MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional
yang diampu oleh Bapak Ahmad Imam Khairi, M.Pd
Oleh :
KELOMPOK 04 / IPS 19 B
EVI FITRIYANI: 20160701080028
HASIB: 20160701080037
MOH. ALI: 20160701080069
RUSTIANA FENTIYANI YANTI: 20160701080085
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL”.
Kedua kalinya sholawat beserta salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, karena berkat beliau kami dapat terangkis dari dunia yang
gelap dalam artian dunia yang penuh dengan kebodohan menuju dunia yang
terang benderang dalam artian dunia yang penuh kecerdasan, seperti saat sekarang
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari Bapak dosen yang selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Imam
Khairi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Internasional. Dan
teman-teman yang telah ikut memberikan saran dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kami. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang
menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga sebuah
wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang
secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapat dan lain sebagainya.1
Pertumbuhan ekonomi menjadi faktor penting dalam konteks perekonomian
suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-
ukuran yang lain.
Salah satu hal yang bisa dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat
menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, Salvatore, 2004).
Jika aktivitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah
satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak
bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an
Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan
demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi
pertumbuhan.
Pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan
bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di
antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa
mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak perang dunia II,
perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha
untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan
perdagangan tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan
dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara
mutual. Untuk lebih jelas dan rinci lagi akan dibahas dibab selanjutnya.
B. \Rumusan Masalah
1
https://irvanhermawanto.blogspot.com/2017/11/makalah-perdagangan-internasional.html?m=1
1. Apa Pengertian dari Kebijakan Perdagangan Internasional?
2. Apa Tujuan dan Hambatan dari Kebijakan Perdagangan Internasional?
3. Apa Peraturan/Regulasi dan macam-macam ketetapan dalam
Perdagangan Internasional?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian dari Kebijakan Perdagangan Internasional.
2. Menjelaskan Tujuan dan Hambatan dari Kebijakan Perdagangan
Internasional.
3. Mendeskripsikan Peraturan/Regulasi dan macam-macam ketetapan dalam
Perdagangan Internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebijakan Perdagangan Internasional
7
Apridar, Ekonomi Internasional, hlm. 118.
memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi),
atau sering disebut counterveiling duties.
Kebijakan Ekspor dan Impor yaitu:
a) Pemerintah secara teratur menetapkan tarif impor atas produk asing yang
juga diproduksi dalam negeri.
b) Disamping menghasilkan pendapatan pajak, tarif bertujuan untuk
mempertahankan pasar eksklusif bagi bisnis domestik atau menawarkan
proteksi kompetitif bagi manufaktur asing yang efisien atau jasa yang
diberikan.
c) Tarif ekspor ditetapkan agar barang dan jasa yang penting tidak
meninggalkan batas nagara.8
Instrumen kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor diartikan
sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung menupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi,
dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu
Negara. Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor dikelompokkan
menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut:
a) Kebijakan Ekspor di dalam Negeri
a. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,
penegmablian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor/PET untuk
barang-barang ekspor tertentu. Contoh: Pajak ekspor atas CPO.
b. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong
peningkatan ekspor barang-barang tertentu.
c. Penetapan prosedur/tata laksana eskpor yang relatif mudah.
d. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.
e. Pembentukan asosiasi eksportir.
f. Pembentukan kelembagaan seperti bounded werehouse (Kawasan
Berikat Nusantara), bounded island Batam, eksport processing
zone, dan lain-lain.
g. Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO
(Crude Palm Oil) oleh Menperindag.
b) Kebijakan Ekspor di luar Negeri
a. Pembentukan International Trade Promotion Centre (ITPC) di
berbagai Negara, seperti: di Jepang (Tokyo), Eropa, AS, dan lain-
lain.
8
Jeffrey Edmund Curry, Memahami Ekonomi Internasional Memahami Dinamika Pasar Global
( Jakarta: Penerbit PPM, 2001), hlm. 134.
b. Pemanfaatan General System of Preferency atau GSP, yaitu
fasilitas keringan bea masuk yang diberikan Negara-negara
industri untuk barang manufaktur yang berasal dari Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah satu hasil
UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Devel-
opment).
c. Menjadi anggota Commodity Association of Producer, seperti
OPEC daln lain-lain.
Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and
Comsumer, seperti ICO (International Coffee Organization), MEA
(Multifibre Agreement), dan lain-lain.9
2. Kebijakan Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara
tanpa adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas
itu didalam suatu negara. Sehingga, suatu negara, perusahaan, atau perorangan
sekalipun dapat menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula
sebaliknya, negara lainpun dapat menjual produknya didalam negeri sehingga
konsumen dapat mendapatkan barang-barang kualitas internasional dengan mudah
dan dengan harga yang relatif terjangkau.
Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan kegiatan
perdagangan bebas ini tentunya memacu suatu negara untuk mengembangkan
negaranya dalam menjual hasil produk unggulan yang menjadi ciri khas
negaranya tersebut. Menurut para pakar dengan melakukan perdagangan bebas
tentunya akan saling menguntungkan.
Tentunya setiap negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-
masing, ada negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat-alat
canggih seperti komputer dan alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber
daya alam. Ada pula negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah
tetapi memiliki keterbatasan dalam menciptakan alat-alat canggih seperti
elektronik, maka dengan adanya perdagangan bebas tentunya akan menjadi
keuntungan bagi satu sama lain.
3. Kebijakan Autarki
9
Apridar, Ekonomi Internasional, hlm. 112-113.
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik,
ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip
perdagangan internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas.
Seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli uang dollar
terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku, kemudian di
transfer kepada eksportir di Amerika.
B. Tujuan dan Hambatan Kebijakan Perdagangan Internasional
1. Autarki. Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari
pengaruh-pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau
militer.
2. Kesejahteraan (welfare). Tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk
autarki diatas. Dengan mengadakan perdagangan internasional suatu
negara akan memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh
karena itu, untuk mendorong adanya perdagangan internasional maka
halangan-halangan dalam perdagangan internasional (tarif, quota, dan
sebagainya) dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus
ada perdagangan bebas.
3. Proteksi. Tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari
persaingan barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif,
quota dan sebagainya.
4. Keseimbangan neraca pembayaran. Apabila suatu negara itu mempunyai
kelebihan cadangan valuta asing maka kebijakan pemerintah untuk
mengadakan stabilitas ekonomi dalam negeri akan tidak banyak
menimbulkan problem dalam neraca pembayaran internasionalnya.Tetapi,
sangat sedikit negara yang mempunyai posisi demikian. Terutama negara-
negara yang sedang berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah.,
memaksa pemerintah negara-negara tersebut untuk mengambil kebijakan
perdagangan internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran
internasionalnya. Kebijakan ini umumnya berbentuk pengawasan devisa
(exchange control). Pengawasan devisa tidak hanya mengatur/mengawasi
lalu lintas barang tetapi juga modal.
5. Pembangunan ekonomi. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat
mengambil kebijakan seperti:
a. Perlindungan terhadap industri dalam negeri (infant industries).
b. Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan
mendorong impor barang-barang yang essensial.
c. Mendorong ekspor dan sebagainya.10
6. Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk atau
negatif dan dari situasi/kondisi ekonomi/perdagangan internasional yang
tidak baik atau tidak menguntungkan.
7. Melindungi kepentingan industri di dalam negeri.
8. Melindungi lapangan kerja (employment).
9. Menjaga keseimbangan dan stabilitas balance of payment (BOP) atau
neraca pembayaran internasional.
10. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil.
11. Menjaga stabilitas nilai tukar/ kurs valas.11
10
Nopirin, Ph.D.,Ekonomi Internasional (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 1999), hlm. 50-51
11
Apridar, Ekonomi Internasional, hlm. 118-119.
Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan, sementara
pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea-bea.
Argumen untuk untuk hambatan perdagangan antara lain perlindungan
terhadap industri dan tenaga kerja lokal. Dengan tiadanya hambatan perdagangan,
harga produk dan jasa dari luar negeri kalan menurun dan permintaan untuk
produk dan jasa lokal akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan matinya industri
lokal perlahan-lahan.alasan lain yaitu untuk melindungi konsumen dari produk-
produk yang di rasa tidak patut di konsumsi, contoh: produk-produk yang di ubah
secara genetika. Di indonesia, hambatan perdagangan banyak di gunakan untuk
membatasi impor pertanian dari luar negeri untuk melinduni petani dari anjloknya
harga lokal.
12
http://m.perdagangan-internasional.pasar-online.web.id/id4/436-311/perdagangan-
internasional_25214_perdagangan-intenasional-pasar-online.html
perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan di negara perdagangan
pertemuan dan prosedur cukai.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade
Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti
MerCOSUR di Amerika Serikat, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan
Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun
2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal
total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan
serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-
tahun belakangan ini.
Adapun Macam – macam rektriksi (ketetapan) dalam perdagangan
internasional yaitu:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-
jaringan hubungan ekonomi antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan
internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara, baik langsung maupun
tidak langsung untuk mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk perdagangan
luar negeri atau kegiatan perdagangan. Secara umum kebijakan perdagangan
internasional dapat diuraikan sebagai berikut: Kebijakan Proteksi, Kebijakan
Perdagangan Bebas dan Kebijakan Autarki.
Tujuan dari adanya kebijakan perdagangan Internaional yaitu: Autarki,
Kesejahteraan (welfare), Proteksi, Keseimbangan neraca pembayaran,
Pembangunan ekonomi, Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh
buruk atau negatif dan dari situasi/kondisi ekonomi/perdagangan internasional
yang tidak baik atau tidak menguntungkan, Melindungi kepentingan industri di
dalam negeri, dan lain-lain.
A. Saran