Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

Sindrom Stevens-Johnson : Laporan Kasus

Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi
Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit THT-KL, Gigi dan Mulut
Di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Kota Semarang

Disusun Oleh:
Sandra Sudargo (406172100)
Regina Theodora (406182093)
Astri Gunardi (406182095)

Pembimbing:
drg. Nurhaerani Sp. KGA, PhD

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT THT-KL, GIGI DAN MULUT
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 11 MARET – 14 APRIL 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Penyusun : Sandra Sudargo (406172100)


Regina Theodora (406182093)
Astri Gunardi (406182095)
Perguruan Tinggi : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian : Ilmu Penyakit THT-KL, Gigi dan Mulut
Periode : 11 Maret – 14 April 2019
Judul : Sindrom Stevens-Johnson : Laporan Kasus
Pembimbing : drg. Nurhaerani Sp. KGA, PhD

Telah diperiksa dan disetujui tanggal :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT-KL, Gigi dan Mulut


RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui,
Pembimbing Referat

drg. Nurhaerani Sp. KGA,


PhD
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan referat kedokteran yang berjudul “Sinusitis Maxillaris
Dentogenik” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan referat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro, Semarang periode 11 Maret – 14 April 2019. Referat ini juga
bertujuan untuk menambah informasi bagi penulis dan pembaca.
Selama proses penyusunan referat ini penulis mengalami keterbatasan dalam
mengerjakan penulisan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung kelancaran dan keberhasilan referat ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Direktur RSUD K.R.M.T Wongsonegoro yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang.
2. dr. Bambang Agus Soesanto, Sp. THT-KL selaku kepala SMF, pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT-KL di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro.
3. dr. Djoko Prasetyo Adinugroho Sp.THT-KL selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit THT-KL di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro.
4. drg. Nurhaerani Sp. KGA, PhD selaku pembimbing Journal Reading Gigi dan
Mulut di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro.
5. Dokter, staf, dan perawat RSUD K.R.M.T Wongsonegoro.
6. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit THT-KL, Gigi dan Mulut di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Semarang
Akhir kata, semoga Tuhan YME berkenan membalas segala kebaikan pihak
yang membantu kelancaran penulisan. Semoga refarat ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 11 April 2019

Penulis
Sindrom Stevens-Johnson : Laporan Kasus
Yongho Song, Nanyoung Lee, Sangho Lee, Myeongkwan Jih, Yujin Lim, Youngmi Yoon Department
of Pediatric Dentistry, College of Dentistry, Chosun University

Abstrak
Sindrom Stevens-Johnson (SJS), adalah reaksi hipersensitif akut yang sangat parah,
yang menyebabkan nekrosis luas pada kulit dan membran mukosa. SJS adalah
penyakit yang penyebabnya tidak diketahui yang dapat terjadi pada semua kelompok
umur. Hal ini diduga disebabkan oleh alergi obat atau disebabkan karena adanya
infeksi bakteri. Terjadinya invasi pada permukaan epidermal kurang dari 10 persen
disebut SJS, sedangkan invasi lebih dari 30 persen disebut nekrolisis epidermal
toksik. Meskipun insiden SJS termasuk jarang dengan kejadian 1 - 2 kasus per juta
orang per tahun, SJS berdampak pada perkembangan gigi, terutama pada anak-anak
yang berada dalam fase pertumbuhan. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk
mengetahui pengaruh SJS pada perkembangan gigi anak-anak.
Secara umum, erupsi gigi molar 1 atas dan bawah serta gigi seri tengah
dimulai pada usia 6 - 7 tahun. Perkembangan akar juga terjadi pada saat ini. Dalam
kasus yang dilaporkan, SJS terjadi pada pasien berusia 6 tahun. Meskipun SJS pada
pasien sudah sembuh, namun masih mengalami efek samping. Kelainan
perkembangan pada gigi pasien hanya diamati pada gigi yang perkembangan akarnya
telah selesai pada saat itu. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk
mengilustrasikan bagaimana mendiagnosis penyakit sistemik dengan memantau
kondisi intra-oral serta untuk mengenali dan menyelesaikan masalah perkembangan
gigi yang terkait dengan penyakit ini.

Kata kunci: Sindrom Stevens-Johnson, Nekrolisis epidermis toksik, Perkembangan


akar abnormal

I. Pendahuluan penyebab dalam sindrom ini, obat-


Sindrom Stevens-Johnson (SJS) obatan merupakan penyebab utama
merupakan reaksi hipersensitif akut dari SJS [3]. Menurut penelitian
yang sangat parah yang menyebabkan sebelumnya, prevalensi SJS kurang
nekrosis luas pada kulit dan membran dari 1 - 2 per 100 juta populasi per
mukosa. Mekanisme SJS dimulai tahun [4].
ketika reaksi imun sitotoksik pada Pada tahap awal, gejala klinis SJS
keratinosit yang mengarah ke mirip dengan flu biasa. Seiring
apoptosis keratinosit meluas. Dengan berjalannya waktu, gejala eritema yang
invasi pada permukaan epidermis dimulai dari tubuh menyebar secara
kurang dari 10%, penyakit ini disebut radikal ke wajah dan kelenjar getah
SJS, sedangkan invasi lebih dari 30% bening secara eferen. Tanda Nikolsky
disebut nekrolisis epidermal toksik dapat diamati, dan lesi seperti blister
(TEN)[1,2]. Meskipun infeksi bakteri juga dapat dideteksi pada mata, bibir,
dan virus dapat menjadi faktor kerongkongan, mukosa organ genital,
dan bahkan organ internal [5-7]. mengeluh eritema akut pada seluruh
Temuan intra oral pada orang dewasa tubuh, eksudat pada konjungtiva
terbatas pada jaringan lunak, yang bisa bilateral, dan pembengkakan di leher
menjadi lesi dan lepuh ulseratif [8]. kiri. Setelah pemberian antibiotik
Namun, gejala intra oral pada anak lanjutan dan terapi lanjut, ia telah pulih
yang sedang tumbuh tidak terbatas sepenuhnya. Beberapa efek samping
pada jaringan lunak tetapi juga dapat terlihat termasuk symblepharon
menimbulkan kerugian pada dari bola mata kiri, sikatriks atrofi dari
perkembangan gigi [8-13]. Saat ini, permukaan lidah, dan penyempitan
hanya beberapa penelitian tentang uretra genital eksternal (Gbr. 1).
gangguan perkembangan gigi Dalam kasus ini, pasien berusia
permanen yang terkait dengan SJS 5 tahun diberi obat lokal untuk pilek
yang telah dilaporkan, dan sejauh ini biasa dengan demam dan sakit kepala.
belum ada studi dalam negeri yang Setelah 2 hari, vesikel muncul, dan
dipublikasikan. setelah 3 hari, pasien pergi ke ruang
Dalam studi ini, seorang pasien SJS gawat darurat rumah sakit dengan
dengan gejala gangguan perkembangan gejala gondok dan pneumonia,
gigi permanen dan efek samping oral bersama dengan bintik-bintik di
akan diperkenalkan. seluruh tubuh dan pembengkakan
leher. Pada hari kelima, SJS memburuk
II. Laporan Kasus menjadi nekrolisis epidermal toksik,
Seorang pasien pria berusia 9 tahun dengan gejala tambahan tanda
mengunjungi sebuah klinik gigi Nikolsky dan bintik-bintik di seluruh
pediatrik dengan keluhan utama yaitu tubuh, eksudasi di kedua mata, lesi di
perkembangan akar gigi yang mulut dan di organ genital eksternal,
abnormal disertai sakit gigi. Pada awal edema di leher, dan keadaan
Februari 2012, klinik setempat mengantuk (Gbr. 2). Terapi steroid
meresepkan obat untuk pasien, yang yang berlanjut pada awalnya
menderita demam, sakit kepala, dan dilakukan, dan injeksi globulin imun
terdapat vesikel pada bibir. Pada hari intravena dilakukan sesuai kebutuhan.
berikutnya, pasien mengunjungi ruang Pasien diresepkan sejumlah agen
darurat di Rumah Sakit Universitas antibiotik untuk mencegah infeksi
Nasional Chunnam, di mana ia sekunder juga. Pada hari ke 13,
didiagnosis sebagai SJS, pasien perkembangan lesi kulit berhenti dan,

Gbr 1. (A) Symblepharon pada mata kiri, (B) Sikatriks atrofia pada permukaan
lidah
Gbr 2. Gambaran klinis pada hari ke 5. (A) Tanda
Nikolsky’s pada wajah dan tubuh, (B) Tanda Gbr 3. Gambaran klinis sindrom
Nikolsky’s pada tubuh Stevens-Johnson setelah sebulan

Gbr 4. Pre-terapi intraoral. Temuan non spesifik tanpa karies gigi. (A) Tampilan fasial, (B)
Tampilan oklusal Maksila, (C) Tampilan oklusal Mandibular

Gbr 5. Tampilan radiografi panoramic


menunjukkan perkembangan abnormal akar
pada molar 1 maksila, kedua molar 1
mandibular, dan gigi anterior mandibula
(panah) Gbr 6. Tampilan radiografi periapikal. (A)
#54 permukaan karies distal, #16 karies
oklusal, (B) #26 karies oklusal, (C) #46
kondisi keseluruhan pasien membaik permukaan karies mesial, (D) #36
permukaan karies mesial
(Gbr. 3). Akhirnya, pasien keluar dari
rumah sakit setelah sebulan. Meskipun uretra genital eksternal. Selama
nekrolisis epidermal toksik pasien pemeriksaan oral, karies dideteksi pada
benar-benar sembuh, ia masih permukaan oklusal molar 1 rahang atas
menderita efek samping seperti dan rahang bawah serta permukaan
symblepharon, sikatriks atropi pada
permukaan lidah, dan penyempitan
Setelah semua perawatan selesai,
tindak lanjut rutin direncanakan untuk
mengamati prognosis pasien (Gbr. 7).

III. Diskusi
SJS dan TEN, suatu bentuk reaksi
mukokutan akut berat, adalah penyakit
langka yang penyebab spesifiknya
Gbr. 7 Radiografi panoramic post terapi masih belum diketahui. Penyebab
setelah 3 bulan utama dari SJS adalah penggunaan
proksimal mesial molar 1 primer obat-obatan [1,2]. Reaksi imun
rahang kanan dan gigi seri tengah sitotoksik dari keratinosit dapat
mandibula kanan. Selain itu, sejumlah menyebabkan apoptosis keratinosit
gigi dicurigai mengalami luas. Pada awal SJS, bintik-bintik
hipomineralisasi (Gbr. 4). eritematosa muncul di kulit, kemudian
Pada pemeriksaan radiologis, bintik-bintik eritematosa yang menyatu
perkembangan akar abnormal dari menjadi lecet dan menyebabkan
molar pertama rahang atas dan rahang skuama kulit yang luas. Akhirnya,
bawah serta gigi seri lateral dan sentral bintik-bintik eritematosa menyerang
dari mandibula terdeteksi (Gbr. 5, 6). membran mukosa [14]. Kedua
Namun, inspeksi mobilitas dan perkusi penyakit tersebut dianggap berurutan;
tidak menemukan temuan khusus. satu-satunya perbedaan adalah tingkat
Pengobatan restoratif digunakan untuk invasi [15-17]. Seperti yang disebutkan
mengobati karies. Molar 1 rahang di atas, ada kemungkinan besar bahwa
bawah kiri, yang memiliki karies gigi SJS dan TEN disebabkan oleh obat-
paling parah, dirawat dengan obatan tertentu yang sering digunakan
pengangkatan karies dan pulpektomi seperti antibiotik atau NSAID [6,7,16].
parsial untuk perawatan konservatif Obat yang diresepkan untuk mengobati
maksimal karena perawatan saluran penyakit lain dapat menyebabkan
akar akan sulit dilakukan karena sindrom ini, dan obat penyebab hanya
perkembangan akar yang tidak normal dapat dikonfirmasi oleh riwayat medis.
dan pasien masih muda. Setelah itu, Karena itu, menemukan obat penyebab
restorasi resin komposit dilakukan di terjadinya SJS tidaklah mudah. Obat
atas aplikasi biodentine. Setelah yang menyebabkan SJS kemungkinan
pengangkatan karies gigi yang tersisa, besar adalah obat yang dikonsumsi
restorasi resin komposit dilakukan dalam waktu 4 minggu sebelum onset
pada setiap gigi. Molar 1 kanan [7]. Lesi yang diamati dalam sindrom
pertama rahang atas diobati dengan ini, bintik-bintik ungu atau lesi atipikal
restorasi mahkota yang telah dibentuk dengan batas-batas yang tidak pasti,
sebelumnya setelah pengangkatan dimulai dari pusat tubuh dan secara
karies. bertahap menyebar ke anggota tubuh.
Bagian tubuh yang paling terkena efek
samping adalah lapisan mukosa mulut
dan mata. Nekrosis pada lapisan
mukosa yang terkena menyebabkan Dari kasus ini, didapatkan
paparan jaringan ikat, diikuti oleh perkembangan akar yang abnormal dan
hilangnya elektrolit dan infeksi [6,7]. karies gigi pada pasien SJS. Pertama,
Hal yang paling penting untuk perkembangan akar yang abnormal
mengendalikan SJS adalah pencegahan mencerminkan usia onset pada pasien
dini perkembangan penyakit. Karena tertentu, sehingga diperlukan
itu, penting bagi pasien untuk segera manajemen gigi yang teratur. Ranalli
berhenti menggunakan obat penyebab. et al. melaporkan bahwa
Selain itu, terapi steroid lokal ketidaknormalan ini paling sering
umumnya digunakan, dan kombinasi terjadi pada gigi premolar dan molar 2
agen antihistamin dan agen analgesik [22], jadi tindak lanjut yang teratur
juga digunakan dalam kasus-kasus harus dilakukan. Kedua, pemeriksaan
kecil [6,7,18]. Dalam kasus yang fungsional harus dilakukan juga untuk
parah, pemberian kortikosteroid mengelola efek samping seperti lesi
sistemik dapat direkomendasikan atrofi pada lidah. Akhirnya, kasus ini
[19,20]. Berdasarkan gejalanya, pasien menunjuk pada dua batasan perawatan.
mungkin memerlukan air dan kontrol Pertama, penggunaan obat-obatan gigi
elektrolit, pencegahan infeksi terbatas, karena obat penyebab tidak
sekunder, dan penghapusan jaringan dapat didefinisikan pada saat itu.
nekrotik di bawah perawatan intensif Kedua, mengingat bahwa hanya ada
di unit luka bakar [6,7]. Dalam kasus waktu singkat untuk tindak lanjut,
ini dilakukan pengamatan terhadap kami tidak bisa mengamati hasil
perkembangan akar abnormal molar 1 jangka panjang. Oleh karena itu, tindak
rahang atas, molar 1, gigi seri sentral, lanjut rutin jangka panjang harus
dan gigi seri lateral mandibula. dilakukan untuk mengamati hasil pada
Kemungkinan perkembangan akar gigi premolar yang belum matang dan
yang tidak normal disebabkan oleh molar 2 dan menjaga gigi selama
timbulnya SJS, mengingat mungkin.
perkembangan akar selesai sekitar 7
tahun [8-13]. IV. Ringkasan
Perkembangan akar yang Dalam kasus tersebut, pasien
abnormal dapat diasumsikan terjadi mengunjungi rumah sakit gigi dengan
sebagai berikut: 1) Keratinosit yang keluhan utama tentang perawatan
ditemukan dalam selubung akar epitel karies gigi. Sebagai hasil dari
Hertwig memainkan peran penting pemeriksaan klinis, jumlah karies gigi
dalam perkembangan akar; 2) SJS ditemukan dan efeknya tampaknya
memprovokasi apoptosis keratinosit. 3) termasuk sikatriks atrofi pada
peristiwa apoptosis ini menghambat permukaan lidah. Pada pemeriksaan
diferensiasi sel-sel papilla gigi menjadi radiografi, perkembangan akar
odontoblas; 4) jumlah odontoblas yang abnormal gigi molar 1 rahang atas dan
terbatas menginduksi malformasi akar rahang bawah diamati. Diperkirakan
dentin selama perkembangan akar. bahwa kelainan disebabkan oleh
Akibatnya, terjadi perkembangan akar timbulnya SJS pada usia 5 tahun ketika
yang tidak normal [8,21]. kuman gigi berkembang. Jadi perlu
untuk mengamati kemungkinan 6. Harr T, French LE : Stevens-
deformitas morfologis lebih lanjut Johnson syndrome and toxic
pada premolar (rahang atas dan bawah) epidermal necrolysis. Chem
dan molar 2, dan perawatan jangka Immunol Allergy , 97:149-166,
panjang gigi dengan kelainan akar. 2012.
7. KDA Textbook editing board :
Daftar Pustaka Dermatology, 5th ed.,
1. Borchers AT, Lee JL, Gershwin Ryomoongak,
ME, et al . : Stevens-Johnson 221-227, 2008.
syndrome and toxic epidermal 8. Bajaj N, Madan N, Rathnam A :
necrolysis. Autoimmun Rev, Cessation in root development:
7:598-605, 2008. ramifications of 'Stevens-Johnson'
2. Loboda J, Dudzik A, Chomyszyn- syndrome. J Indian
Gajewska M : Stevens- Soc Pedod Prev Dent, 30:267-270,
Johnson syndrome and toxic 2012.
epidermal necrolysis-based 9. De Man K : Abnormal root
on literature. Przegl Lek , 72:35- development, probably due to
37, 2015. erythema multiforme (Stevens-
3. Tristani-Firouzi P, Petersen MJ, Johnson syndrome). Int J
Zone JJ, et al . : Treatment of Oral Surg , 8:381-385, 1997.
toxic epidermal necrolysis with 10. Brook U : Stevens-Johnson
intravenous immunoglobulin syndrome and abnormal root
in children. J Am Acad Dermatol , development: a case report. Int J
47:548-552, 2002. Paediatr Dent , 4:101-103,
4. Prins C, Kerdel FA, French LE, et 1994.
al . : Treatment of toxic 11. LIBRACH IM : Erythema
epidermal necrolysis with high- multiforme bullosa (Stevens-
dose intravenous Johnson
immunoglobulins: Syndrome); some observations on
multicenter retrospective analysis pathogenesis and
of 48 consecutive on treatment with cortisone and
cases. Arch Dermatol, 139:26-32, ACTH. Postgrad Med J ,
2003. 31:570-574, 1995.
5. Auquier-Dunant A, Mockenhaupt 12. Shetty SR, Chatra L, Shenai P,
M, Roujeau JC, et al. : Rao PK : Stevens-Johnson
Correlations between clinical syndrome: a case report. J Oral Sci
patterns and causes of erythema , 52:343-346, 2000.
multiforme majus, Stevens- 13. Apajalahti S, Hölttä P, Turtola L,
Johnson syndrome, and Pirinen S : Prevalence of
toxic epidermal necrolysis: results short-root anomaly in healthy
of an international prospective young adults. Acta Odontol
study. Arch Dermatol , 138:1019- Scand , 60:56-9, 2002.
24, 2002.
14. Bachot N, Roujeau JC : epidermal necrolysis: a prospective
Differential diagnosis of severe noncomparative study
cutaneous showing no benefit on mortality or
drug eruptions. Am J Clin progression. Arch Dermatol
Dermatol , 4:561-572, , 139:33-36, 2003.
2003. 21. Huang X, Bringas P Jr, Slavkin
15. Fritsch PO, Sidoroff A : Drug- HC, Chai Y : Fate of HERS
induced Stevens-Johnson during tooth root development.
syndrome/toxic epidermal Dev Biol , 334:22-30, 2009.
necrolysis. Am J Clin Dermatol, 22. Ranalli DN, Elliott MA, Whaley
1:349-360 2000. TM, Campagna ED Jr : Stevens-
16. Bastuji-Garin S, Rzany B, Roujeau Johnson syndrome: report of case
JC, et al . : Clinical classification with abnormal root
of cases of toxic epidermal development. ASDC J Dent Child ,
necrolysis, Stevens-Johnson 51:298-301, 1984.
syndrome, and erythema
multiforme. Arch Dermatol,
129:92-96, 1993.
17. Assier H, Bastuji-Garin S, Revuz J,
Roujeau JC : Erythema
multiforme with mucous
membrane involvement and
Stevens-Johnson syndrome are
clinically different disorders
with distinct causes. Arch
Dermatol , 131:539-543, 1995.
18. Oliveira LR, Zucoloto S :
Erythema Multiforme Minor: A
Revision. American Journal of
Infectious Disease , 4:224-231,
2008.
19. Del Pozzo-Magana BR, Lazo-
Langner A, Rieder MJ, et al. :
A systematic review of treatment
of drug-induced Stevens-
Johnson syndrome and toxic
epidermal necrolysis in children.
J Popul Ther Clin Pharmacol,
18:121-133, 2011.
20. Bachot N, Revuz J, Roujeau JC :
Intravenous immunoglobulin
treatment for Stevens-Johnson
syndrome and toxic

Anda mungkin juga menyukai