Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN

ANALISIS POSISI PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN JENDELA PELANGGAN


(Nursing Care Improvement Strategy Based on Nurses Caring
Behavior Position Analysis with Customer Window)

Widiharti*, Sunaryo**, Purwaningsih***


* STIKES Insan Unggul Surabaya, Jl. Raya Kletek No. 4 Taman Sidoarjo
E-mail: Ibundae_naufal@yahoo.com
** Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
*** Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

ABSTRACT
Introduction: In this era of globalization and free market, demand from the society for adequate
health care is increasing and encouraging hospitals to provide the best services. Better services
require continuous and perfect planning in service quality improvement. The goal of this study was
to find the development strategy to improve the quality of nursing care based on analysis of nurses
caring behaviors position using customer window. Method: This study used 30 samples to assess
input, proses and output. Research site was in Bhakti Rahayu hospital Surabaya for 1 month. Research
instrument was questionnaire. Research data was used to determine optimum strategy of operational
research approach using a simple dynamic program. Result: The result showed that the optimum
strategy throught the line of affordable cuost – good fasilities – sufficient caring behavior – sufficient
administrative – sufficient infrastructure – reliable human resources had the greates value of 70.
Discussion: it can be cancluded that not all ideal line have a high value.

Keywords: strategy, caring behavior, quality of service

PENDAHULUAN in Healthcare merupakan salah satu pendekatan


Era globalisasi dan pasar bebas tuntutan atau upaya yang sangat penting serta mendasar
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan kepada
yang mamadai semakin meningkat dan pasien. Harapan pelanggan dari waktu ke
memacu Rumah Sakit (RS) untuk memberikan waktu berkembang, seiring dengan semakin
layanan terbaik agar tidak di marginalkan banyaknya informasi yang diterima pelanggan
oleh masyarakat. Persaingan di bidang serta semakin berkembangnya pengalaman
perumahsakitan semakin tajam, bukan hanya pelanggan, semua ini akan berpengaruh
dalam jumlah, tapi juga agresifitas rumah terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan
sakit pesaing yang menerapkan strategi secara pelanggan. Mutu layanan kesehatan sangat di
kreatif dan efektif dengan maksud menciptakan pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya
keunggulan kompetitif agar bertahan dalam adalah perilaku petugas kesehatan, kadang
persaingan. Dalam kondisi persaingan yang mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan
ketat hal utama yang perlu diprioritaskan oleh manusia tanpa di sadari dapat berubah
oleh rumah sakit adalah bagimana strategi menjadi kurang bermutu karena faktor emosi
peningkatan mutu pelayanan terhadap petugas.
pelanggan. Pelayanan yang diberikan agar lebih Penilaian mutu pelayanan ada delapan
baik perlu adanya perencanaan strategi yang dimensi yaitu: Kompetensi Teknik (Technical
baik dalam meningkatkan mutu palayanan yang Competence), Akses terhadap pelayanan
berkesinambungan dan paripurna. Jaminan (Access to Service), Efektivitas (Effectiveness),
mutu layanan kesehatan atau Quality Assurance Efisiensi (Efficiency), Kontinuitas (Continuity),

21
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 21–30

Keamanan (Safety), Hubungan antar manusia tanggung jawab. Teori Swanson berguna dalam
(Interpersonal Relations), dan Kenyamanan memberikan petunjuk bagaimana membangun
(Amenities). Mutu pelayanan sebuah Rumah strategi caring yang berguna dan efektif (Perry
Sakit (RS) mempunyai angka-angka standar dan Poter, 2009).
yang dibandingkan dengan standar nasional. Strategi dihubungkan dengan pilihan
Jika tidak mempunyai standar nasional maka suatu kegiatan yang dimaksud untuk
menggunakan standar pihak manajemen RS mencapai tujuan yang ditentukan dalam
(Muninjaya, 2004). Tim mutu RS Bhakti Rahayu situasi tertentu (Wijono, 1999). Manajemen
menyepakati bahwa standar mutu kepuasan strategi adalah suatu proses yang digunakan
pasien terhadap pelayanan keperawatan adalah oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan
90–100%. Namun hasil evaluasi 2 (dua) dan mengimplementasikan strategi dalam
tahun terakhir menunjukkan rata-rata tingkat penyediaan customer value untuk mewujudkan
kepuasan baik mencapai 50%. visi organisasi. Manajemen strategi merupakan
Perbandingan standar nilai yang telah suatu proses. Manajemen strategi mencakup
ditetapkan rata-rata pencapaian nilai mutu dua proses utama yaitu perumusan strategi
pelayanan masih kurang baik, hal ini di duga dan pengimplementasian strategi (Mulyadi,
karena SDM yang turn over tinggi sehingga 2005).
perlu beradaptasi lagi dengan lingkungan Perumusan strategi eksternal yang
RS yang dapat menyebabkan perilaku caring ada di RS Bhakti Rahayu sejak tahun 2000
perawat dan keterampilan perawat masih sampai dengan saat ini menggunakan market
kurang. development strategy yang bertujuan untuk
Keperawatan sebagai profesi dan memperbesar pangsa pasar ke berbagai
perawat sebagai tenaga profesional yang daerah, untuk mencapai rencana strategi yang
bertanggung jawab meningkatkan kesehatan dilakukan oleh RS Bhakti Rahayu dengan cara
dengan kompetensi dan kewenangan yang home care, bakti sosial, layanan antar jemput
dimiliki sehingga mutu pelayanan keperawatan dan poli pengobatan. Hasil yang telah dicapai
dapat dicapai dan ditingkatkan. Perilaku dengan strategi eksternal sudah berhasil.
caring perawat merupakan salah satu faktor Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya balai
yang memengaruhi pelayanan keperawatan pengobatan, banyaknya pasien rujukan dari
(Wijayana, 2008), karena dalam caring daerah dan meningkatnya jumlah pasien.
mencakup hubungan antar manusia yang dapat Untuk mempertahankan pencapaian strategi
memengaruhi mutu pelayanan. Perilaku caring eksternal perlu diimbangi dengan strategi
sebagai bentuk dasar dari praktik keperawatan internal. Perumusan strategi internal yang
yang membantu klien untuk pulih dari sakitnya sudah dilakukan oleh RS yaitu sosialisasi
(Potter dan Perry, 2009). Menurut Tommey visi, misi RS dan pemahaman profesi. Visi
dan Alligood (2006), caring adalah teknik RS Bhakti Rahayu “We Care and We Serve”
perawatan dalam keterkaitan nilai dengan untuk mencapai visi RS. Oleh karena itu untuk
perasaan seseorang terhadap commitment dan meningkatkan dan mencapai visi RS perlu

Tabel 1. Hasil penilaian tim mutu tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tahun
2009 dan 2010 di RS Bhakti Rahayu Surabaya.
Nilai Standar RS
Hasil penilaian
No Tahun Komponen Mutu yang dinilai Bhakti Rahayu
Kepuasan baik
(%)
1 2009 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan 53% 90–100
keperawatan
2 2010 Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan 50% 90–100
keperawatan

22
Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan (Widiharti)

penyusunan strategi dalam peningkatan mutu ini menggunakan program dinamik sederhana,
pelayanan keperawatan yang lebih difokuskan sehingga dapat dilakukan terhadap proses
pada perilaku caring perawat. berlangsungnya suatu kegiatan yang dilakukan
Analisis posisi perilaku caring perawat oleh organisasi/ Rumah Sakit untuk mencapai
dengan menggunakan jendela pelanggan hasil atau output yang paling baik dengan
(customer window). Menurut Lynne Miller menggunakan input yang dalam praktiknya
Franco et al., jendela pelanggan adalah alat serba terbatas dalam serba keterbatasan
untuk mendapatkan feedback dari pasien itulah yang dicapai suatu pemecahan yang
tentang pelayanan yang mereka dapatkan. optimum.
Alat ini berbeda dengan survei, di mana survei Besar sampel pada penelitian ini adalah
ini menanyakan pada pasien tentang produk 30 responden, semua pasien post operasi SC
atau kinerja pelayanan berdasarkan ide-ide yang menjalani perawatan di ruang rawat inap
pembuat survei tentang apa yang diinginkan lantai 2 Rumah Sakit Bhakti Rahayu dan telah
dan dibutuhkan pasien, sedangkan jendela mendapatkan pelayanan keperawatan. Sampel
pelanggan menyampaikan pertanyaan dalam ditentukan kriteria Inklusi, yaitu Pasien yang
istilah yang amat luas, memberi kesempatan telah mendapatkan pelayanan keperawatan di
pada pasien untuk mengutarakan apa yang ruangan sebelum KRS (Keluar Rumah Sakit),
mereka butuhkan, harapkan, sukai dan yang Pasien tanpa disertai penyakit lain.
tidak mereka sukai (Wijono, 1999). Hal ini Variabel intervensi pada penelitian ini
yang mendasari untuk melakukan peningkatan adalah peningkatan mutu pelayanan dengan
mutu pelayanan keperawatan berdasarkan melihat posisi perilaku caring perawat dengan
perilaku caring perawat di RS Bhakti Rahayu jendela pelanggan dan Pengembangan strategi
Surabaya. peningkatan mutu pelayanan sedangkan
Masalah dalam penelitian ini adalah Variabel output dalam penelitian ini adalah
tingkat kepuasan pasien yang baik di RS Bhakti mutu pelayanan keperawatan dan perilaku
Rahayu Surabaya terhadap mutu pelayanan caring perawat.
keperawatan yaitu sebesar 50%. Perumusan Instrumen yang digunakan dalam
strategi eksternal yang digunakan; market penelitian ini adalah kuesioner perilaku caring
development strategy sudah berhasil, untuk perawat dengan menggunakan modifikasi
mempertahankan perlu diimbangi dengan care profesional scale dan caring demention
pengembangan internal untuk meningkatkan inventory dengan menggunakan rating scale,
mutu pelayanan keperawatan berdasarkan hasil tingkat kepuasan pasien, input, proses dan
analisis perilaku caring perawat. output.
Mengembangkan strategi peningkatan Data tersebut kemudian ditabulasi
mutu pelayanan keperawatan berdasarkan dan dianalisis dengan menggunakan jendela
analisis posisi perilaku caring perawat dengan pelanggan untuk perilaku caring perawat,
menggunakan jendela pelanggan (customer sedangkan untuk penentuan pengembangan
window) di RS Bhakti Rahayu Surabaya. strategi menggunakan riset operasional
dengan menggunakan program dinamik.
Cara pengghitungan pada program dinamik
BAHAN DAN METODE
mengunakan pertambahan tidak menggunakan
Jenis penelitian yang digunakan perkalian karena jumlah responden kurang
adalah penelitian dengan model pendekatan dari 100 sehingga tidak bisa menggunakan
operasional research system analysis (ORSA). probabilitas.
Riset Operasional ialah riset dengan penerapan
metode ilmiah melalui suatu sistem secara
HASIL
terpadu untuk memecahkan permasalahan yang
timbul dalam kegiatan operasional suatu sistem Secara keseluruhan posisi perilaku
organisasi agar diperoleh pemecahan yang caring perawat sebagian besar pada Bravo
optimal (Supranto J, 2006). Pada penelitian 57,4%, bagian kecil pada Don’t Worry Be

23
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 21–30

Happy yaitu 3,1%. 5.2. Hasil penilaian mutu distribusi masing-masing tahap dapat dirinci
didapatkan nilai BOR pada bulan April 55,6% sebagai berikut: pada tahap input nilai SDM
sedangkan pada bulan Mei terjadi penurunan menunjukkan pasien yang mengatakan SDM
BOR menjadi 54,7%. Hal ini belum bisa di RS Bhakti Rahayu yang mengatakan kurang
dikatakan bahwa pengelolaan RS masih belum tidak ada, cukup 20 pasien, baik 10 pasien.
optimal karena hanya 2 bulan saja, BOR Nilai sarana prasarana yang mengatakan kurang
lebih baik dinilai dalam 1 tahun sehingga bisa 4 pasien, cukup 19 pasien dan baik 7 pasien.
dikatakan efisiensinya RS. Nilai LOS pada Nilai untuk administrasi yang mengatakan
bulan April 4,5 hari sedangkan pada bulan kurang 1 pasien, cukup 10 pasien, baik
Mei terjadi penurunan LOS menjadi 4,2. Hal 19 pasien. Pada tahap proses nilai perilaku
ini sudah bisa dikatakan bahwa pelayanan caring yang mengatakan kurang 1 pasien,
perawatan di RS Bhakti Rahayu Lantai 2 sudah cukup 21 pasien dan baik 8 pasien. Nilai
baik. Tingkat kepuasan responden sebagian fasilitas pada tahap proses tidak yang menilai
besar baik yaitu 22 responden (73,3%). Hal ini kurang cukup 14 pasien dan baik 16 pasien,
menunjukkan bahwa nilai mutu dari pandangan sedangkan nilai biaya tidak ada yang menilai
pelanggan sudah baik. kurang, cukup 10 pasien dan baik 20 pasien.
Hasil penilaian dari segi pasien mulai Dari hasil gambar 2 sebagian besar memiliki
dari tahap input (SDM, sarana prasarana, nilai cukup yaitu mulai tahap input, proses dan
administrasi), proses (perilaku caring, fasilitas, output. Hal ini menunjukkan bahwa mulai dari
biaya) dan output (tingkat kepuasan pasien). input, proses dan output perlu perhatian dari
Penilaian ini dari kuesioner yang menggunakan manajer rumah sakit.
skala rating dari kurang (0–3) cukup (4–
6) dan baik (7–10) setelah data diperoleh
PEMBAHASAN
didistribusikan ke masing-masing tahapan
dan kriteria (kurang, cukup, baik). Penilaian Hasil penelitian dengan menggunakan
menggunakan skor akan mengurangi perbedaan kuisioner penilaian dan harapan pasien
persepsi. Persepsi satu pasien yang mengatakan dengan menggunakan jendela pelanggan dari
cukup dengan persepsi pasien yang lain tentu 26 komponen item pertanyaan dari kuisioner
berbeda meskipun sama-sama cukup dengan gabungan teori CDI dengan CPS untuk perilaku
menggunakan skor maka maksud cukup akan caring perawat yang ada pada posisi attention
menjadi lebih pasti dan akan mengurangi yaitu: Membantu klien dalam ADL (mandi,
perbedaan persepsi selain itu pasien dapat BAK, BAB, pindah posisi, makan, minum dan
menilai sesuai dengan kriterianya. Dari hasil berjalan). Hal ini menunjukkan apa yang telah

Pelanggan menginginkannya
Attention Bravo
Pelanggan tidak memperoleh

Pelanggan memperoleh

26,3% 57,4%
Harapan

Don’t Worry Be Happy Cut or Communicate

3,1% 13,2%

Pelanggan tidak menginginkannya


Penilaian
Gambar 1. Analisis perilaku caring perawat berdasarkan jendela pelanggan

24
Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan (Widiharti)

didapatkan pasien dengan harapannya tidak tetapi tidak dapat dilakukan dengan optimal
sesuai. Pemenuhan ADL pada ruang rawat oleh perawat karena jumlah perawat tiap shift
inap lantai 2 dilakukan oleh perawat terutama 3 orang dengan rata-rata jumlah pasien 30
pada pasien pascaoperasi sectio caesaria akan orang sehingga perawat dalam melakukan

A B C
SDM 0 20 10
Keterangan:
A : Kurang
B : Cukup
C : Baik
Input : SDM, Sarana
Prasarana,
Sarana Prasarana 4 19 7
Administrasi
Proses: Perilaku
Caring,
Fasilitas,
Biaya
Output: Kepuasan
Administrasi pasien
1 10 19

Perilaku Caring 1 21 8

Fasilitas 0 14 16

Biaya 1 10 19

0 8
Kepuasan Pasien 22

Gambar 2. Distribusi input, proses, dan output pengembangan strategi peningkatan mutu pelayanan
keperawatan yang sesuai RS Bhakti Rahayu Surabaya

25
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 21–30

A B c
SDM 2 1
Keterangan:
0 3
K
A : Kurang
0 15 A
B : Cukup
0 3
B
C : Baik
C
6 → : Jalur Ideal
Î : Jalur Optimum

Sarana Prasarana 67 42
1 4 0
0
14
2 4
1
4

Administrasi 53
0 1 3 0 38

0 16
1 4

Perilaku Caring 37
29

0 0 0
12
9
0 1
4 4

Fasilitas 25
0 0 9 0
0 5
6
10
0

7 0
Biaya 0 0

4
0 0 4 15

Kepuasan Pasien

Gambar 3. Pengembangan Strategi dengan Program Dinamik

26
Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan (Widiharti)

ADL membuat prioritas yaitu pasien yang antara perawat-pasien yaitu rasa percaya,
pascaoprasi sectio caesaria dengan kriteria: empati dan caring.
belum flatus, masih terpasang infus dan belum To m m e y d a n A l l i g o o d ( 2 0 0 6 )
melakukan mobilisasi duduk dan jalan. mempelajari tentang klien dan profesi layanan
Perilaku caring perawat masih dalam usahanya untuk membuat teori tentang
membutuhkan perhatian dengan baik sehingga caring dalam praktik keperawatan. Caring
mutu pelayanan lebih dapat di tingkatkan lagi. adalah teknik perawatan dalam keterkaitan
Upaya yang sudah dilakukan Rumah Sakit nilai dengan perasaan seseorang terhadap
Bhakti Rahayu oleh HRD dan Pelayanan commitment dan tanggung jawab. Menurut
Medik yaitu membuat program peningkatan Linberg (1990), caring tidak hanya sekedar
kualitas SDM dengan mengadakan seminar memberikan tindakan keperawatan seperti
sehari misalnya seminar tentang penanganan menyiapkan tempat tidur ataupun memberikan
kegawatdaruratan dan sudah terencana minimal perawatan secara rutin. Caring yang sebenarnya
6 bulan sekali. Masalah yang ada di ruang rawat adalah sikap dasar pengasuhan, membantu
inap lantai 2 dari hasil penelitian ini penilaian memelihara orang lain. Linberg (1990) juga
perilaku caring perawat dari kuisioner penilaian menyatakan bahwa untuk merawat orang lain
perilaku caring yang menggunakan rating dibutuhkan suatu perasaan yang mendalam
(kurang, cukup dan baik) menunjukkan pada untuk menumbuhkan aktualisasi dirinya.
nilai cukup sebanyak 21 pasien. Komponen yang Pada umumnya BOR diambil dalam
ada pada perilaku caring yang membutuhkan kurun waktu satu tahun sebagai target
perhatian pada pemenuhan Activity Daily dari standar nilai Departemen Kesehatan.
Living (ADL) di mana setiap pasien berharap Hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi
untuk mendapatkan bantuan pelayanan dalam ketidakseimbangan faktor lingkungan yang
hal makan, mandi dan mobilisasi. Sebagian berbeda setiap bulannya yang memengaruhi
besar pasien dirawat inap lantai 2 pasien post banyaknya jumlah pasien yang dirawat
partum dengan SC yang membutuhkan bantuan perbulan, salah satu faktor lingkungan seperti
dalam pemenuhan ADL nya selama pasien perubahan cuaca atau musim. Suatu pengelolaan
belum mampu untuk melakukan sendiri. rumah sakit dikatakan efektif jika rumah sakit
Penelitian yang dilakukan Witri, Tuti, mendapat keuntungan suatu rumah sakit. Tetapi
dan Anastasi (2006) membuktikan bahwa nilai BOR mempunyai standar nilai yang dapat
perawat mengetahui komponen kebutuhan mengatakan efisiensi pengelolaan rumah sakit
dasar manusia. Namun demikian dalam sudah efisien yaitu jika pengelolaan rumah
pemenuhannya selama ini perawat hanya sakit menggunakan sumber daya sekecil-
berpikir kondisi pasien dari apa yang kecilnya yaitu yang dimaksud dengan sumber
dilihat saja. Pelayanan keperawatan yang daya disini dapat berupa jumlah tempat tidur
diberikan kepada pasien menimbulkan adanya maupun jumlah tenaga medis. Jadi suatu rumah
interaksi antara perawat dan pasien. Kozier sakit yang efektif belum berarti rumah sakit
et al. (2004) mengatakan bahwa hubungan tersebut sudah dikelola efisien, dan begitu juga
perawat-pasien menjadi inti dalam pemberian juga sebaliknya. Persentasi BOR 60–85% per
asuhan keperawatan, karena keberhasilan tahun merupakan standar nilai dari Departemen
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan Kesehatan Republik Indonesia, apabila rata-
pasien sangat dipengaruhi oleh hubungan rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah
perawat-pasien. Oleh karena metode pemberian 60% berarti tempat tidur yang tersedia di rumah
asuhan keperawatan harus memfasilitasi sakit sebelum dapat dimanfaatkan sebagaimana
efektifnya hubungan tersebut. Konsep yang mestinya dan apabila lebih dari 85% maka
mendasar hubungan perawat-pasien adalah hal itu akan mengakibatkan tempat tidur yang
hubungan saling percaya, empati, caring, seharusnya bisa digunakan untuk kejadian
otonomi dan mutualisme. Pelaksanaannya luar biasa akan terisi penuh sehingga rumah
harus tetap memperhatikan kualitas hubungan sakit tidak akan mampu menampung pasien

27
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 21–30

yang akan dirawat dengan kejadian luar biasa yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini
tersebut. Selain itu juga untuk menghindari memberikan informasi terhadap suksesnya
ketidakadaannya waktu untuk pembersihan pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan
kamar pasien yang dirawat karena hampir harapan pasien yang mempunyai wewenang
semua tempat tidur per harinya lebih dari diri sendiri untuk menetapkan standar mutu
85% sehingga dapat menyebabkan terjadinya pelayanan yang dikehendaki.
peningkatan infeksi nasokomial. RSU Bhakti Rahayu telah memberikan
L O S m e n u r u t H u ff m a n ( 1 9 9 4 ) pelayanan yang cukup berkualitas sehingga
adalah “The average hospitalization stay of sebagian besar dari pasien mengatakan puas
inpatient discharged during the period under terhadap pelayanan yang mereka berikan. Pihak
consideration”. LOS menurut Departemen RS perlu mengevaluasi lagi karena masih ada
Kesehatan Republik Indonesia (2005) adalah sebagian kecil pasien yang merasa kurang
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator tingkat kepuasannya terhadap pelayanan yang
ini di samping memberikan gambaran tingkat mereka berikan.Hasil perhitungan pendekatan
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran program dinamik untuk mendapatkan kepuasan
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada yang baik dengan melalui tahap-tahap yang
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang ada (input, proses dan output). Pada penelitian
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara ini tidak menggunakan nilai probabilitas
umum nilai LOS yang ideal antara 6–9 hari hal ini dikarenakan jumlah responden yang
(Departemen Kesehatan, 2005). sedikit sedangkan untuk menggunakan nilai
Rata-rata hari rawat pasien post partum probobalitas minimal jumlah responden
4,2 hari. Hal ini disebabkan karena mayoritas 100. Maka pada penelitian menggunakan
pasien datang untuk menjalani operasi SC penjumlahan tidak menggunakan perkalian.
sehingga masa perawatan relatif pendek. Metode operasional riset pada penelitian ini
Penilaian BOR dan LOS yang ada di RS menggunakan pendekatan program dinamik
Bhakti Rahayu tidak dilakukan secara rutin yang sederhana untuk menentukan jalur
tiap tahunnya sehingga tidak diketahui tingkat kemungkinan yang dapat digunakan dalam
efektif dan efisiensinya. Selain itu indikator menentukan strategi melalui program dinamik
mutu yang lainnya seperti penilaian infeksi akan didapatkan 3 6 jalur alternatif tetapi
nasokomial, kejadiaan dekubitus dan pasien pada penelitian manajer mengharapkan pada
jatuh belum terdokumen. tingkat kepuasan baik sehingga jalur yang
Ti n g k a t k e p u a s a n p a s i e n y a n g diperhitungkan pada jalur yang melalui tingkat
mengatakan kepuasan baik sebanyak 22 kepuasan baik saja. Pada jalur ideal yang
responden, dan yang kepuasan cukup sebanyak seharusnya untuk mendapat tingkat kepuasan
8 orang dan tidak ada responden yang tidak baik melalui biaya baik – fasilitas baik
mengatakan tidak puas. Hal ini sangatlah – perilaku caring baik – administrasi baik –
mungkin terjadi, karena terdapat berbagai sarana prasarana baik – SDM baik. Namun
faktor yang dapat memengaruhi kepuasan dalam penelitian ini nilai jalur ideal hanya 48
mereka. Maka untuk itu sangatlah penting bagi sedangkan pada jalur optimum yang melalui
sebuah rumah sakit untuk menganalisa tingkat biaya baik – fasilitas baik – perilaku caring
kepuasan pasien mereka. Mengukur tingkat cukup – administrasi cukup – sarana prasarana
kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat cukup – SDM baik memiliki nilai yang paling
untuk evaluasi kualitas pelayanan, evaluasi besar yaitu 70.
terhap konsultasi intervensi dan hubungan Hal ini menunjukkan bahwa untuk
antara perilaku sehat dan sakit, membuat mendapatkan kepuasan yang baik tidak harus
keputusan administrasi, evaluasi efek perubahan semua tahapan baik. sesuai dengan penelitian
organisasi pelayanan, administrasi staf, fungsi yang dilakukan Morison dan Hariadi S
pemasaran, formasi etik profesional. Kepuasan (1990) tentang penggunaan program dinamik
pasien dalam menilai mutu atau pelayanan pada evaluasi pelayanan balai pengobatan
yang baik, dan merupakan pengukuran penting di Puskesmas Kotamadya Surabaya hasil

28
Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan (Widiharti)

penelitiannya membuktikan bahwa tidak semua dari hasil perhitungan program dinamik adalah
proses diagnosis baik – ketepatan diagnosis baik – mempertahankan dan meningkatkan perilaku
ketepatan terapi baik – ketepatan penerimaan caring perawat, untuk mendukung hal itu perlu
obat baik – kepatuhan minum obat baik dapat adanya peningkatan kualitas dan kuantitas,
meningkat kesembuhan yang baik pula. selain perilaku caring manajer meningkatkan
Pada penelitian ini bahwa dengan biaya fasilitas atau sarana-prasana. Oleh karena itu
baik – fasilitas yang baik dengan perilaku untuk mendapatkan peningkatan kepuasan yang
caring cukup dapat meningkatkan kepuasan lebih optimal maka diperlukan peningkatan
pasien. Di mana kepuasan pasien sangat perilaku caring perawat yang ada dalam posisi
tergantung pada persepsi pasien itu sendiri. attention tetapi juga perlu memperhatikan
Persepsi pasien sulit kita ketahui karena kualitas maupun kuantitas dari perawat yang
persepsi masing-masing individu berbeda, ada diruangan untuk mencapai jalur ideal. Pada
bisa saja pasien puas terhadap mutu pelayanan saat ini di ruang rawat inap lantai 2 dalam setiap
yang diterimanya akan tetapi tidak puas akan shifnya terdapat 2–3 orang perawat sedangkan
sikap provider atau bahkan tidak puas dengan rata-rata jumlah pasien perhari 25–30 pasien
fasilitas fisiknya. dilihat dari rasio jumlah perawat dan pasien
Sebagian besar pasien merasa puas pada sangat tidak sesuai. Pada dasarnya manajemen
perilaku caring cukup, fasilitas cukup dan strategi adalah suatu upaya manajemen dan
biaya cukup, hal ini disebabkan karakteristik karyawan untuk membangun masa depan
responden ditinjau dari status pekerjaannya organisasi (Mulyadi, 2005). Membangun masa
responden banyak yang menjadi ibu rumah depan organisasi diperlukan perencanaan dan
tangga sehingga dengan pemberian perilaku perubahan secara baik dan tidak mengharapkan
caring yang cukup dan fasilitas kamar yang hasil yang instan karena dengan hasil yang
diasumsikan cukup oleh pasien (6 TT, kipas terlalu cepat maka pemberi pelayanan bisa
angin dan kamar mandi di dalam ruangan) merasa cepat bosan dan dapat melakukan
dengan biaya yang relatif lebih murah karena penolakan. Mencapai jalur ideal perlu adanya
di RS Bhakti Rahayu Surabaya pembiayaan strategi dan perubahan. Dalam membuat
operasinya menggunakan sistem paket. perubahan harus memperhatikan hal-hal
Hal ini sesuai dengan penelitian Rachmadi sebagai berikut perubahan harus terencana,
(2008) bahwa pelayanan sarana penunjang, orang yang terlibat dalam perubahan ikut diajak
administrasi rumah sakit tidak berpengaruh dalam pembuat perencanaan dan perubahan
secara signifikan terhadap kepuasan pasien. tidak boleh terlalu tercepat. Perencanaan
Penelitian ini tidak sesuai dengan strategi dan perubahan yang terstruktur dan
pendapat Subanegara (2003) pelayanan dan berkesinambungan akan menghasilkan hasil
produk unggulan dalam organisasi perusahan yang baik sesuai dengan kriteria yang kita
jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tentukan.
keadaan internal organisasi berupa keadaan
sumber daya manusia, sarana prasarana, sistem SIMPULAN DAN SARAN
dan pembiayaan. tetapi tidak sesuai dengan
Simpulan
penelitian yang dilakukan Pada penelitian
yang dilakukan Arief, Yuni S dkk bahwa Posisi perilaku caring perawat dengan
perilaku caring perawat tingkat sedang dapat menggunakan jendela pelanggan sebagian besar
membentuk kepuasan yang baik sebesar 67,7%. ada pada Bravo. Mutu pelayanan di RS Bhakti
Perilaku caring perawat yang baik dapat Rahayu Surabaya Ruang Rawat Inap Lantai 2
membentuk kepuasan yang baik pula. yaitu BOR 54,7% dan tingkat kepuasan pasien
Strategi yang digunakan dan sesuai sebagian besar dengan tingkat kepuasan baik.
dengan RS Bhakti Rahayu Surabaya pada Pengembangan strategi yang sesuai dengan
level fungsional yaitu meningkatkan fungsi ruang rawat inap lantai 2 RS Bhakti Rahayu
dari masing-masing tugas. Rencana strategi Surabaya dengan menggunakan metode riset
yang dapat dilakukan oleh tim manajer dilihat operasinal pendekatan program dinamik pada

29
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 21–30

jalur optimal yaitu biaya baik – fasilitas baik – KEPUSTAKAAN


perilaku caring cukup – administrasi cukup – Gasperzs, V., 2002. Total Quality Management.
sarana prasarana cukup – SDM baik memiliki Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
nilai yang paling besar yaitu 70. Strategi yang George, Julia B., 1995. Nursing Theories: The
perlu ada yaitu peningkatan kualitas perilaku Base for Professional Nursing Practice,
caring perawat dan kualitas perawat untuk tetap 4th edition.
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Haris, M., 2004. Analisis Harapan Mahasiswa
terhadap Penyelenggaraan Pembelajaran
Saran sebagai Dasar Pengembangan Strategi
Perawat ruangan rawat inap lantai 2 RS Pembelajaran di Politeknik Kesehatan
Surabaya Program Studi Kebidanan
Bhakti Rahayu Surabaya dapat meningkatkan
Bangkalan. Jurnal Administrasi
perilaku caring perawat dengan mengadakan
Kebijakan Kesehatan, 2(2), 108–116.
pelatihan caring perawat misalnya bekerja
Kozier, B., 2004. Fundamentals of Nursing:
sama dengan Fakultas Keperawatan Universitas Concepts, Process, and Practice. New
Airlangga, beserta biaya yang dibutuhkan Jersey: Pearson.
kepada Human Resorce Development (HRD) Linberg, J.B., 1990. Introduction to Nursing
untuk menunjang visi, misi, dan mutu Con'cepr, Issues and Opportunities.
pelayanan RS Bhakti Rahayu. Program latihan Philedelphia: J.b Lippincott.
minimal 6 bulan sekali secara bergantian dan Mulyadi, 2005. Sistem Manajemen Strategik
berkesinambugan. Perilaku caring perawat Berbasis Balance Scorecard. Yogyakarta:
dalam pemenuhan ADL masih perlu perhatian, UPP AMP YKPN.
hal ini bisa disebabkan karena jumlah rasio Muninjaya, A, A., Gde, 2004. Manajemen
perawat dan pasien tidak seimbang. Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Perilaku caring perawat dapat terlaksana Parasuraman, A., Zeithmal, V., dan Berry,
dengan baik sehingga tidak hanya kualitasnya LL., 1990. Delivering Quality Service:
saja, maka koordinator ruang rawat inap lantai 2 Balancing Customer Perceptions and
Expectations. New York.
RS Bhakti Rahayu Surabaya juga meningkatkan
Potter, P.A., dan Perry, A .G., 2009. Fundamental
kuantitas perawatnya dengan mengajukan
of Nursing; Concept, Proses and
telaah staf tentang permasalahan yang ada di
Practice. St. Louis: Mosby.
ruangan terutama ketenagaan kepada pimpinan Wi j a y a n a , M . , 2 0 0 8 . M e m b a n g u n
RS dalam hal ini HRD. Penambahan jumlah Pribadi Perawat, (Online), (http://
tenaga dengan tenaga kontrak atau honorer www.52.11.148.220/ppko/file/memba
untuk meningkatkan kualitas pelayanan ngun%20pribadi%caring%20perawat,
keperawatan dan mendukung program diakses tanggal 10 Januari 2011, jam
peningkatan mutu yang sudah ada. Selain 22.00 WIB).
itu juga perlu diperhatikan dan ditingkatkan Wijono, Djoko, 1999. Manajemen Mutu
lagi sistem pelayanan yang lainnya seperti Pelayanan Kesehatan, Teori, Strategi
administrasi, pemeliharaan fasilitas. dan Aplikasi. Surabaya: Airlangga
Perlu dilakukan penelitian yang sama University Press.
namun dengan jumlah sampel yang lebih besar Wijono, Djoko, 1997. Manajemen Mutu
dan menggunakan pendekatan program dinamik Pelayanan Kesehatan, Vol. 1 Surabaya:
yang sesuai sehingga dapat menentukan Airlangga University Press.
strategi yang tepat dalam meningkatkan mutu Witri, Tuti, dan Anastasi, 2006. Majalah
Keperawatan. Nursing Journal of
pelayanan.
Padjajaran University 7(12).

30

Anda mungkin juga menyukai