Anda di halaman 1dari 14

KONSEP GANGGUAN PSIKOLOGI PADA LANSIA

A. Definisi Psikologi Lansia


Pada dasarnya psikologi lansia termasuk dalam cabang ilmu psikologi
perkembangan. Psikologi perkembangan menurut Hurlock (1980) adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia sesuai dengan hakikat perkembangan
yang berlangsung sejak konsepsi sampai menutup usia. Hal yang sama juga di
ungkapkan oleh Papalia (2008) Psikologi perkembangan merupakan cabang
ilmu psikologi yang mempelajari tentang tahapan-tahapan kehidupan manusia
mulai dari masa remaja sampai dengan akhir dari kehidupan manusia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi lansia pada dasarnya adalah ilmu
yang mempelajari permasalahan-permasalahan psikologis,tingkah laku dan
kebiasaan yang terjadi ketika seseorang mencapai tahapan usia yang memasuki
kategori lanjut usia seperti yang telah dijelaskan pada definisi lansia diatas.

B. Permasalahan Psikologi Lansia


Permasalahan psikologis yang dialami oleh lansia pada umumnya antara
lain :
a. Kesepian, kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-anak
yang telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang membuat para
lansia merasa kesepian. Namun ada juga lansia yang memiliki aktivitas
sosial yang tinggi tidak merasa kesepian ketika ditinggal atau berada jauh
dengan orang yang dicintainya.
b. Duka cita, duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang
dapat menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia sehingga
memicu gangguan fisik dan kesehatannya. Depresi dikarenakan duka cita
biasanya bersifat self limiting
c. Depresi, beragam permasalahan hidup seperti kemiskinan, penyakit yang
tak kunjung membaik, kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa
merawatnya dapat menyebabkan depresi.
d. Kecemasan yang berlebihan, gangguan kecemasan biasanya terjadi karena
depresi, efek samping obat ataupun penghentian konnsumsi suatu obat.
e. Parafenia, merupakan suatu bentuk scizofenia yang berbentuk pada rasa
curiga yang berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang terisolasi atau
menarik diri dari kehidupan sosial.
f. Sindroma diganose, keadaan dimana seorang lansia menunjukan tingkah
atau prilaku yang mengganggu seperti bermain-main dengan urin atau
menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur.

C. Cara Menyikapi Perubahan Psikologi Lansia


Hal penting dalam menyikapi perubahan psikologi yang dialami lansia
adalah peran penting keluarga dalam membina kondisi psikisnya. Pada
umumnya lansia yang masih memiliki keluarga masih sangat beruntung karena
masih memiliki keluarga yang merawat dan memperhatikan dengan penuh
kesabaran. Namun, pada lansia yang sudah tidak punya pasangan hidup, anak-
anak atau kerabat dan ada pula yang memang memilih membujang sepanjang
hidupnya seringkali menjadi terlantar karena tidak ada yang merawatnya.
Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam membina psikis lansia yaitu :
a. Keluarga harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara dari
hati ke hati sehingga lansia tersebut tidak merasa kesepian dan
mengungkapkan segala keluh kesahnya.
b. Memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta
motivasi.
c. Memahami apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab
permasalahannya.
d. Keluarga harus dapat memberi penjelasan agar lansia tersebut menerima
perubahan dirinya dengan lapang dada dan dengan senang hati memasuki
tinkatan kehidupan yang baru.
e. Berusaha meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat dirinya
bermanfaat bagi orang lain.
f. Apabila lansia menghadapi masalah gangguan mental yang cukup
menggangu diharapkan segera dikonsultasikan kepada ahli.

D. Ciri Pasien Geriatri dan Psikogeriatri


Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan
Psikogeriatri, yaitu :
a. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya
usia.
b. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
c. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a)
Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain),
b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit
cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
d. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis)
sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi)
yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya
bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari
munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian
pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi


lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para
lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa
faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology),
misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang
sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda.
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu
keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha
untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual


Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung,
gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai
operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan
kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat
tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada
lansia
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4. Pasangan hidup telah meninggal.
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan
jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

c. Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat
tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara
seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-
marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe
ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah
orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya
seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental
setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu
dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada
yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua
dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-
masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing
individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan
diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup
lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk
mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak
dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah
bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan
yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan
memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya
memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta,
cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat
hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping
pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup
menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak
membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna,
menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia
yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care)
dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya
pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah
meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar.

E. Jenis-Jenis Masalah Psikologi Lansia


a. Demensia
1. Pengertian dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa dimensia
merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan
kemunduran intelektual hingga ketitik melemahkan fungsi sosial dan
pekerjaan. Liftiah (2009) mengemukakan bahwa demensia merupakan
gangguan kognitif, meliputi berkurangnya ingatan secara bertahap,
ketidakmampuan mempelajari informasi baru, kemampuan
berkomunikasi, berpendapat, dan koordinasi motorik. Sunberk,
Winebarge, dan Taplin (2007) mengemukakan bahwa demensia
merupakan gangguan kompeks yang mencakup beberapa entitas
penyakit yang khas. Dimensia ditandai dengan berkurangnya fungsi
kognitif sehingga mempengaruhi kegiatan sehari hari.

2. Penyebab demensia
Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007) mengemukakan bahwa
dimensia disebabkan oleh perubahan pada otak yang tidak dapat
dipulihkan meliputi penyakit dan kematian jaringan otak. Papalia dan
Feldman (2014) mengemukakan bahwa dimensia timbul disebabkan
oleh penyebab fisiologis. Penyebab fisiologis utama dimensia yaitu
penyakit alzheimer dan parkinson.

3. Gejala dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa simtom
utama penyakit demenisa yaitu kesulitan dalam mengingat banyak hal
dan peristiwa baru. Dimensia mengakibatkan penderitanya mengalami
kesulitan dalam memahami pemikiran abstrak, dan gangguan emosi
menjadi hal umum, termasuk simtom depresi, afek datar, dan ledakan
emosional secara berkala.
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa individu
yang menderita demensia memiliki kemungkinan gangguan pola bicara
yang membingungkan. Meskipun sistem motorik tetap berfungsi namun
penderita demensia mengalami kesulitan berbagai aktivitas motorik,
seperti mengosok gigi, melambaikan tangan, dan berpakaian. Davison,
Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen
penderita demensia mengalami delusi dan halusinasi.

b. Alzheimer
1. Pengertian alzheimer
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukan bahwa alzheimer
merupakan pengklasifikasian paling umum dari dimensia. Davison,
Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa alzheimer istilah untuk
rusaknya jaringan otak yang tidak dapat diperbaiki. Sunberk,
Winebarge, dan Taplin (2007) mengemukakan bahwa penyakit
alzheimer disebabkan oleh perubahan besar pada otak yaitu
pembentukan daerah yang mengeras pada bagian otak. Plak merupakan
bagian yang mengeras pada otak. Letak dari plak mempengaruhi gejala
yang muncul. Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa
penyakit alzheimer lebih umum terjadi pada perempuan. Papalia dan
Feldman (2014) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer secara
perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan kemampuan
penderitanya untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan pada akhirnya
menyebabkan kematian.

2. Gejala alzheimer
Papalia dan Feldman (2014) mengemukakan bahwa gejala klasik
dari alzheimer berupa kerusakan memori, kemunduran bahasa,
kekurangan dalam pemrosesan visual dan ruangan. Salah satu gejala
yang paling jelas adalah ketidakmampuan mengingat kejadian baru atau
memproses informasi baru. Gejala lain yang cenderung muncul diawal
penyakit yaitu gangguan kepribadian secara cepat menjadi kaku, apatis,
egosentris, dan kontrol emosi yang terganggu.
Papalia dan Feldman (2014) mengemukakan bahwa semakin banyak
gejala yang mengikuti seperti mudah tersinggung, cemas, depresi,
delusi, delirium, dan berkeliaran, mengakibatkan kerusakan pada
ingatan jangka panjang, penilaian, konsentrasi, dan orientasi serta
gangguan bicara. Individu yang mengalami alzheimer mengalami
kesulitan melakukan aktivitas rutin dikehidupan sehari-hari. Cummings
(Papalia dan Feldman, 2014) mengemukakan bahwa pada akhirnya
individu tidak bisa memahami atau menggunakan bahasa, tidak
mengenali anggota keluarga, tidak bisa makan tanpa bantuan, tidak bisa
mengatur kapan buang air, dan kehikangan kemampuan untuk berjalan,
duduk dan menelan makanan padat. Kematian biasanya datang sekitar 8
samapai 10 tahun setelah gejala muncul.

3. Penyebab alzheimer
Papalia dan Feldman (2014) mengemukakan bahwa penyebab
utama perkembangan penyakit alzheimer yaitu kekusustan neurofibriler
(massa neuron mati yang terpelintir) dan sejumlah lilin plak amiloid
(jaringan yang tidak berfungsi). Otak manusia tidak dapat
membersihkan plak karena plak tersebut tidak dapat larut. Lama
kelamaan jaringan tersebut akan mengeras / membaur dan
menghancurkan neuron disekitarnya.

c. Gangguan anxitas
1. Pengertian anxietas
Liftiah (2009) mengemukakan bahwa anxietas merupakan perasaan
khawatir yang tidak nyata, tidak masuk akal, tidak sesuai, yang
berlangsung intens, atas dasar prinsip yang terjadi dan nyata. Davidson
dan Neale (Liftiah, 2009) mengemukakan bahwa anxietas juga dapat
diartikan sebagai kondisi mood yang negatif yang ditandai dengan
simtom simptom tubuh, ketegangan fisik, dan keakutan terhadap
kejadian yang akan datang.

2. Penyebab anxietas
Anxietas pada individu berusia lansia merupakan kecemasan yang
umumnya khawatir pada munculnya berbagai macam penyakit dan
mengalami kelemahan fisik dan khawatir tidak mampu berperan penting
sehingga akan tersingkir dari kehidupan sosial. Davison, Neale, dan
Kring (2014) mengemukakan bahwa masalah kecemasan lansia sering
kali dihubungkan dengan penyakit medis.orang orang yang mengidap
demensia seperti alzheimer mungkin mencerminkan kecemasan yang
timbul akibat kebingungan dan frustasi saat mereka tidak mampu
melakukan hal yang tampak kecil seperti memakai jaket.

d. Parkinson
Santrock (2012) mengemukakan bahwa parkinson merupakan penyakit
kronis dan progresif yang ditandai oleh gemetar pada otot, gerakan yang
melambat, kelumpuhan sebagian wajah. Papalia dan Feldman (2014)
mengemukakan parkinson merupakan penyakit yang melibatkan degenerasi
neurologis yang progresif, ditandai dengan tremor, kekakuan, pergerakan
lambat dan postur tubuh yang tidak stabil.
Penyakit parkinson ditangani dengan memberikan obat yang
meningkatkan dopamin kepada penderita yang berada ditahap awal
penyakit, dan L-dopa, yang dapat diubah menjadi dopamin oleh otak.
Penanganan lainnya yaitu dengan menstimulasi otak secara mendalam yang
mencakup implantasi elektroda di dalam otak. Elektroda tersebut di
stimulasi oleh alat yang mirip alat pacu jantung (Santrock, 2012)

e. Delirium
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa delirium
merupakan penggambaran untuk kondisi kaburnya kesadarana. Individu
yang menderita delirium kadang secara mendadak mengalami kesulitan
untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu
mempertahankan alur pemikiran yang teratur dan terarah. Liftiah (2009)
mengemukakan bahwa delirium merupakan keadaan kebingungan mental
yang mengakibatkan penderitanya sulit berkonsentrasi dan berbicara secara
jelas dan masuk akal.
Individu yang menderita deirium tidak mungkin dapat terlibat dalam
percakapan karena perhatian mereka yang tidak dapat terfokus pada satu hal
dan pikirannya terpecah-pecah. Pada kondisi parah, cara berbicara menjadi
parah dan tidak karuan. Delisah dan bingung, penderita delirium dapat
mengalami disorientasi waktu, tempat, dan kadang diri yaitu mereka tidak
dapat mengetahui dengan pasti hari apa sekarang dan dimana mereka
sekarang (Davison, Neale, dan Kring, 2014). Penderita delirium sering
mengalami gangguan perseptual dengan menganggap bedara dalam rumah
bukan dalam rumah sakit. Halusinasi umum terjadi, namun delusi tidak
selalu terjadi dan cenderung berubah ubah, tidak terlalu nyata, dan singkat.

f. Hipokonriasis
Siegler dan Costa (Davison, Neale, dan Kring, 2014) mengemukakan
bahwa secara luas hipokondriasis sangat umum terjadi dalam populasi
lansia. Lansia dapat mengalami berbagai macam masalah fisik, diantaranya
sakit pada kaki dan punggung, pencernaan yang buruk, sembelit, sesak
napas dan keinginan yang amat sangat.secara kelompok para lansia
cenderung kurang melaporkan simpom somatik yang ia derita, sekali lagi
mungkin karena permasalahan kekhawatiran.
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa para ahli
klinis setuju bahwa secara umum tidak ada gunanya meyakinkan orang yang
bersangkutan bahwa ia sehat karena orang tersebut tidak peduli dengan hasil
tes laboratorium yang negatif atau pendapat otoritatif dari berbagai sumber
resmi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajaknya
berjalanmjalan dan membantunya mengalihkan pikirnnya dari rasa sakit.
Pengalihan aktivitas dapat membuat para individu bekerja lebih baik
terlepas dari penyakitnya dan lebih memperoleh kepuasan.

g. Gangguan tidur
Davison, Neale, dan Kring (2014) mengemukakan bahwa insomnia
merupakan gangguan yang umum terjadi pada lansia. Miles dan Dement
(Davison, Neale, dan Kring, 2014) mengemukakan bahwa masalah tidur
yang paling sering dialami oleh lansia adaah sering terjaga pada malam hari,
sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tidur, dan rasa lelah yang amat
sangat di siang hari. Waktu tidur lansia agak singkat dan sering terputus
secara spontan. Selain itu lansia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
dapat tertidur setelah mereka terbangun.
Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh penyakit, obat-obatan,
kafein, stres, kecemasan, depresi, kurang beraktivitas, dan kebiasaan tidur
yang buruk. Prinz dan Raskin (Davison, Neale, dan Kring, 2014)
mengemukakan bahwa rasa sakit terutama arthritis merupakan penyebab
utama gangguan tidur pada lansia. Penanganan insomnia pada lansia dapat
melalui pemberian obat obatan, namun obat-obatan juga memiliki efek
samping berupa ketergantungan. Davison, Neale, dan Kring (2014)
mengemukakan bahwa penggunaan obat tidur secara terus menerus dapat
mengakibatkan berkurangnya kefektifitasan obat dan bahkan
mengakibatkan tidur cenderung terputus putus dan terganggunya tidur
dalam kondisi REM.

DAPUS

Davison, G. C., Neale, J. M., Kring A. M. (2014). Psikologi abnormal (9th ed.).
Depok: Kharisma Putra Utama.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. (5th ed.). Erlanga: Jakarta.

Litfiah (2009). Psikologi abnormal. Semarang: Widya Karya.

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan masa hidup. Indonesia: PT Gelora Aksara


Pratama
Sunberk, N. D., Winebarge, A. A., Taplin, J. R. (2007). Psikologi klinis (4th ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai