Anda di halaman 1dari 5

PERTUSIS (AIR BORNE DISEASE )

1. Definisi

Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang


sangat menular, ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. Penyakit
saluran nafas ini disebabkan oleh Bordetella pertusis, nama lain penyakit
ini adalah tussis quirita, whooping coagh, batuk rejan. Istilah pertussis
(batuk kuat) pertama kali diperkenalkan oleh Sydenham pada tahun 1670.
dimana istilah ini lebih disukai dari “batuk rejan (whooping cough)”. Selain
itu sebutan untuk pertussis di Cina adalah “batuk 100 hari”.
Penyakit ini menimbulkan Serangan batuk panjang yang bertubi-tubi,
berakhir dengan inspirasi berbising dan juga dengan suara pernapasan dalam
bernada tinggi atau melengking.
Penyakit ini dapat ditemukan pada semua umur,mulai dari bayi
sampai dewasa. Dengan kemajuan perkembangan antibiotika dan program
imunisasi maka mortalitas dan morbilitas penyakit ini menurun, namun
demikian penyakit ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
bila mengenai bayi – bayi.

1
2. Tanda dan Gejala

Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7 hari hingga 21


hari usai bakteri Bordetella pertussis masuk dalam saluran pernapasan
seseorang.
Biasanya dimulai dengan gejala ISPA ringan seperti batuk, bersin dan
cairan hidung keluar terus menerus (pada stadium catarrhal) kemudian
sesudah 1 minggu sampai 2 minggu dilanjutkan dengan batuk yg terus
menerus namun diikuti masa dimana ada jeda batuk (stadium paroxysmal).
Batuk ini mungkin dapat diikuti dengan adanya muntah, hal ini disebabkan
rasa mual yg diderita, dan pada anak kecil dimana reflek fisiologis yg belum
terbentuk secara sempurna maka akan menimbulkan muntah, hal ini tidak
jarang membawa ke arah malnutrisi. Batuk ini dapat di picu oleh menguap,
tertawa atau berteriak, dan akan berkurang sesudah 1 sampai 2 bulan.
Komplikasi yg dapat mengikuti keadaan ini adalah pneumonia, encephalitis,
hipertensi pada paru, dan infeksi bakterial yg mengikuti.
Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, terutama pada bayi
dan anak kecil:
a. Tahap Pertama (masa gejala awal): munculnya gejala-gejala ringan
seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang
tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa bertahan
hingga dua minggu, dan di tahap inilah penderita berisiko menularkan
batuk rejan ke orang sekelilingnya.

2
b. Tahap Kedua (masa paroksismal): tahap ini ditandai dengan
meredanya semua gejala-gejala flu, namun batuk justru bertambah
parah, dan tak terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk keras terus
menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop).
Usai serangan batuk, penderita bisa mengalami muntah (umumnya
pada bayi dan anak-anak) serta tubuh mengalami kelelahan. Tahap ini
bisa berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih.
c. Tahap Ketiga (masa penyembuhan): tahap inilah tubuh penderita
mulai membaik, namun gejala batuk rejan tetap ada bahkan penderita
bisa batuk lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa bertahan hingga dua
bulan atau lebih tergantung dari pengobatan.

3. Patofisiologi

3
Bordella merupakan kokobasili gram negatif yang sangat kecil yang
tumbuh secara aerobik pada agar darah tepung atau media sintetik
keseluruhan dengan faktor pertumbuhan dengan faktor tikotinamid, asam
amino untuk energi dan arang atau resin siklodekstrin untuk menyerap
bahan-bahan berbahaya.
Bordella pertusis menghasilkan beberapa bahan aktif secara biologis,
banyak darinya dimaksudkan untuk memainkan peran dalam penyakit dan
imunitas. Pasca penambahan aerosol, hemaglutinin felamentosa (HAF),
beberapa aglutinogen (terutama FIM2 dan Fim3), dan protein permukaan
nonfibria 69kD yang disebut pertaktin (PRN) penting untuk perlekatan
terhadap sel epitel bersilia saluran pernafasan. Sitotoksin trakhea, adenilat
siklase, dan TP tampak menghambat pembersihan organisme. Sitotoksin
trakhea, faktor demonekrotik, dan adenilat siklase diterima secara dominan,
menyebabkan cedera epitel lokal yang menghasilkan gejala-gejala
pernapasan dan mempermudah penyerapan TP. TP terbukti mempunyai
banyak aktivitas biologis (misal, sensitivitas histamin, sekresi insulin,
disfungsi leukosit). Beberapa darinya merupakan manifestasi sistemik
penyakit. TP menyebabkan limfositisis segera pada binatang percobaan
dengan pengembalian limfosit agar tetap dalam sirkulasi darah. TP tampak
memainkan peran sentral tetapi bukan peran tunggal dalam patogenesis.

4
DAFTAR PUSTAKA

Smilerire. (2012). Pertusis air borne disease.


https://smilerire.wordpress.com/2012/05/25/pertusis-air-borne-disease/. Diakses
pada tanggal 24 Februari 2018.
Pediatri, Jurnal. (2016). Tanda dan gejala batuk rejan atau pertusi, whooping
cough pada anak.
https://jurnalpediatri.com/2016/12/28/tanda-dan-gejala-batuk-rejan-atau-pertusis-
whooping-cough-pada-anak/. Diakses pada tanggal 25 Februari 2018.
Septianraha. (2013). Kumpulan patofisiologi.
https://www.slideshare.net/septianraha/kumpulan-patofisiologi-27064679.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai