Anda di halaman 1dari 17

CARA KERJA IMUNOGEN

Adakalanya suatu imunogen merangsang respons imun tanpa melibatkan limfosit T tetapi langsung
merangsang limfosit B. Imunogenimunogen itu disebut dengan antigen T-independent. Antigen
semacam ini mungkin terdiri atas beberapa unit, yang masing-masing mempunyai susunan molekul yang
sama. Misalnya ; polisakharida pada pneumokokus, beberapa jenis polimer protein dan PVP. Respons
imun yang ditimbulkan oleh antigen T-independent, terutama antibody Ig M atau mungkin hanya Ig M
saja (Abbas,1991; Kresno, 1991).

PENGELOMPOKKAN ANTIGEN

Secara umum antigen dapat digolongkan menjadi antigen eksogen dan antigen endogen. Antigen
eksogen adalah antigen yang berasal dari luar tubuh individu, misalnya berbagai jenis bakteri, virus dan
obat-obatan. Sedangkan antigen endogen adalah antigen yang berasal dari dalam tubuh sendiri,
misalnya; antigen xenogenic atau heterolog yang terdapat dalam spesies yang berlainan. Antigen
autolog atau idiotipik yang merupakan komponen dari tubuh sendiri, dan antigen allogenic atau
homolog yang membedakan satu individu dari individu yang lain dalam satu spesies. Contoh
determinant antigen homolog adalah antigen yang terdapat pada eritrosit, leukosit, trombosit, protein
serum dan major histocompatibility complex (MHC) (Kresno, 1991; Abbas, 1991; Roitt dkk., 1993).

Mekanisme Kerja kekebalan


1. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan
darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma.
Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag
akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B
pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama.
Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer. Apabila antigen yang sama
masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi
pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut
dinamakan respons kekebalan sekunder. Respons kekebalan sekunder terjadi lebih
cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan
primer.
Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk
mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
2. Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan
tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada
permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut
dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T
supresor akan menghentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel
T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.

Berdasarkan Cara Memperoleh kekebalan


1. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
o Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi
suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap
penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena
penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
o Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi
adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen
yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang
mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi
mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang
dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk
melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang
menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga
permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan
karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh
juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus,
campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi
dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.
2. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh
setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
 Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari
ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga
dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung
banyak antibodi.
 Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang
diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini
berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya
adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.

Cara mendapat atau menstimulasi kekebalan

1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu
sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit
akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut
akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang
pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk
kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi.
Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin
merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut)
atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan
tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi
mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga
dapat berupa toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang
telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan
menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen sehingga
tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu
tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah
beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh
semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa
jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar,
tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus,
campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya
diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh
masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan
campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah
dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari
toksin (racun) mikrooganisme yang telah
dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein
mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan
pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara
alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah
menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di
dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan
pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak
antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan
antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai
serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi mampu
menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum
antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.

Cara kerja Sistem Imun Sebagai Suatu Sistem

Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi
integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di
lingkungan yang dapat merusak dirinya.

Sistem imun membentuk beberapa lapisan pertahanan tubuh.

Lapisan pertahanan tubuh terdiri dari:

Komponen
Lapisan Pertahanan Respon Imun
Pertahanan
Innate Immunity
Kulit Non-Spesifik
Lapisan Pertama Membran Mukosa Non-Spesifik
Bakteri alami apatogen Non-Spesifik
Sel Fagosit Non-Spesifik
Inflamasi Non-Spesifik
Lapisan Kedua
Protein Antimikroba Non-Spesifik
Sel Natural Killer (NK) Non-Spesifik
Acquired Immunity
Kekebalan Humoral
Spesifik
(Limfosit B)
Lapisan Ketiga
Kekebalan diperantarai
Spesifik
sel (Limfosit T)

Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya di
lingkungannya yaitu:
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui kelenjar
keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air liur, urin, asam
lambung serta lisosim dalam airmata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi
mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
3. Innate immunity
4. Imunitas spesifik yang didapat.

Pada imunitas innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai
pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme patogen. Kedua sel tersebut langsung bisa
bekerja dan tidak mengenal spesifikasi. Makrofag akan memfagosit semua macam bakteri jika sel
tersebut dapat mengenalinya demikian juga neutrofil akan mengadakan serangan secara langsung
tanpa membedakan mikroorganisme yang masuk. Namun demikian, dalam hal tertentu kedua sel
imunokompten ini tidak berhasil mengeliminasi patogen yang masuk bahkan tidak dapat
mengenali patogen tersebut. Imunitas innate merupakan langkah awal untuk memulai terjadinya
imunitas adaptif. Adanya imunitas innate memberikan keuntungan yang besar bagi tubuh karena
pada tahap awal datangnya infeksi sesungguhnya tubuh belum siap dengan sistem pertahanan
imunitas adaptif. Imunitas adaptif pada umumnya bekerja 4-7 hari setelah terjadinya infeksi.
Pada saat imunitas adaptif mulai dipersiapkan maka imunitas innate merupakan satu-
satunya sistim pertahanan yang bertanggungjawab untuk mengontrol perkembangan patogen yang
masuk. Satu keuntungan yang sangat besar dari imunitas adaptif adalah adanya perkembangan sel-
sel memori. Sel-sel ini merupakan klon spesifik yang dipelihara tetap hidup dalam waktu relatif
lama. Jika dalam periode tertentu tubuh terpapar lagi oleh antigen yang sama, maka sel-sel memori
akan merespon dengan cepat dengan membentuk sel-sel plama atau efektor untuk mengatasi
patogen yang masuk. Hampir semua agen penginfeksi akan menimbulkan terjadinya inflamasi
yang diawali oleh aktifnya imunitas innate . Mikroorganisme seperti bakteri yang berhasil
menembus jaringan epitel segera bertemu dengan molekul pertahanan dan juga sel-sel yang
berperan pada imunitas innate .

Makrofag sebagai sel fagosit mengenali bakteri dengan reseptor yang ada pada permukaan
sel. Reseptor tersebut mengenal konstituen yang ada pada permukaan sel bakteri. Molekul yang
berada pada permukaan sel bakteri berikatan dengan reseptor yang ada pada makrofag dan
merangsang makrofag untuk memfagosit bakteri tersebut. Makrofag yang teraktifkan mampu
mensekresi sitokin. Sitokin merupakan protein yang disekresi suatu sel dan memiliki efek
mengubah tingkah laku sel lain yang mempunyai reseptor untuk sitokin tersebut. Makrofag yang
teraktifkan juga mensekresi protein yang dikenal dengan nama kemokin. Kemokin mempunyai
kemampuan merekrut sel-sel lain yang memiliki reseptor kemokin, seperti neutrofil dan monosit
dari sirkulasi darah. Sitokin dan kemokin yang dihasilkan makrofag sebagai respon terhadap
molekul yang terdapat pada bakteri akan mengawali proses inflamasi.
Infeksi bakteri memicu terjadinya inflamasi

Makrofag yang bertemu dengan antigen pada suatu jaringan akan melepaskan sitokin yang
menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat. Keadaan ini memungkinkan cairan dan
protein menembus dan masuk dalam jaringan. Makrofag juga memproduksi kemokin yang dapat
menarik neutrofil bermigrasi ke arah infeksi.

Daya lekat ( stickiness ) sel endotel pembuluh darah juga berubah sehingga sel yang
melekat pada sel endotel dapat melekat kuat dan menembus keluar dari darah menuju jaringan.
Yang mula-mula melakukan penembusan pembuluh darah adalah neutrofil dan diikuti oleh
monosit. Akumulasi sel dan cairan pada sisi luka menyebabkan warna kemerahan, bengkak, panas,
dan sakit, yang secara keseluruhan disebut inflamasi. Neutrofil dan makrofag merupakan sel
inflamator paling penting. Limfosit yang teraktivasi pada respon imun dapat menyumbangkan
kejadian inflamasi.

Inflamasi dan fagositosis juga dipacu oleh aktivitas komplemen yang bekerja pada
permukaan sel bakteri. Komplemen merupakan protein dalam plasma yang mengaktifkan reaksi
proteolisis pada permukaan mikrobia tetapi tidak pada sel host. Komplemen bekerja dengan
menempel pada permukaan dinding sel mikrobia dengan fragmen yang dikenali oleh reseptor
makrofag yang selanjutnya difagosit oleh makrofag. Dalam proses ini makrofag juga
mensekresikan peptida yang menyumbangkan terjadinya inflamasi. Inflamasi secara umum dapat
digambarkan sebagai peradangan dengan ciri-ciri timbulnya panas, rasa sakit, timbul warna merah,
dan swelling.

Kondisi demikian ini merupakan akibat kerja sitokin dan faktor inflamasi lain pada
pembuluh darah di suatu tempat. Terjadinya delatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah selama inflamasi akan meningkatkan aliran darah pada daerah yang mengalami infeksi.
Adanya permeabilitas yang tinggi memungkinkan cairan dari darah akan menembus keluar
pembuluh darah menuju jaringan, dan menyebabkan panas, merah, dan swelling . Sitokin dan
komplemen juga memberi sumbangan penting pada perubahan fisiologi dari sel endotel. Sel
endotel mempunyai daya ikat yang tinggi atas pengaruh dua molekul tersebut di atas. Daya ikat
tersebut memungkinkan sel-sel leukosit yang sedang bersirkulasi untuk melekat pada sel-sel
endotel pada dinding pembuluh darah.

Setelah pelekatan tersebut sel-sel leukosit dengan mudah menembus di antara sel-sel
endotel menuju daerah infeksi dengan dipandu oleh gradien kemokin. Pindahnya leukosit dari
pembuluh darah menuju jaringan menimbulkan rasa sakit. Neutrofil merupakan sel terpenting di
awal terjadinya inflamasi. Neutrofil adalah sel yang paling cepat menuju daerah inflamasi.
Sebagaimana makrofag, neutrofil memiliki reseptor di permukaan sel yang secara umum mampu
mengenal molekul pada permukaan sel bakteri dan komplemen. Neutrofil merupakan sel penting
yang mampu menelan dan menghancurkan mikroorganisma penginfeksi.

Aktivitas neutrofil ini segera diikuti oleh berubahnya monosit menjadi makrofag, sehingga
makrofag dan neutrofil disebut sel inflamator. Selanjutnya peristiwa inflamasi ini juga
menimbulkan reaksi limfosit. Limfosit T akan bekerja setelah mengenal antigen yang
dipresentasikan oleh APC. Sedangkan limfosit B mempunyai kemampuan secara langsung untuk
merespon antigen dengan mensekresikan antibodi. Sebagian klon limfosit B ada yang memiliki
kemampuan untuk menelan bakteri dan berlaku sebagai APC.

Limfosit B semakin aktif jika memperoleh sitokin yang tepat yang disekresikan oleh
limfosit T. Imunitas innate memberi kontribusi penting bagi terjadinya imunitas adaptif. Inflamasi
meyebabkan meningkatnya aliran cairan lymph yang mengandung antigen dan sel yang membawa
antigen masuk jaringan limfoid. Makrofag yang telah memfagosit bakteri mempunyai kemampuan
mengaktifkan sel-sel limfosit. Namun demikian, sel yang secara khusus didesain untuk
mempresentasikan antigen kepada sel T adalah sel dendritik, dan inilah awal dari terjadinya respon
imunitas adaptif.

Aktivasi APC Menginduksi Imunitas Adaptif .

Induksi imunitas adaptif dimulai ketika patogen dicerna oleh sel dendritik immature pada
jaringan yang terinfeksi. Sel fagosit ini tersebar pada berbagai macam jaringan dan mengalami
pembaharuan pada kecepatan yang sangat rendah. Sel dendritik sebagaimana makrofag berasal
dari prekursor dalam sumsum tulang, dan bermigrasi dari sumsum tulang menuju jaringan
periperal tempat berhentinya, pada tempat yang baru ini sel dendritik berperan untuk menjaga
lingkungannya dari serangan patogen. Sel dendritik yang telah memperoleh antigen akan segera
memasuki pembuluh limfa dam masuk lymph node. Pada lymph node sel dendritik akan
mengenalkan antigen yang dibawa kepada sel T naive.

Sel dendritik immature mempunyai reseptor pada permukaan sel yang mengenali sifat
umum patogen, misalnya dinding sel bakteri yang berupa proteoglikan. Sebagaimana yang terjadi
pada makrofag dan neutrofil, bakteri yang berikatan dengan reseptor sel dendritik akan ditelan
oleh sel tersebut dan didegradasi intraselluler. Sel dendritik immature secara terus menerus
mengambil material ekstraselluler, termasuk virus dan bakteri yang ada pada lingkungan itu
dengan mekanisme makropinositosis yang tidak tergantung reseptornya. Fungsi utama sel
dendritik sebenarnya bukan untuk menghancurkan patogen tetapi untuk membawa antigen dari
patogen itu pada organ limfoid periferal dan mempresentasikan antigen itu pada sel limfosit T.
Ketika sel dendritik menelan patogen pada jaringan yang terinfeksi, sel dendritik teraktivasi dan
bergerak menuju lymph node yang terdekat. Karena aktivasi itu sel dendritik mengalami
pemasakan menjadi sel APC yang sangat efektif dan berubah sifat menjadi sel yang mampu
mengaktifkan sel limfosit spesifik yang berada pada lymph node. Sel dendritik yang teraktivasi
mensekresi sitokin yang berpengaruh terhadap imunitas innate maupun adaptif.
Sel dendritik menginiasiasi imunitas adaptif. Sel dendritik belum masak yang terletak pada daerah luka
akan menangkap patogen dengan reseptor yang memediasi fagositosis, sedangkan antigennya akan
ditangkap dengan makropinositosis. Sel dendritik ini terstimuli dan bermigrasi ke lymph node terdekat
melalui pembuluh limfatik. Pada LN sel dendritik telah masak sempurna dan kehilangan kemampuan
sebagai sel fagosit. Pada LN, sel dendritik tertemu dan mengaktifkan sel T yang masuk LN melalui
pembuluh darah khusus yang disebut high endothelial venule (HEV). Sel endotel yang menyusun HEV
sangat spesifik berbentuk kuboid.

Limfosit Yang Teraktivasi Dapat Memediasi Respon Imunitas Adaptif

Sistem pertahanan imunitas innate efektif untuk melawan berbagai macam patogen.
Namun demikian sistem ini kerjanya juga terbatas karena mengandalkan reseptor yang terbentuk
selama proses perkembangannnya, sedangkan mikroorganisme dapat berubah melebihi kecepatan
host menyelaraskan sistem imun yang ada. Hal ini menjelaskan mengapa sistem imunitas innate
hanya dapat mengenali mikroorganisme yang membawa molekul yang umumnya sama untuk
semua jenis patogen yang secara evolusi kemampuan tersebut telah terpelihara. Imunitas innate
akan bekerja dengan cepat terhadap agen apapun yang masuk, termasuk mikroorganisme yang
mempunyai kecepatan berevolusi sangat tinggi selama reseptor nonspesifik dapat mengenalinya.

Sistem imunitas innate dapat mengenali struktur molekul yang berada pada patogen yang
umumnya tidak dimiliki host. Telah diketahui bahwa bakteri patogen dapat terus melakukan
perubahan struktur kapsul sehingga terhindar dari pengenalan sel-sel fagosit. Virus membawa
berbagai macam molekul yang secara umum berbeda dengan bakteri dan jarang dapat dikenali
langsung oleh makrofag. Namun demikian virus dan bakteri berkapsul dapat diambil oleh sel
dendritik dengan proses makropinositosis yang tidak tergantung pada reseptor, sehingga molekul
yang menunjukkan sifat sebagai penginfeksi bisa diketahui, dan sel dendritik teraktivasi akan
mempresentasikan antigen pada limfosit. Mekanisme pengenalan pada sistem imunitas adaptif
yang dilakukan oleh sel limfosit telah berevolusi untuk mengatasi keterbatasan imunitas innate.
Adanya evolusi itu memungkinkan terjadinya pengenalan terhadap diversitas antigen yang tak
terbatas, sehingga setiap antigen dapat menjadi target bagi limfosit yang spesifik.

Setiap sel limfosit yang masuk pada sirkulasi darah hanya memiliki satu macam reseptor
yang spesifik untuk satu macam antigen. Sifat spesifik limfosit ini terbentuk selama proses
perkembangan limfosit mulai pada sumsum tulang dan timus untuk membentuk varian gen yang
menyandi molekul reseptor limfosit. Karena setiap sel limfosit mempunyai reseptor yang
spesifikasinya berbeda satu dengan yang lain, maka setiap individu mempunyai berjuta-juta klon
sel limfosit, lymphocyte receptor repertoire. Clonal selection theory, sebenarnya telah berkembang
sejak tahun 1950. Pada saat itu Macfarlane Burnet beranggapan bahwa di dalam setiap individu
telah tersedia sel-sel yang mempunyai potensi menghasilkan antibodi yang berbeda-beda. Jika sel
tersebut mengikat antigen yang sesuai akan teraktivasi dan membelah menjadi progeni yang
identik, yang disebut klon. Sel yang teraktivasi itu sekarang dapat mensekresi antibodi yang sama,
dan mempunyai spesifikasi yang sama pula dengan reseptor yang pertama kali terstimuli.
AGAMA

Pada saat ini masih terjadi pro dan kontra mengenai penggunaan vaksin menurut islam,
tetapi berikut fatwa-fatwa Ulama Dunia, MUI dan Lembaga Organisa Islam di Indonesia

1. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah

Mufti Besar Kerajaan Arab Saudi ketua Lajnah Daimah dan Mantan Rektor
Universitas Islam Madinah

Ketika beliau ditanya ditanya tentang hal ini,

‫ما هو الحكم في التداوي قبل وقوع الداء كالتطعيم؟‬

“Apakah hukum berobat dengan imunisasi sebelum tertimpa musibah?”

Beliau menjawab,

‫ال بأس بالتداوي إذا خشي وقوع الداء لوجود وباء أو أسباب أخرى يخشى من وقوع الداء بسببها فال بأس بتعاطي‬
‫ « من تصبح بسبع تمرات‬:‫الدواء لدفع لبالء الذي يخشى منه لقول النبي صلى هللا عليه وسلم في الحديث الصحيح‬
‫) » وهذا من باب دفع البالء قبل وقوعه فهكذا إذا خشي من مرض‬1( ‫من تمر المدينة لم يضره سحر وال سم‬
‫ يعالج‬،‫ كما يعالج المرض النازل‬،‫وطعم ضد الوباء الواقع في البلد أو في أي كان ال بأس بذلك من باب الدفاع‬
.‫بالدواء المرض الذي يخشى منه‬

“La ba’sa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan
tertimpa penyakit karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak
masalah menggunakan obat untuk menolak atau menghindari wabah yang
dikhawatirkan.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits
shahih (yang artinya),“Barangsiapa makan tujuh butir kurma Madinah pada pagi
hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun”

Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika
dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan immunisasi untuk
melawan penyakit yang muncul di suatu tempat atau di mana saja, maka hal itu
tidak masalah, karena hal itu termasuk tindakan pencegahan. Sebagaimana
penyakit yang datang diobati, demikian juga penyakit yang dikhawatirkan
kemunculannya.
2. Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafidzahullah

Imam masjid dan khatib di Masjid Umar bin Abdul Aziz di kota al Khabar KSA
dan dosen ilmu-ilmu keagamaan

Dalam fatwa beliau mengenai imunisasi dan vaksin beliau menjawab. Rincian
bagian ketiga yang sesuai dengan pembahasan imunisasi dengan bahan yang
haram tetapi memberi manfaat yang lebih besar. syaikh berkata,

‫ ولكنها عولجت كيميائيّا ً أو أضيفت إليها مواد أخرى‬، ‫محرمة أو نجسة في أصلها‬ َّ ‫ ما كان منها مواد‬: ‫لقسم الثالث‬
. ‫ ويكون لها آثار نافعة‬، ” ‫ وهو ما يس َّمى ” االستحالة‬، ‫غيَّرت من اسمها ووصفها إلى مواد مباحة‬
‫وهذه اللقاحات يجوز تناولها ألن االستحالة التي غيَّرت اسم موادها ومواصفاتها قد غيَّرت حكمها فصارت مباحة‬
. ‫االستعمال‬

“rincian ketiga: vaksin yang terdapat didalamnya bahan yang haram atau najis
pada asalnya. Akan tetapi dalam proses kimia atau ketika ditambahkan bahan
yang lain yang mengubah nama dan sifatnya menjadi bahan yang mubah.
Proses ini dinamakan “istihalah”. Dan bahan [mubah ini] mempunyai efek yang
bermanfaat.

Vaksin jenis ini bisa digunakan karena “istihalah” mengubah nama bahan dan
sifatnya. Dan mengubah hukumnya menjadi mubah/boleh digunakan.”

3. Fatwa Majelis Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian [ ‫المجلس‬
‫]األوربي للبحوث واإلفتاء‬

Memutuskan dua hal:

‫ إن استعمال هذا الدواء السائل قد ثبتت فائدته طبيا وأنه يؤدي إلى تحصين األطفال ووقايتهم من الشلل بإذن‬:‫أوال‬
‫ وبناء على ذلك فاستعماله في المداواة والوقاية جائز لما يترتب‬،‫ كما أنه ال يوجد له بديل آخر إلى اآلن‬،‫هللا تعالى‬
‫ فأبواب الفقه واسعة في العفو عن النجاسات – على القول بنجاسة هذا‬،‫على منع استعماله من أضرار كبيرة‬
‫ كما أن هذه الحالة تدخل في باب الضرورات أو‬،‫السائل – وخاصة أن ه ذه النجاسة مستهلكة في المكاثرة والغسل‬
‫ وأن من المعلوم أن من أهم مقاصد الشريعة هو تحقيق المصالح‬،‫ زلة الضرورة‬-‫زل من‬-‫الحاجيات التي تن‬
‫والمنافع ودرء المفاسد والمضار‬.

‫ يوصي المجلس أئمة المسلمين ومسئولي مراكزهم أن ال يتشددوا في مثل هذه األمور االجتهادية التي تحقق‬:‫ثانيا‬
‫مصالح معتبرة ألبناء المسلمين ما دامت ال تتعارض مع النصوص القطعية‬

Pertama:

Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat
semacam itu dapat melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan
dengan izin Allah. Dan obat semacam ini (dari enzim babi) belum ada gantinya
hingga saat ini. Dengan menimbang hal ini, maka penggunaan obat semacam
itu dalam rangka berobat dan pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan alasan
karena mencegah bahaya (penyakit) yang lebih parah jika tidak
mengkonsumsinya. Dalam bab fikih, masalah ini ada sisi kelonggaran yaitu
tidak mengapa menggunakan yang najis (jika memang cairan tersebut dinilai
najis). Namun sebenarnya cairan najis tersebut telah mengalami istihlak
(melebur) karena bercampur dengan zat suci yang berjumlah banyak. Begitu
pula masalah ini masuk dalam hal darurat dan begitu primer yang dibutuhkan
untuk menghilangkan bahaya. Dan di antara tujuan syari’at adalah menggapai
maslahat dan manfaat serta menghilangkan mafsadat dan bahaya.

Kedua:

Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang


hendaklah posisi mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang
nampak ada maslahat bagi anak-anak kaum muslimin selama tidak
bertentangan dengan dalil yang definitif (qath’i).

B.Fatwa Lembaga dan Organisasi Islam di Indonesia

1. Fatwa MUI [Majelis Ulama Indonesia]

Fatwa MUI 4 Sya’ban 1431 H/16 Juli 2010 M [Fatwa Terbaru MUI]

Fatwa no. 06 tahun 2010 tentang: Penggunaan vaksin meningitis bagi jemaah
haji atau umrah

Menetapkan ketentuan hukum:

1. Vaksin MencevaxTM ACW135Y hukumnya haram


2. Vaksin Menveo meningococal dan vaksin meningococcal hukumnya halal
3. Vaksin yang boleh digunakan hanya vaksin yang halal
4. Ketentuan dalam fatwa MUI nomor 5 tahun 2009 yang menyatakan
bahwa bagi orang yang melaksanakan wajib haji atau umrah wajib, boleh
menggunakan vaksin meningitis haram karena Al-hajah [kebutuhan
mendesak] dinyatakan tidak berlaku lagi

2. Fatwa dari Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah

Pertanyaan dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Kesehatan dan Lingkungan


Hidup, tentang status hukum vaksin, khususnya untuk imunisasi polio yang
dicurigai memanfaatkan enzim dari babi.
Jawaban:

Sebagai kesimpulan, dapatlah dimengerti bahwa vaksinasi polio yang


memanfaatkan enzim tripsin dari babi hukumnya adalah mubah atau boleh,
sepanjang belum ditemukan vaksin lain yang bebas dari enzim itu. Sehubungan
dengan itu, kami menganjurkan kepada pihak-pihak yang berwenang dan
berkompeten agar melakukan penelitian-penelitian terkait dengan penggunaan
enzim dari binatang selain babi yang tidak diharamkan memakannya. Sehingga
suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang benar-benar bebas dari barang-
barang yang hukum asalnya adalah haram.

3. Fatwa LBM-NU [Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama] Indonesia

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama akan menindak lanjuti hasil sidang Lembaga
Bahtsul Matsail NU (LBM-NU). Kesimpulan sidang menyatakan secara umum
hukum vaksin meningitis suci dan boleh dipergunakan.

Menurut Katib Aam Suriah PBNU, Malik Madani, keputusan tersebut


merupakan kesimpulan di internal LBM-NU. Secara pasti, hasilnya akan segera
dibahas di kalangan suriah. ‘Tunggu hasilnya bisa disetujui dan bisa tidak,’ ujar
dia kepada Republika di Jakarta, Rabu (1/9)

Apapun hasilnya kelak, ungkap Malik, PBNU merekomendasikan ke pemerintah


agar melakukan vaksinasi kepada para jamaah haji dengan memakai vaksin
yang halal berdasarkan syari’i. Hal ini penting, agar jamaah haji mendapat rasa
nyaman dan kekhidmatan beribadah. Selain itu, masyarakat dihimbau tidak
terlalu resah dengan informasi apapun terkait vaksin meningitis yang belum
jelas.

Ketua LBM-NU, Zulfa Musthafa, mengemukakan berdasarkan informasi dan


pemaparan sejumlah pakar dalam sidang LBM-NU diketahui bahwa semua
produk vaksin meningitis pernah bersinggungan dengan enzim babi. Termasuk
produk yang dikeluarkan oleh Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i dan
Meningococcal Vaccine produksi Zheijiang Tianyuan Bior Pharmaceutical Co.
Ltd. Akan tetapi, secara kesuluruhan hasil akhir produk-produk tersebut dinilai
telah bersih dan suci.

Zulfa menuturkan, dalam pembahasannya, LBM-NU tidak terpaku pada produk


tertentu. Tetapi, pembahasan lebih menitik beratkan pada proses pembuatan
vaksin. Hasilnya, secara umum vaksin meningitis suci dan boleh dipergunakan.
”Dengan demikian, vaksin jenis Mancevax ACW135 Y, produksi Glaxo Smith
Kline (GSK), Beecham Pharmaceutical, Belgia pun bisa dinyatakan halal,”
tandas dia

https://muslim.or.id/19708-fatwa-para-ulama-ustadz-dan-ahli-medis-tentang-bolehnya-imunisasi.html

penulis dr. Raehanul Bahraen

Anda mungkin juga menyukai