Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan
orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi
dengan manusia yang lain.
Selain itu manusia memiliki potensi, latar belakang historis, serta
harapan masa depan yang berbeda-beda. Dalam dunia pendidikan,
khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak dijumpai perbedaan-
perbedaan mulai dari gender, suku, agama dan lain-lain. Dari karakter
yang homogen tersebut, timbul suatu pertanyaan bagaimana guru dapat
memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling
belajar satu sama lain? Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan kelas
sedemikian rupa sehingga siswa akan berdiskusi, berdebat, dan menggeluti
ide-ide, konsep-konsep dan keterampilan tersebut?
Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok yang terkelola dan
terorgainsasikan sedemikian sehingga peserta didik bekerja sama dalam
kelompok kecil untuk mencapai tujuan-tujuan akademik, efektif dan
sosial. Untuk itu, pembelajaran kooperatif menjadi solusi dan sebuah
jawaban dari pertanyaan tersebut.
Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang satu
membutuhkan peserta didik yang lain karena mereka bekerja dalam satu
tim. Peserta didik yang paham terhadap salah satu tugas harus membantu
peserta didik lain yang belum memahami tugas tersebut. Mereka juga
harus berinteraksi satu sama lainnya melalui tatap muka dan komunikasi.
Dari uraian diatas, nampak bahwa model pembelajaran kooperatif dapat
menjadi solusi alternatif dalam mengurangi dampak krisis kepribadian
sebagaimana yang dikemukakan oleh Erikson.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran kooperatif?
2. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif?
4. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
IPS?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian pembelajaran kooperatif.
2. Untuk menjelaskan jenis-jenis model pembelajaran kooperatif.
3. Untuk menjelaskan keunggulan dan kelemahan pembelajaran
kooperatif.
4. Untuk menjelaskan penerapan pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran IPS.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.1
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada
berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja
sama, dan proses kelompok.2

B. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif


1. Jigsaw Learning (Belajar Model Gergaji)
Jigsaw Learning adalah strategi pembelajaran kooperatif
dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar
dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan Jigsaw adalah

1
Gunarto, Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah (Semarang: Unissula Press, 2013), hlm.
52.
2
Helmiati, Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo), 38.
mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar koopenatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.3
Model pembelajaran Jigsaw menggunakan teknik “pertukaran
dari kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange) dimana setiap
peserta didik mengajarkan sesuatu kepada peserta didik yang lainnya.
Dalam proses pengajaran itu terjadi diskusi. Dalam diskusi pasti
ditemukan beberapa perbedaan pendapat yang dikarenakan oleh
perbedaan pemahaman atas materi yang dipelajari oleh masing-masing
peserta didik.
Oleh karena itu, setiap kali seorang peserta didik mengajarkan
sesuatu kepada yang lainnya berdasarkan apa yang telah dipelajarinya,
akan terjadi timbal balik dari pihak pembelajar berdasarkan materi
yang dipelajarinya pula. Strategi ini menarik digunakan jika materi
yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materti
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh
mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang
lain. Langkah-langkahnya:
a. Pilihlah materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian) model pembelajaran.
b. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen materi yang ada. Jika jumlah siswa ada 40 sementara
jumlah segmen yang ada ada 5, maka masing-masing kelompok
terdiri dari 8 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi
menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 orang,
kemudian setelah selesai gabungkan kedua kelompok pecahan
tersebut.
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi
kuliah yang berbeda-beda.
d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.

3
Ibid. 53.
e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam
kelompok.
f. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi.

2. TGT (Team Game Turnament)


Banyak tipe dalam cooperative learning yang dikembangkan oleh
para ahli, diantaranya adalah; STAD, TGT, NHT, Jigsaw dan lain
sebagainya. Namun, dalam skripsi ini hanya mengambil satu tipe yaitu
tipe TGT (Team Game Turnament). Secara umum TGT sama saja
dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan
individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademiknya sebelumnya setara
seperti mereka. Jadi inti dari TGT adalah siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok, kamudian mereka melakukan permainan dengan
anggota kelompok lain untuk memperoleh skor bagi kelompok
mereka.4
Menurut Slavin (2009 : 166-167), di dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT ada beberapa komponen utama, yaitu:

a. Presentasi di kelas
Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam
presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung
seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang
dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa
hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus
pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa
mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu
mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan
skor tim mereka.
4
Gunarto, Model dan Metode, hlm. 77.
b. Tim
Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi
adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
game dengan baik. Tim adalah fitur paling penting dalam TGT.
Pada tiap poinnya yang ditekankan adalah membuat anggota tim
melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan
yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga atau empat
orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang
berbeda.Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan
yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil
sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai
nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang
penantang memperbolehkan para pemain saling menantang
jawaban masing-masing.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game
berlangsung. Biasanya dilaksanakan pada akhir unit pokok
bahasan, setelah guru memberikan penyajian kelas atau kelompok
mengerjakan lembar kerjanya.
e. Rekognisi Tim
Pengukuhan kelompok dilakukan dengan memberikan
hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok
selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati
bersama.

3. TPS (Think Pairs share)


Model pembelajaran kooperatif tipe ini mulanya dikembangkan
oleh Frank T. Lyman. Tipe model pembelajaran kooperatif ini
memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi
terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu
yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa
yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan
pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangannya
selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.

4. Round Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin
misalnya: berikan sebuah kategori (misalnya nama-nama sungai di
Indonesia) untuk di diskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk
menyebutkan item-item yang termasuk kedalam kategori tersebut.

5. CIRC
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) atau
kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu suatu model
pembelajaran menyeluruh dengan cara membaca dan menulis yang
melibatkan kerja sama murid dalam suatu kelompok dimana
kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan masing-masing
individu dalam kelompok tersebut (Slavin, 2010: 5).
Dalam kebanyakan kegiatan Cooperative Integrated Reading And
Composition (CIRC), para siswa mengikuti serangkaian pengajaran
guru, praktek tim, dan kuis. Para murid tidak mengerjakan kuis sampai
teman satu sama timnya menyatakan bahwa mereka merasa siap.
Penghargaan untuk tim akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja
rata-rata dari semua anggota tim. Tujuan utama dari Cooperative
Integrated Reading And Composition (CIRC) adalah menggunakan
timtim dari kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari
kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.
Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) terdiri dari
tiga unsur penting yakni kegiatan dasar, pelajaran memahami bacaan,
dan seni berbahasa. Dalam semua kegiatan ini para siswa bekerja
dalam tim-tim heterogen.
6. NHT
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional.
Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. NHT ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka. NHT ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik (Lie, A. 2002: 59).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT
adalah merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif struktural
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dalam memperoleh materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.

7. Make a Mach
Menurut Suprijono (2011: 94) Merupakan tipe yang menggunakan
kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan
pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan
pertanyaan tersebut.

8. STAD
Menurut Slavin (2010: 143) pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions ( STAD ) merupakan salah satu dari tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat
digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan
pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
siswa perlu ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat
orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja
di kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menguasai materi tersebut.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya
dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

9. Sowball Throwing
Snowball throwing yaitu metode pembelajaran yang didalamnya terdapat
unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka
mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan oleh
guru.5
Hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan meminta siswa untuk
menuliskan pertanyaan dalam kertas kemudian diremas sehingga membentuk
bola seperti salju. Langkah selanjutnya adalah menyerahkan setiap
pertanyaan yang ditulis siswa kepada guru, kemudian guru akan
melemparkannya kepada anggota kelas secara acak.

C. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


1) Keunggulan pembelajaran kooperatif
Bila seorang guru berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif, maka
terdapat 17 kelebihan di dalamnya:6
a) Prestasi akademik: dengan menerapkan kooperatif prestasi
akademik siswa dapat ditingkatkan.
b) Ethnic/hubungan ras: dengan penerapan pembelajaran kooperatif di
dalam kelas dapat meningkatkan persahabatan dan peningkatan
polarisasi garis ras antar siswa.
c) Penghargaan diri: dengan pembelajaran kooperatif siswa akan
dapat menerima orang lain, dimana hal ini dapat meningkatkan
prestasi siswa mengarah pada peningkatan penghargaan diri.
d) Empati: melalui belajar kooperatif siswa lebih dapat memahami
pandangan dan perasaan orang lain.
e) Kemampuan sosial: melalui penerapan pembelajaran kooperatif,
kemampuan sosial akan meningkat dalam memecahkan masalah,
memimpin dan sikap menghargai sesama.
f) Hubungan sosial: siswa dalam pembelajaran kooperatif merasa
diterima dan memperhatikan sehingga menumbuhkan rasa saling
menerima satu sama yang lainnya.

5
Unuy Nurhasanah, “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share”,
(Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013), hlm. 26.
6
Helmiati, Model Pembelajaran, hlm. 40-42.
g) Suasana kelas: pembelajaran dengan setting kelas kooperatif dapat
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga
mendukung pada peningkatan akademik.
h) Tanggung jawab: melalui belajar kooperatif siswa akan lebih dapat
mengendalikan diri serta dapat banyak inisiatif yang dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri, sehingga
mereka merasa sebagai diri sendiri bukan sebagai pesuruh.
i) Kemampuan membedakan: dalam belajar kooperatif, siswa bekerja
dalam kelompok yang memiliki kemampuan berbeda sehingga
hasil dari kerja kelompok tersebut merupakan keragaman
sumbangan dari tiap kelompok.
j) Kemampuan berpikir tingkat tinggi: dengan belajar kooperatif
siswa tertantang untuk berinteraksi dengan teman sejawat yang
memiliki pola pikir yang berbeda, sehingga mampu mendorong
tiap anggota kelompok untuk menginterprestasikan suatu pola pikir
dalam memecahkan suatu masalah dengan analisis tingkat tinggi.
k) Pertanggung jawaban individu: dalam pembelajaran kooperatif
semua siswa terlibat sehingga siswa tidak ada yang merasa
terabaikan, hal ini akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada
setiap siswa.
l) Partisipasi yang sejajar: penilaian dalam belajar kooperatif adalah
secara kelompok bukan individu sehingga tidak ada yang
terlewatkan (setiap siswa punya pembagian waktu yang sama).
m) Meningkatkan partisipasi: dalam pembelajaran kooperatif
memerlukan lebih banyak waktu untuk berpartisipasi dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional.
n) Orientasi sosial: dengan kelas kooperatif siswa akan memperoleh
kesempatan sama untuk sukses, dibandingkan dalam kelas
tradisional kesuksesan hanya diperoleh beberapa siswa saja.
o) Orientasi pembelajaran: dengan pembelajaran kooperatif siswa
lebih sering menyatukan tujuan yang matang dan menjadi yang
terbaik dalam kelompok, dibandingkan pembelajaran tradisional
siswa mengerjakan tugas hanya untuk mencari nilai.
p) Pengetahuan diri dan realisasi diri: melalui interaksi dalam
kelompok siswa akan mengetahui kekurangan maupun kelebihan
yang mereka miliki melalui balikan yang diberikan oleh yang lain.
q) Kemampuan ditempat kerja: dengan pembelajaran kooperatif siswa
tahu bagaimana cara bekerja dalam suatu kelompok dan saling
membantu untuk mencapai tujuan yang sama, hal ini dapat sebagai
bekal dikemudian hari.
2) Kelemahan pembelajaran kooperatif
a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu.
b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai.
c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
d) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

D. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran IPS


Pembelajaran cooperative learning sesuai dengan fitrah manusia
sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain,
mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan
rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, pembelajarn IPS secara
kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan,
pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Mereka juga akan belajar untuk
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.7
Sejalan dengan uraian diatas (Shoimin, 2014: 44) keuntungan
pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning adalah
sebagai berikut:
a) Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berpikir siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental.
7
Jimmi Apul Maringan Manalu, “Model Cooperative Learning Dalam Pembelajaran IPS”
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, (2017) hlm.
153.
b) Pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan
dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehiupan
nyata.
c) Kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, melainkan sebagai tempatuntuk menguji data hasil temuan
mereka dilapangan.
d) Materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian
dari orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan Model cooperative
learning memiliki enam langkah utama atau tahapan dalam
penerapannya.8 Enam tahap pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada
tabel di bawah ini:
Fase-fase Aktifitas Guru
Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan
memotivasi siswa pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Mengorganisasikan siswa ke dalam Guru menjelaskan kepada siswa
kelompok-kelompok belajar bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Membimbing kelompok bekerja dan Guru membimbing kelompok-
belajar kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
Evalusi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai, baik upaya maupun

8
Ibid. 154.
hasil belajar individu dan
kelompok.

Secara lebih rinci, langkah-langkah model pembelajarn cooperative


learning dapat dilakukan dengan cara berikut
a) Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk
menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subjek
yang akan dipelajari.
b) Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang
terdiri dari 4-5 peserta didik.
c) Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok
mereka.
d) Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di
antara anggota kelompok. Anggota kelompok disorong untuk saling
berbagi referensi dan bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus
memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok.
e) Setelah peserta didik membagi topik kelompok mereka menjadi
kelompok-kelompok kecil, mereka akan bekerja secara individual.
mereka akan bertanggung jawab terhadap topik kecil masing-masing
karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan
topik kecil dapat delakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi
yang terkait.
f) Setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual. Mereka
mempersentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya; g)
Peserta didik diminta untuk memadukan semua topik kecil dalam
persentasi kelompok.
g) Tiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya pada topik
kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
persentasi kelompok.
h) Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi
kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap
kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok
dievaluasi oleh semua peserta didik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar


yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dengan demikian
pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah
lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
Terdapat beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yaitu:
jigsaw learning, TGT, TPS (Think Pairs Share), round robin, CIRC, NHT,
make a mach, STAD dan snowbal throwing.

Adapun keunggulan dari pembelajaran kooperatif itu sendiri,


diantaranya adalah prestasi akademik, ethnic/hubungan ras, penghargaan
diri dan empati. Sedangkan kelemahannya yaitu guru harus
mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, agar proses pembelajaran
berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya
yang cukup memadai dan selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung,
ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS


memiliki enam langkah atau tahapan dalam penerapannya, pertama yaitu
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Kedua, menyajikan
informasi. Ketiga, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajara. Keempat, membimbing kelompok bekerja dan dan
belajar. Kelima, evaluasi. Dan keenam, yaitu memberikan penghargaan.

B. Saran

Kepada penulis lanjutan:


1. Diharapkan penulisan lanjutan makalah ini dapat melengkapi
kekurangan dalam hal penulisan makalah ini, sehingga menjadi
makalah yang sesuai dengan harapan pembaca.
2. Hal-hal yang belum tercantum di dalam pembahasan makalah ini
diharapkan penulis lanjutan lebih mengembangkan kembali makalah
ini.
Kepada pembaca:
1. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi atau
tambahan ilmu yang bermanfaat tentang pembelajaran kooperatif.
2. Diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami arti penting dari
pembelajaran kooperatif sehingga dapat diterapkan dengan baik kepada
peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Gunarto. Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Semarang: Unissula


Press, 2013.
Helmiati. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Manalu, Jimmi Apul Maringan. “Model Cooperative Learning Dalam
Pembelajaran IPS” Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan, 2017.
Nurhasanah, Unuy. “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-
Pair-Share”,Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.

Anda mungkin juga menyukai