Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam dunia yang semakin maju, perubahan dan percepatan menjadi
trending utama dalam peradaban ekonomi dunia. Globalisasi dan pasar bebas
memangku peranan penting bagi konsep ekonomi internasional sebagai upaya
memperluas pasar maupun keuntungan yang ingin diperoleh oleh suatu negara
maupun para pelaku usaha dunia. Oleh karenanya, tidak cukup produk yang ingin
ditawarkan hanya dibatasi oleh penduduk pribumi semata yang notabene negara
yang memiliki pertumbuhan penduduk yang relatif rendah akan mengalami
hambatan dalam menumbuhkan pendapatan negara mereka. Sebab itulah adanya
kerjasama antar negara baik yang bersifat bilateral maupun multilateral dapat
menambah pendapatan dan pertumbuhan suatu negara.
Modernisasi yang sudah berkembang di seluruh pelosok dunia juga
mengambil peran penting dalam ekonomi, khususnya ekonomi internasional. Oleh
karenanya, kebijakan-kebijakan maupun konsep yang lebih baru harus
dikembangkan sesuai dengan keadaan zaman dalam mengembangkan stabilitas
ekonomi.
Di dalam makalah ini, akan dijelaskan secara lebih terperinci mengenai
teori-teori ekonomi internasional dalam penerapannya pada dunia modern dan
dampak penerapannya dalam dunia sekarang ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori ekonomi internasional modern?
2. Bagaimana konsep teori dari ekonomi internasional modern?

C. Tujuan
1. Menjelaskan maksud teori ekonomi internasional modern.
2. Menjelaskan konsep teori ekonomi internasional modern.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Internasional Modern


Teori perdagangan internasional pada tujuannya merupakan suatu
konsep dalam meningkatkan efesiensi kebijakan ekonomi dalam suatu
negara. Efesiensi ini berada pada meluasnya kapasitas produksi dalam
suatu negara dengan negara yang lainnya yang terlibat dalam jaringan
perdagangan secara global untuk memperoleh keuntungan dari
peningkatan hasil dan produktifitas kerja.
Studi menunjukan bahwa hambatan perdagangan menjadi
penyebab utama keterbelakangan ekstrim. Negara-negara yang memiliki
perdagangan tertutup cenderung termiskin di dunia. Sedangkan negara
yang telah mengurangi hambatan perdagangan dengan meluaskan pangsa
impor dan ekspor termasuk negara-negara yang paling cepat berkembang.
Teori perdagangan modern muncul sebagai kritik tajam dari teori
klasik yang belum mampu membuat pembaharuan dan kebijakan yang
baik dalam memaksimalkan kapasitas produksi ekonomi. Banyak para ahli
menganggap bahwa teori ini hanya merupakan kelanjutan dari teori klasik,
karena esensinya sama yaitu melihat kenapa terjadinya perdagangan antar-
dua negara. Berbagai pendekatan yang digunakan berupa, kalau teori
klasik melihat dari supply saja, tetapi teori modern melihat dari supply dan
demand.
Beberapa teori yang berjalan pada ekonomi internasional modern
yaitu:
1. Kurva kemungkinan produksi (Haberler)
2. Faktor proporsi (Hecksher dan Ohlin)
3. Kesamaan harga faktor produksi (factor prize equalization)
oleh P. Samuelson
4. Offer curve1

1
Priyono dan Zainuddin Ismail, Teori Ekkonomi, (Surabaya: Dharma Ilmu, 2012), hlm. 373.
B. Konsep Teori Ekonomi Internasional Modern
1. Teori Haberler
Ada beberapa perbedaan antara teori modern Haberler dengan
teori klasik dalam perdagangan internasional, Kalau Klasik melihat
perbedaan cost of production untuk barang yang sama di dua negara
hanya disebabkan oleh pemakaian tenaga kerja, semakin banyak
tenaga kerja dipergunakan, maka akan semakin banyak upah yang
diberikan, sehingga ongkos produksi (cost of production) meningkat
dan seterusnya harga barang di pasar akan meningkat pula, tetapi
Heberler mengatakan bahwa harga barang di pasar bukan hanya
disebabkan pemakaian tenaga kerja, tetapi merupakan kombinasi
pemakaian faktor produksi (tanah, labor, dan capital).
Untuk itu Haberler memakai konsep opportunity cost atau
ongkos alternatif, yang dapat dijelaskan dengan possibility curve dan
digabungkan dengan kurve indeference curve untuk melihat terjadinya
perdagangan antar-dua negara, dan sekaligus dapat memperlihatkan
keuntungan dari perdagangan internasional tersebut.
a. Ongkos opportunity (opportunity cost)
Opportunity cost adalah ongkos yang dikorbankan dalam
memproduksi suatu barang untuk memproduksi barang lain, atau
dapat juga dikatakan sebagai pengorbanan suatu faktor produksi
yang dapat dipergunakan untuk memproduksi suatu barang, dan
dialihkan kepada barang lain yang dianggap memiliki keuntungan
komparative. Secara kurve dapat digambarkan dengan kurve
possibility curve.2
Production possibility corve adalah kurva yang
menunjukkan berbagai kombinasi daripada output yang dapat
dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang
dikerjakan dengan sepenuhnya (full employment). Bentuk dari

2
Apridar, Ekonomi Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 100.
kurva ini tergantung daripada anggapan tentang ongkos alternatif
(opportunity cost) yang digunakan.3

2. Teori Heckscher-Ohlin atau teori H-O


Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola
perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor
barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif
melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara
akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam
teknologi dan keunggulan faktor produksi.4
a. Opportunity cost
Menurut Heckscher-Ohlin atau teori H-O,
perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara
dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan
jumlah atau proposorsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) masing-masing negara.5
Perbedaan opportunity cost tersebut dapat
menimbulkan terjadinya perdagangan internasional.
Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif
banyak/murah dalam memproduksinya akan melalukan

3
Ibid.
4
Lia Amalia, Ekonomi Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 16.
5
Ibid. 17.
spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya.
Sebaliknya, masing-maisng negara akan mengimpor barang
tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif langka/mahal dalam memproduksinya.
Dalam analisisnya, teori modern H-O menggunakan
dua kurva. Pertama adalah kurva “isocost”, yaitu kurva
yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan
kurva “isocfuant”, yaitu kurva yang menggambarkan total
kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro,
kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isocfuant
pada suatu titik optimal. Jadi, dengan biaya/cost tertentu
akan diperoleh produk yang maksimal; atau dengan
biaya/cost minimal akan diperoleh sejumlah produk
tertentu.6

Sesuai konsep titik singgung antara isocost dan


isocfuant ini, maka masing-masing negara tentu cenderung
memproduksi barang tertentu dengan kombinasi faktor
produksi yang paling optimal sesuai struktur/proporsi faktor
produksi yang dimilikinya.

6
Ibid.
Selanjutnya, teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2
x2 dalam arti sebagai berikut. Perdagangan internasional
terjadi antara dua negara.7
Misalkan: perdagangan internasional terjadi antara
Indonesia dengan Jepang. Masing-masing negara
memproduksi dua macam barang yang sama (misalkan 100
unit pakaian dan 20 unit radio). Masing-masing negara
menggunakan dua macam faktor produksi, yaitu tenaga
kerja dan mesin, tetapi dengan proporsi/jumlah yang
berbeda. Secara grafis perbedaan proporsi/jumlah faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara dapat
ditunjukkan dengan tabel berikut.
Negara Indonesia Jepang
Barang Pakaian Radio Pakaian Radio
Faktor
TK K TK K
produksi
Proses Labor Capital Labor Capotal
produksi intensive intensive intensive intensive
Proporsi 60 unit 15 unit 30 unit 60 unit
produksi (banyak) (sedikit) (sedikit) (murah)
Isocfuant 100 unit 20 unit 100 unit 20 unit
Isocost $ 400 $ 600 $ 600 $ 400
Unit cost $4 $ 30 $6 $ 20
(murah) (mahal) (mahal) (murah)

Muatan teori utama H-O adalah sebagai berikut:


1) Harga/biaya produksi suatu barang akan
ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang dimiliki
oleh masing-masing negara.
2) Comparative advantage atau keunggulan
komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki oleh

7
Apridar, Ekonomi Internasional, hlm. 103.
masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur
dan proporsi faktor produksi yang dimiliki.
3) Masing-masing negara akan cenderung
berspesialisasi produksi dan mengekspor barang
tertentu karena negara itu memiliki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
4) Sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu karena negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal
memproduksinya.8
3. Kesamaan harga faktor produksi (factor price equalization)
Inti dari teori ini adalah bahwa perdagangan bebas cenderung
mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara.
Keadaan ini dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:

Sebelum berdagang upah dan harga kapital di negara A adalah


S1 dan R1 dengan kurva penawaran dan permintaan S dan D1; sedang di
negara B adalah S1 dan R1. Upah di negara A lebih rendah dan harga
kapital lebih tinggi daripada di negara B.9
Setelah kedua negara tersebut mengadakan perdagangan
produksi barang X (labor intensive product) bertambah dan barang Y
(capital intensive product) berkurang. Konsekuensinya, bagi negara A
bahwa permintaan tenaga kerja bertambah dan permintaan kapital

8
Lia Amalia, Ekonomi Internasional, hlm 18.
9
Nopirin, Ekonomi Internasional, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999), hlm. 25.
berkurang. Kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke D2 sehingga
upah naik menjadi S2 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan L2.10
Selanjutnya, dengan berkurangnya permintaan kapital maka
kurva permintaan akan kapital bergeser ke D2 sehingga harga kapital
turun menjadi R2 dan jumlah kapital yang digunakan adalah C2.11
Negara B yang memiliki lebih banyak faktor produksi kapital
dengan makin banyaknya produksi barang Y, permintaan akan kapital
bertambah sehingga harganya cenderung naik. Sebaliknya makin
sedikitnya produksi barang X permintaan akan tenaga kerja berkurang
sehingga harganya turun. Sebelum berdagang, upah lebih tinggi di B,
tetapi harga kapital lebih tinggi di A. dengan berdagang tendensi upah
dan harga kapital akan sama di kedua negara tersebut.
4. Offer curve/reciprocal demand (OC/RD)
Teori offer curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris
yaitu marshall dan edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva
yang menunjukkan kesediaan suatu negara untuk
menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada
berbagai kemungkinan harga.12
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan
menentukan harga faktor produksi tersebut dan dengan pengaruh
teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua
itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola
perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya
manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlakukan
untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori offer curve.13

10
Ibid. 26.
11
Ibid.
12
Apridar, Ekonomi Internasional, hlm. 107.
13
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori perdagangan modern muncul sebagai kritik tajam dari teori klasik
yang belum mampu membuat pembaharuan dan kebijakan yang baik dalam
memaksimalkan kapasitas produksi ekonomi. Beberapa teori yang berjalan pada
ekonomi internasional modern yaitu:

1. Kurva kemungkinan produksi (Haberler)


2. Faktor proporsi (Hecksher dan Ohlin)
3. Kesamaan harga faktor produksi (factor prize equalization) oleh P.
Samuelson
4. Offer curve

B. Saran
Kepada penulis:
1. Diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan evaluasi
dalam penulisan karya ilmiah berikutnya.
2. Menjadikan penulis lebih kreatif dan inovatif dalam menulis
sebuah karya ilmiah.
Kepada pembaca:
1. Dapat dijadikan sumber tambahan dalam membahas permasalahan
mengenai Teori perdagangan internasioanal modern.
2. Redaksional bahasa mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.


Apridar. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Nopirin. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999.
Priyono dan Zainuddin Ismail. Teori Ekonomi. Surabaya: Dharma Ilmu, 2012.

Anda mungkin juga menyukai