut ini
:

- Dikatakan normal apabila Urine 24 jam (mg/24 jam) < 30, Urine dalam waktu tertentu
(mg/menit) < 20, urine sewaktu (mg/mg kreatinin) < 30

- Dikatakan Mikroalbuminura apabila Urine 24 jam (mg/24 jam) 30-299, Urine dalam
waktu tertentu (mg/menit) 20-199, Urine sewaktu (mg/mg kreatinin) 30-299

- Dikatakan Makroalbuminuria apabila Urine lebih besar atau sama dengan 300, Urine
dalam waktu tertentu (mg/menit) lebih besar atau sama dengan 200, Urine sewaktu
(mg/mg kreatinin) lebih besar atau sama dengan 300.

Pemeriksaan albumin urine kuantitatifperlu dilakukan saat

- Bagi penyandang diabetes melitus tipe 1, pemeriksaan albumin urin kuantitatif


dianjurkan diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5 tahun didiagnosis diabetes.

- Bagi penyandang diabetes melitus tipe 2, pemeriksaan albumin urin kuantitatif


dilakukan sebagai pemeriksaan awal segera setelah didiagnosis diabetes dan secara
periodik setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter.

Sumber : http://prodia.co.id/id/infokesehatan/penyakitdiagnosisdetails/cegah-gagal-
ginjal-dengan-albumin-urine-kuant
3. Kreatinin

Kreatinin adalah produk limbah kimia yang berada dalam darah, limbah ini kemudian
disaring oleh ginjal dan dibuang ke dalam urin. Kreatinin merupakan produk sampingan
dari kontraksi otot normal, di mana kreatinin terbuat dari creatine yang merupakan
pemasok energi untuk otot.

Kadar kreatinin normal wanita biasanya memiliki kadar kreatinin lebih rendah
dibandingkan laki-laki karena perempuan memiliki jaringan otot yang lebih sedikit. Di
antara orang dewasa tanpa penyakit ginjal, laki-laki memiliki kadar kreatinin normal
sekitar 0,6-1,2 miligram/??deciliters (mg / dL), sedangkan nilai normal kreatinin pada
wanita antara 0,5-1,1 mg/dL.

Perlu diketahui bahwa umumnya, kadar kreatinin dalam darah tetap tidak berubah dari
hari ke hari karena massa otot biasanya tetap sama. Penggunaan obat-obatan tertentu,
makan banyak daging atau latihan otot atau olahraga lainnya dapat menyebabkan kadar
kreatinin tinggi, bahkan pada mereka yang tidak memiliki penyakit ginjal kronis (CKD).

Sedangkan sebaliknya, kadar kreatinin bisa lebih rendah dari normal pada orang yang
sudah lanjut usia, orang yang kekurangan gizi atau vegetarian.

Kreatinin dalam darah dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan darah. Ada
beberapa tes yang khusus untuk mengukur kreatinin untuk membantu menentukan fungsi
ginjal.

- Kreatinin serum adalah tes darah yang umum dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan fisik jika seseorang melakukan medical check up. Darah diambil dan
dikirim ke laboratorium untuk dianalisis untuk mengetahui berapa banyak kreatinin
dalam aliran darah. Kreatinin serum dapat membantu mengevaluasi fungsi ginjal
seseorang.

- Kreatinin Klirens (Ccr atau CrCl) untuk mengukur berapa banyak kreatinin yang
dibersihkan oleh tubuh, atau seberapa baik fungsi penyaringan filter. Kreatinin Klirens
adalah kombinasi dari pemeriksaan urin dan darah. Nilai kreatinin klirens normal untuk
pria adalah antara 97-137 mililiter per menit, dan nilai normal pada wanita adalah 88-128
mililiter per menit.

- BUN adalah rasio antara nitrogen urea darah (Blood Urea Nitogen), produk limbah
dalam darah dari metabolisme protein, dan kreatinin. Rasio ini digunakan untuk
membantu menentukan apakah fungsi ginjal terganggu karena ginjal yang rusak atau
sakit atau faktor lain di luar ginjal. Jika BUN dan kreatinin tinggi, maka rasio ini
biasanya menunjukkan kerusakan ginjal. Jika BUN tinggi tapi kreatinin normal, maka
ginjal umumnya tidak rusak tetapi tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup karena
masalah lain seperti dehidrasi atau gagal jantung.

Sumber : https://mediskus.com/penyakit/mengenal-kreatinin-pemeriksaan-dan-nilai-
normal

4. Albumin/ termasuk SGPT

Albumin adalah salah satu jenis protein yang paling berlimpah dalam darah. Protein
albumin dihasilkan oleh hati beredar ke aliran darah untuk membantu tubuh menjaga
keseimbangan cairan. Oleh sebab itu jumlah protein darah ini harus selalu dalam keadaan
seimbang untuk menunjang fungsi normal dalam tubuh. Mari kita ketahui berapa kadar
albumin normal dan prosedur pemeriksaannya.

Keseimbangan jumlah albumin agar berada dalam rentang normal bertujuan untuk
menjaga cairan agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Selain fungsi utama ini,
fungsi albumin lainnya yaitu membawa nutrisi penting dan hormon, dan memberikan
tubuh protein yang dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perbaikan
jaringan.

Diperlukan Pemeriksaan Serum Albumin saat hati mengambil protein dari makanan yang
dikonsumsi, protein dari makanan ini kemudian diolah oleh hati menjadi protein baru
dalam jumlah tertentu yang beredar ke berbagai organ dan jaringan dalam tubuh melalui
aliran darah. Oleh sebab itu, tes serum albumin dapat memberitahu dokter seberapa baik
hati bekerja. Ini sering digunakan sebagai bagian dari tes yang dikenal sebagai panel hati,
yang terdiri dari pemeriksaan darah untuk memeriksa kreatinin, Blood Urea Nitrogen
(BUN), dan prealbumin. Kita tahu bahwa dalam tubuh kita juga ada ginjal yang
fungsinya menyaring darah untuk mengeluarkan limbah-limbah metabolisme dan zat
racun, namun fungsi penyaringan ginjal tidak akan membuang sel-sel darah dan molekul
protein yang besar, termasuk albumin. Oleh sebab itu pemeriksaan albumin urin juga
diperlukan untuk mengetahui kesehatan ginjal. Dokter akan menganjurkan pemeriksaan
serum albumin jika mencurigai seorang pasien memiliki kondisi yang mempengaruhi
fungsi hati dan ginjal, seperti penyakit liver. Gejala yang berhubungan dengan penyakit
hati termasuk: penyakit kuning, atau kulit kuning kelelahan penurunan berat badan yang
tak terduga pembengkakan di sekitar mata, perut, atau kaki Kehilangan selera makan urin
gelap, tinja berwarna terang Gatal (pruritus) Tes ini juga diperlukan bagi mereka yang
memiliki gejala sindrom nefrotik (ginjal bocor), seperti: Bengkak terutama di sekitar
mata atau di wajah, pergelangan tangan, perut, paha atau pergelangan kaki Urine yang
berbusa, berdarah, atau berwarna kopi Penurunan jumlah urin Masalah buang air kecil,
seperti perasaan terbakar atau cairan yang abnormal saat buang air kecil, atau perubahan
frekuensi buang air kecil, terutama pada malam hari nyeri punggung tengah, di bawah
tulang rusuk, dekat ginjal berlokasi Tekanan darah tinggi ( hipertensi ) Tes serum albumin
juga dapat menentukan status kondisi medis tertentu, termasuk pankreatitis kronis atau
penyakit ginjal lainnya. Hasil tes juga dapat dijadikan petunjuk apakah kondisi tersebut
membaik atau memburuk setelah diberikan penanganan.

Pembacaan Hasil Albumin Serum

Perlu diingat bahwa pemeriksaan serum albumin biasanya hanya merupakan salah satu
bagian dalam serangkaian pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Oleh sebab itu, dokter akan
melihat seluruh hasil pemeriksaan untuk menentukan penyebab penyakit yang mendasari
dan membuat diagnosis yang akurat.

 Albumin Rendah dan Tinggi Kadar albumin yang rendah dapat menjadi
peringatan dan indikasi bahwa penyelidikan lebih lanjut mungkin diperlukan.
Albumin rendah mungkin mencerminkan kondisi ringan yang dapat sembuh
sendiri atau mungkin menggambarkan kondisi akut atau kronis yang memerlukan
intervensi medis. Kadar albumin bisa turun atau rendah ketika ada suatu kondisi
yang mengganggu produksi, meningkatnya pemecahan protein, meningkatnya
kehilangan protein, dan / atau bertambahnya volume plasma (darah menjadi lebih
encer). Tergantung pada riwayat kesehatan, tanda-tanda seseorang dan gejala,
serta pemeriksaan fisik, tes tambahan mungkin diperlukan untuk menyelidiki
penyebab albumin rendah.

 Akibat Penyakit Hati

Albumin rendah dapat menunjukkan penyakit hati. Tes enzim hati atau
panel hati mungkin diperlukan untuk menentukan dengan tepat jenis
penyakit hati apa yang menyebabkannya. Seseorang mungkin memiliki
kadar albumin normal meskipun memiliki penyakit hati, namun ketika
kondisi telah mencapai stadium lanjut pada akhirnya albumin menjadi
rendah. Misalnya, pada orang dengan sirosis hati, albumin biasanya (tetapi
tidak selalu) rendah sedangkan pada penyakit-penyakit hati kronis yang
belum berkembang ke sirosis, albumin biasanya normal.

 Akibat Penyakit Ginjal

Kadar albumin yang rendah juga dapat mencerminkan penyakit di mana


ginjal tidak dapat mencegah bocornya albumin dari darah ke ke dalam
urin. Dalam hal ini, jumlah albumin atau protein dalam urin juga dapat
diukur (Tes Urine Albumin ) atau tes untuk kreatinin dan BUN atau panel
ginjal.

 Kondisi Lainnya

Kadar albumin yang rendah juga dapat dilihat pada peradangan, shock,
dan kekurangan gizi. Juga dapat dilihat pada kondisi di mana tubuh tidak
benar menyerap dan mencerna protein, seperti penyakit Crohn atau
penyakit celiac. Kalau boleh kami rangkumkan disini, bahwa kadar
albumin yang rendah dapat menunjukkan sejumlah kondisi kesehatan,
termasuk: Penyakit hati Peradangan Syok Malnutrisi Sindrom nefrotik
Penyakit Crohn Penyakit celiac Jika dokter yakin kadar serum albumin
rendah adalah karena penyakit hati, maka akan diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk menentukan jenis penyakit hati spesifik, seperti hepatitis,
sirosis hati, dan nekrosis hepatoseluler. Dehidrasi dapat menyebabkan
kadar albumin serum yang tinggi. Namun, tes serum albumin biasanya
tidak diperlukan untuk mendiagnosa dehidrasi.

Sumber: Albumin : Nilai Normal dan Pemeriksaan - Mediskus

5. Kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida

Dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Untukmengukur


kadar kolesterol LDL, HDL dan trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu minimal
selama 12 jam.

Berdasarkan Pedoman Interpretasi Data Klinis Kemenkes 2011

Pemeriksaan laboratorium Kisaran yg ideal (mg/dL darah)


Kolesterol total 120-200
Negatif
Kilomikron
(setelah berpuasa selama 12 jam)
VLDL 1-30
Nilai normal : <130 mg/dL

LDL Nilai batas : 130 – 159 mg/dL

Risiko tinggi: ≥160 mg/dL


HDL 30 – 70 mg/Dl
Perbandingan LDL dengan HDL < 3,5
Trigliserida 40 – 160 mg/dL (Pria)
1. LDL (low density lipoprotein)

LDL adalah B kolesterol. Nilai LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah
koroner atauhiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat terjadi pada sampel
yangdiambil segera. Hal serupa terjadi pula pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb,
DM, hipotiroidism, sakit kuning yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipidemia bawaan
dan idiopatik serta penggunaan kontrasepsi oralyang mengandung estrogen. Penurunan
LDL dapat terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia ataualfa-beta-lipoproteinemia.

2. HDL (High density lipoprotein)

HDL merupakan produk sintetis oleh hati dan saluran cerna serta katabolisme trigliserida.
Terdapat hubungan antara HDL – kolesterol dan penyakit arteri coroner. Peningkatan
HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier primer tercemar racun industri atau
poliklorin hidrokarbon. Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan klofi brat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral dan fenitoin.
Penurunan HDL terjadi dapat terjadi pada kasus fibrosis sistik, sirosis hati, DM, sindrom
nefrotik, malaria dan beberapa infeksi akut. Penurunan HDL juga dapat terjadi pada
pasien yang menggunakan probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus nutrisi
parenteral.

3. Trigliserida

Trigliserida ditemukan dalam plasma lipid dalam bentuk kilomikron dan VLDL (very low
density lipoproteins). Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap
sirosis alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis bilier, obstruksi bilier, trombosis
cerebral, gagal ginjal kronis, DM, Sindrom Down’s, hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik,
hiperlipoproteinemia (tipe I, II, III, IV, dan V), penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III,
VI), gout, penyakit iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfiria akut yang sering
kambuh, sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral dan sindrom Werner.
Kolestiramin, kortikosteroid, estrogen, etanol, diet karbohidrat, mikonazoliv, kontrasepsi
oral dan spironolakton dapat meningkatkan trigliserida. Penurunan trigliserida dapat
terjadi pada obstruksi paru kronis, hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa
ansietas, penyakit parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi. Vitamin C, asparagin,
klofibrat dan heparin dapat menurunkan konsentrasi serum trigliserida.

Sumber : http://alamipedia.com/data-laboratorium-kolesterol-simpel-tabel-definisi-ldl-
hdl-trigliserida/

6. EKG
Dikenal secara luas dengan istilah EKG atau ECG, elektrokardiogram merupakan tes
diagnostik umum yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung. Tes tersebut merekam
aktivitas listrik dari jantung, dan pada batas tertentu, mengidentifikasi jika ada peredaran atau
aliran darah yang tidak normal. EKG memberikan gambaran ukuran dan bentuk hati dengan
baik. Jantung adalah salah satu organ otot paling besar dan di bagi menjadi empat bilik. Bilik
atas disebut atrium kanan dan kiri, dan bilik bawah adalah ventrikel kanan dan kiri.

Oksigen yang masuk ke dalam tubuh lewat hidung atau mulut akan tergabung dengan darah
dari paru-paru. Lalu, darah tersebut bergerak dari paru-paru ke pembuluh darah pulmonari dan
ke atrium kiri. Lalu, dipompa ke ventrikel kiri dan melewati aorta, di mana oksigen
didistribusikan ke jaringan dan sel.

Karena oksigen terdistribusi dan digunakan oleh tubuh, karbon monoksida menyatu dengan
darah untuk mengeliminasi. Pasokan kembali ke jantung melalui atrium kanan dan lanjut ke
ventrikel kanan, di mana akan mengalir ke arteri pulmonari yang terhubung dengan paru-paru.
Paru-paru mengeluarkan karbon dioksida, sementara oksigen masuk ke aliran darah.

Agar jantung dapat memompa darah melewati bilik maka dibutuhkan rangsangan listrik.
Segala interupsi pada siklusnya dapat menyebabkan beragam gejala dan kondisi
kardiovaskular. Masalah yang memengaruhi bilik atau bagian jantung lainnya dapat memberi
dampak pada aliran darah.

EKG atau ECG biasanya dilakukan, jika:

 Pasien mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada, dan kelelahan secara keseluruhan.
 Pasien memiliki detak jantung yang tidak umum.

 Untuk mengawasi perkembangan penyakit jantung yang telah terdiagnosa. Dokter


mungkin meminta EKG atau ECG dilakukan secara rutin jika pasien memiliki keluarga
dengan riwayat penyakit jantung.

 Pasien hendak melakukan pembedahan. EKG atau ECG biasanya dilakukan untuk
memastikan tidak ada bagian dari prosedur yang membahayakan organ.

 Untuk menentukan apakah pengobatan atau alat (seperti alat pacu jantung) yang
digunakan untuk mengatasi masalah jantung, bekerja dengan benar atau hanya
memperparah masalah yang ada.

Tes ini merekam aktivitas kelistrikan melalui gelombang, yang muncul pada kertas pelacak.
Hasilnya akan diinterpretasikan, baik oleh teknisi terlatih atau dokter ahli jantung.

Detak jantung normal adalah 60 – 100 per menit. Selanjutnya, gelombang (tinggi dan rendah)
harusnya sama rata atau konsisten. Penyimpangan apapun dapat menjadi indikasi potensi
masalah jantung.

Ada masanya, di mana hasil yang ditampakkan salah positif atau salah negatif, tergantung
pada kondisi jantung yang muncul. Sehingga, ECG seringkali dilakukan bersamaan dengan
tes-tes kardiovaskular lainnya.

Cara Kerja EKG atau ECG

Jika hanya ECG akan dilakukan saat pasien beristirahat. Juga dapat dilakukan bersamaan
dengan stres EKG.
Saat dilakukan pada keadaan istirahat, pasien akan berbaring pada kasur atau meja dengan
kaki, lengan, dan dada yang terbuka. Teknisi mungkin menghilangkan bulu dada untuk
meningkatkan adhesi dari elektroda atau bantalan. Bagian tersebut juga akan dibersihkan.
Lalu, bantalan akan diletakkan di bagian kaki dan lengan tertentu. Enam di antaranya
dilekatkan pada bagian dada.

Setelah itu, mesin akan merekam aktivitas kelistrikan yang dikeluarkan oleh elektroda.
Pasien tidak diperkenankan bergerak atau bicara, saat tes berlangsung. Hanya memakan
waktu beberapa menit, setelahnya elektroda akan dilepaskan dan pasien dapat kembali
melakukan aktivitas normal kecuali dokter mengatakan sebaliknya.

Saat digabungkan dengan stres EKG, pasien biasanya diminta untuk melakukan aktivitas
yang lebih intens seperti berlari pada treadmill, di mana elektroda dipasangkan ke tubuh.

Pasien tidak perlu menjalani pola makan khusus sebelum tes, namun pasien mungkin diminta
untuk tidak meminum air dingin atau melakukan aktivitas fisik berat beberapa jam sebelum
tindakan, sebab akan memengaruhi hasil tes.

Kemungkinan Komplikasi dan Risiko EKG atau ECG

Elektrokardiogram adalah tes pemeriksaan yang aman. Pasien tidak perlu diberi obat
penenang atau bius. Namun, sedikit ketidaknyamanan akan terasa saat elektroda dilepaskan
dari tubuh. Meskipun langka, beberapa pasien memiliki reaksi alergi terhadap bantalan.

Sumber : https://www.docdoc.com/id/info/procedure/ekg/

7. RO Thorax

Rontgen thorax (rontgen dada) merupakan salah satu pemeriksaan pencitraan menggunakan
sinar-X yang sering dilakukan untuk menunjang diagnosis. Rontgen thorax digunakan untuk
mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax/dada, tulang dada, dan struktur
yang berada di dalam rongga dada termasuk paru-paru, jantung, dan lainnya.
Manfaat Pemeriksaan:

Membantu diagnosis kelainan jantung bawaan, gagal jantung, dan masalah jantung lainnya,
infeksi (umumnya tuberkulosis atau TB paru), pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik
(emfisema, bronkhitis), embolisme pada paru (adanya sumbatan pada pembuluh darah di
paru-paru), tumor atau kanker paru; skrining penyakit paru terkait dengan pekerjaan di
industri-industri seperti pertambangan di mana para pekerja terpapar oleh debu atau zat kimia
yang dapat berpengaruh pada kondisi dada.

Sumber : http://m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/rontgen-thorax

8. Funduskopi
Pemeriksaan Funduskopi
 Pemeriksa memegang oftalmaskop dengan tangan kanan.
 Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi ps/.
 Pemeriksa menyandarkan dahinya pd darsum manustangan kiri yang memegang dahi ps/.
 Mata kanan ps/ diperiksa dg mata kanan pemeriksa,begitusebaliknya.
 Pemeriksa menilai retina & papil nervi optisi.

Interpretasi Funduskopi
1. Gambaran retina
Normal :
Latar belakang : merah keoranye-oranyean
Papil nervi optisi : lebih muda
Pembuluh darah berpangkal pd pusat papil memancarkan cabang-cabangnya keseluruh
retinaArteri berwarna jernih & vena berwarna merah tua.
Reflek sinar hanya tampak pd arteriVena berukuran lebih besar & tampak berkelak-kelok
dibandingkan arteriTampak pulsasi pada pangkal vena besar (di papil) dan penekanan
bola mata → pulsasi lebih jelas2.Gambaran Nervi Optisi Normal : bentuk lonjong, warna
jingga muda, bagian temporal sedikit pucat, batastegas, bagian nasal agak kabur,
fisiologik cupping, vena:arter
Sumber : https://www.scribd.com/doc/167294102/Pemeriksaan-Funduskopi

Anda mungkin juga menyukai