Anda di halaman 1dari 92

1

LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT
PUSKESMAS II KEMRANJEN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA


PAGERALANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMRANJEN
KABUPATEN BANYUMAS

Oleh:
Ghalia Yasmin G1A015035
Novela Ananda T. S G1A015037

Pembimbing Fakultas:
dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si

Pembimbing Puskesmas:
dr. Indah Kumala Sari

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO

2019
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT
PUSKESMAS II KEMRANJEN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA


PAGERALANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMRANJEN
KABUPATEN BANYUMAS

Oleh:
Ghalia Yasmin G1A015035
Novela Ananda T. S G1A015037

Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran Umum
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Telah diterima dan disahkan


Pada April 2019

Pembimbing Puskesmas Pembimbing Fakultas

dr. Indah Kumala Sari dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si


NIP. 19810511 201012 1 003
3

PRAKATA

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat
rahmatNya sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam tidak lupa kami sanjungkan kepada Nabi Muhammas SAW.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga kami
bisa lebih memahami seluruh proses yang terjadi di dalamnya, baik sejak
pembuatan kuesioner, proses pengolahan data, hingga membuat planning of
action kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tutor kami, dr. Indah Kumalasari
dan dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si yang telah membimbing kami dan
memberikan masukan kepada kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap keluarga besar
Puskesmas Kemranjen II, mulai dari bagian administrasi, tenaga kesehatan,
hingga pihak Kecamatan Kemranjen yang telah memberikan informasi dan arahan
bagi kami dalam melakukan survey kami selama di lapangan.
Laporan ini berisi faktor risiko Hipertensi yang kami amati di wilayah
kerja Puskesmas Kemranjen II. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan masyarakat.
Penulis memohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan di
dalam laporan ini. Kami membutuhkan kritik dan sarapan demi perbaikan laporan
ini agar lebih baik lagi.

Penulis.
4

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Community Health Analysis (CHA) adalah proses untuk
menilai adanya permasalahan kesehatan di masyarakat,
menganalisis penyebab, menyusun dan melaksanakan solusi untuk
permasalahan tersebut, dan mengevaluasi apakah solusi tersebut
mampu mencapai tujuan. Community health analysis bertujuan
untuk melakukan diagnosis komunitas dalam rangka untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ketika prioritas
masalah sudah di tentukan, maka dapat disusun alternative
pemecahan masalah berdasarkan analisis penyebab masalah,
kemudian dapat dilakukan penyusunan plan action yang
merupakan detail aksi dari pemecahan masalah, dan selanjutnya
dilakukan monitoring dan evaluasi (Rosebaum, 2013).
Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4%. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,
333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia (WHO, 2013). Prevalesni
hiperteni terbanyak terjadi pada usia lanjut dengan prevalesni 45,95
PADA USIA 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65-74, dan 68,3% pada
usia > 75 tahun (Zaenurrohmah, 2017). Angka kejadian hipertensi
pada Jawa Tengah mencapai prevalensi 60% yang menepati posisi
pertama pada penyakit tidak menular dandisusul dengan penyakit
diabetes mellitus pada posisi kedua (Profil Kesehatan Banyumas,
2016). Data kasus hipertensi dari Dinas Keesehatan Kabupaten
Banyumas menunjukkan jumlah kasus hipertensi pada bulan
September-Oktober 2018 sebanyak 142 orang. Penyakit hipertensi
merupakan 10 kasus tertinggi yang terjadi di Puskesmas
Kemranjen 2 dengan jumlah 673 kasus. Oleh karena itu perlu
diketahuo lebih lanjut mengenai faktor resiko hipertensi
5

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor risiko
hipertensi di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten
Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang banyak
terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
b. Menentukan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi di di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen 2
c. Menyusun rencana penyelesaian masalah hipertensi dalam
masyarakat secara komprehensif.
d. Mencari alternatif pemecahan masalah hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
e. Memberikan informasi mengenai faktor resiko hipertensi
sebagai upayapreventif dan promotif terhadap komplikasi
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas kemranjen2
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan di bidang kesehatan dalam mencegah
penyakit hipertensi, terutama faktor risiko yang dapat
menimbulkan terjadinya penyakit hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
penyakit hipertensi, faktor risiko dan cara untuk mencegah
penyakit tersebut sehingga diharapkan dapat mengontrol
tekanan darah dan mengurangi komplikasi hipertensi.
b. Manfaat bagi puskesmas
Membantu program enam dasar pelayanan
kesehatan puskesmas yang berkaitan dengan masalah
6

hipertensi seperti promosi kesehatan sehingga dapat


digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan
kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan
masalah.
c. Manfaat bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut
mengenai masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Kemranjen 2
7

II. ANALISIS SITUASI


A. Deskripsi Situasi dan Kondisi
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Kemranjen terletak di bagian selatan Kabupaten
Banyumas dan dibatasi oleh Kecamatan Banyumas dan Kecamatan
Somagede disebelah utara, Kabupaten Cilacap disebelah selatan,
Kecamatan Sumpiuh di sebelah timur dan Kecamatan Kebasen di
sebelah barat. Kecamatan Kemranjen memiliki 15 desa, yaitu Desa
Alasmalang, Desa Grujugan, Desa Karanggintung, Desa Karangjati,
Desa Karangsalam, Desa Kebarongan, Desa Kecila, Desa
Kedungpring, Desa Nusamangir, Desa Pageralang, Desa Petarangan,
Desa Sibalung, Desa Sibrama, Desa Sidamulya dan Desa Sirau.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Kemranjen


Terdapat dua Puskesmas di Kecamatan Kemranjen yaitu
Puskesmas Kemranjen I dan Puskesmas Kemranjen II. Puskesmas
Kemranjen II merupakan puskesmas yang berada di Jalan Raya Buntu,
Desa Sidamulya, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
Puskesmas Kemranjen II memiliki luas wilayah kerja sekitar 249.8
km2, yang terdiri atas wilayah Desa Sirau (44.3 km2), Desa
Kebarongan (47.3 km2), Desa Grujungan (25.6 km2), Desa Sidamulya
8

(21.7 km2), Desa Pageralang (59.2 km2), Desa Alasmalang (30.2 km2)
dan Desa Nusamangir (21.5 km2). Batas wilayah Puskesmas
Kemranjen II sebelah utara adalah Desa Karangrau, Kecamatan
Banyumas; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mujur Lor,
Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap; sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Karangjati, Kecamatan Kemranjen; sedangkan sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Adisana, Kecamatan Kebasen.
2. Keadaan Demografi Kecamatan Kemranjen
a. Pertumbuhan penduduk
Data dari Puskesmas Kemranjen II menunjukkan pada akhir
tahun 2018 di bulan Desember, jumlah penduduk di wilayah
Puskesmas Kemranjen II adalah 41.411jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 21.030 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 20.381 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi
berada di Desa Pageralang yaitu sebesar 10.675 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk terendah berada di Desa Nusamangir yaitu
sebesar 3.085 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Kemranjen II
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur pada tahun 2018
dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan


Kelompok Umur diWilayah Puskesmas Kemranjen IITahun 2018
Jumlah penduduk
Kelompok
No Laki-laki +
umur (tahun) Laki-laki Perempuan
perempuan
1 0-4 1.357 1.264 2.621
2 5-9 1.436 1.279 2.715
3 10-14 1.534 1.474 3.008
4 15-19 1.568 1.474 3.042
5 20-24 1.601 1.518 3.119
9

6 25-29 1.659 1.580 3.239


7 30-34 1.618 1.647 3.265
8 35-39 1.820 1.657 3.477
9 40-44 1.662 1.654 3.316
10 45-49 1.467 1.489 2.956
11 50-54 1.283 1.378 2.661
12 55-59 1.101 1.066 2.167
13 60-64 889 849 1.738
14 65-69 691 634 1.325
15 70-74 471 533 1.004
16 75+ 873 885 1.758
Jumlah 21.030 20.381 41.411
Sumber :Data Sekunder Puskesmas Kemranjen IITahun 2018
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok
umur 35 – 39 tahun adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 3.477
jiwa.
c. Kepadatan penduduk
Penduduk diwilayah Puskesmas Kemranjen II adalah
bervariasi kepadatanya. Desa dengan jumlah penduduk terpadat
berada di Desa Alasmalang dengan tingkat kepadatan sebesar
50,66 jiwa setiap kilometer persegi, sedangkan wilayah dengan
tingkat kepadatan yang paling rendah berada di Desa Sirau yaitu
sebesar 29,71 jiwa setiap kilometer persegi.
d. Tingkat Pendidikan
Data tingkat pendidikan penduduk di wilayah Puskesmas
Kemranjen II menurut tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan tercatat pada tahun 2018 dapat diamati pada tabel
berikut :
10

Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Puskesmas


Kemranjen IIpada Tahun 2018
Jumlah
Pendidikan Laki- Laki-laki + Persentase
Perempuan
laki perempuan
Tanpa ijazah 2.591 2.462 5.053 15,62
SD/ MI 6.219 6.468 12.687 39,22
SMP/ MTs 3.266 3.153 6.419 19,84
SMA/ MA 2.273 1.958 4.231 13,08
SMK 1.136 895 2.031 6,28
D1/ D2 149 130 279 0,86
D3 143 144 287 0.89
D4/ S1 375 354 729 2,25
S2/ S3 24 11 35 0,11
Jumlah 16.176 15.575 31.751
Sumber :Data Sekunder Puskesmas Kemranjen IITahun 2018

e. Tingkat Pekerjaan Penduduk


Data tingkat pekerjaan penduduk di wilayah Puskesmas
Kemranjen II tercatat pada tahun 2018 dapat diamati pada tabel
berikut:
Tabel 2.3 Tingkat Pekerjaan Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kemranjen II pada Tahun 2018

Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Petani 18.951 47,19


PNS 6.035 15,03
TNI 566 1,41
Pedagang 7.128 17,75
Buruh 7.489 18,65
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2016
11

3. Sumber Pelayanan Kesehatan


a. Tempat Pelayanan Kesehatan
Puskesmas :1
Puskesmas Pembantu :1
PKD :7
BPM : 13
PosyanduBalita : 59
Posyandu Lansia : 33
RS Swasta :1
BP Swasta :1
Dokter Praktek Swasta :1
b. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kemranjen II
Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Kemranjen IItahun 2018
didapatkan jumlah tenaga kesehatan sebagai berikut :
Dokter umum PNS/Kontrak : 3 orang
Dokter Gigi : 1 orang
Bidan Puskesmas : 8 orang
Bidan Desa : 11 orang
Perawat PNS/Kontrak : 9 orang
Perawat Gigi : 1 orang
Petugas Laboratorium : 1 orang
TU dan Staf Administrasi : 7 orang
Petugas Farmasi : 2 orang
Petugas Gizi : 2 orang
Petugas Imunisasi/Bidan : 1 orang
Petugas Kesling/Promkes : 2 orang
Epidemiolog : 1 orang
Petugas Cleaning Service/Supir/Penjaga Malam : 4 orang

B. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Angka Kematian (Mortalitas)
Berikut ini akan diuraikan perkembangan tingkat kematian pada
periode yaitu sebagai berikut :
12

a. Jumlah Lahir Hidup


Jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II pada
tahun 2018 sebanyak 575 jiwa, dengan 309 jiwa berjenis kelamin
laki-laki dan 266 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah
kelahiran hidup sebanyak 556 jiwa, dan jumlah kelahiran mati
sebanyak 6 jiwa.
b. Angka Kematian Bayi
Data profil Puskesmas Kemranjen II menunjukkan angka kematian
bayi laki-laki dan perempuan sebesar 3 per 1000 kelahiran hidup,
yaitu berjumlah 6 kasus kematian.
c. Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas di Puskesmas
Kemranjen II adalah 0.
2. Angka Kesakitan
a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate (non polio) < 15 tahun
Acute Flaccid Paralysis non polia merupakan kasus kelumpuhan
ekstremitas bawah yang tidak disebabkan oleh penyakit polio.
Jumlah kasus AFP (non polio) pada tahun 2018 adalah 1 kasus.
b. TB Paru
Jumlah perkiraan TB Paru kasus baru di Puskesmas Kemranjen II
pada tahun 2018 adalah 56 kasus dengan jumlah kasus TB Paru
yang ditemukan sebanyak 18 kasus. Hal ini menunjukkan angka
penemuan kasus TB paru BTA positif mencapai 32,14%. Angka
kesembuhan dan pengobatan lengkap pada kasus TB Paru sebesar
100%. Jumlah kasus TB Paru kasus lama sebanyak 0 kasus. Hal ini
menunjukkan penemuan kasus baru pasien TB paru di Puskesmas
Kemranjen II belum berjalan dengan baik.
c. Pneumonia pada Balita
Jumlah perkiraan balita penderita pneumonia pada tahun 2018
sebanyak 143 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan
dan ditangani di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II adalah
sebanyak 17 kasus atau sebesar 11,88% dengan 12 kasus pada laki-
13

laki dan 5 kasus pada perempuan. Hal ini menunjukkan pencapaian


kasus pneumonia pada balita masih rendah dari target 100% dan
yang tercapai baru 11,88%.
d. Diare
Jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2018
sebanyak 211 kasus, dengan 108 kasus pada laki-laki dan 92 kasus
pada perempuan.
e. Demam Berdarah Dengue
Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada tahun 2018.
Sebanyak 14 kasus ditemukan di Desa Kebarongan 2 kasus, SIrau
9 kasus, Sidamulya 1 kasus, Pageralang 2 kasus. Pasien DBD yang
ditangani sebanyak 14kasus yang berarti pencapaian pengobatan
pasien DBD mencapai 100%.
f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Data di Puskesmas Kemranjen II menunjukkan jumlah kasus
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
meliputi difteri, pertusis, tetanus neonatorum, campak, polio dan
hepatitis B sebanyak 0 kasus. Hal ini didukung pula dengan
pencapaian standar pelayanan minimal Puskesmas Kemranjen II
terhadap imunisasi sudah berjalan maksimal.
g. Hipertensi
Kasus penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen
II pada tahun 2018 sebanyak 673 kasus.
14

III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH

A. Daftar Permasalahan Kesehatan


Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan apa yang
dicapai, oleh karena itu seringkali menimbulkan sebuah perasaan tidak puas.
Dalam penetapan masalah, diperlukan tiga syarat yang harus dipenuhi, antara
lain yaitu adanya kesenjangan, adanya rasa tidak puas, dan adanya rasa
tanggung jawab untuk menanggulangi masalah. Berikut adalah sepuluh
permasalahan kesehatan yang ada di Puskesmas Kemranjen II berdasarkan
data sekunder Puskesmas Kemranjen II pada Bulan Januari-Februari 2019.

Tabel 3.1 Data sepuluh permasalahan di Puskesmas Kemranjen II

No Penyakit Jumlah Kasus

1 ISPA 207

2 Dispepsia 204

3 Diabetes Melitus 194

4 Hipertensi 156

5 Bronkitis 143

6 Faringitis 61

7 Febris 51

8 Myalgia 51

9 Headache 48

10 Cefalgia 48

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Kemranjen II


15

B. Penentuan Prioritas Masalah


Metode yang digunakan dalam menetukan prioritas masalah di
Puskesmas Kemranjen II adalah metode Hanlon. Penentuan masalah dengan
metode Hanlon mengacu pada empat kelompok kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria A: Didasarkan pada besarnya masalah yang didapatkan dari data
kuantitatif, misalkan prevalensi penyakit tertentu atau besar
kerugian dan sebagainya.
2. Kriteria B : Tingkat keparahan yang mengandung unsur subyektif,
merupakan kecenderungan penyebaran dan tingkat
keganasan suatu penyakit atau masalah kesehatan
3. Kriteria C : Ketersediaan solusi yang efektif dalam menyelesaikan
masalah
4. Kriteria D : Kriteria PEARL, yaitu penilaian terhadap propriety,
economic, acceptability, resources availability, dan legality.
Adapun perincian dalam menentukan prioritas masalah di Puskesmas
Kemranjen II yaitu sebagai berikut:
1. Komponen A
Penentuan nilai komponen A adalah berdasar konversi berikut.
Tabel 3.2 Indikator Penilaian Kriteria A
Besarnya Masalah Skor
≥ 25 % 10
10 -24,9 % 8
1 – 9,9 % 6
0,1 – 0,9 % 4
< 0,1 % 2

Tabel 3.3 Penilaian Kriteria A


Masalah Prevalensi Besarnya Masalah
ISPA 17,8% 8
Dispepsia 17,54% 8
Diabetes Melitus 16,68% 8
16

Hipertensi 13,4% 8
Bronkitis 12,29% 8
Faringitis 5,24% 6
Febris 4,38% 6
Myalgia 4,38% 6
Heaadache 4,12% 6
Cefalgia 4,12% 6

2. Komponen B
Penentuan nilai komponen B adalah berdasar konversi berikut.
Tabel 3.4 Indikator Penilaian Kriteria B
Urgensi Severitas Biaya Nilai
Very urgent Very severe Very costly 10
Urgent Severe Costly 8
Some urgency Moderate Moderate cost 6
Little urgency Minimal Minimal cost 4
No urgency None No cost 2

Tabel 3.5 Penilaian Kriteria B


Masalah Urgensi Severitas Biaya Nilai B
ISPA 2 4 4 3,33
Dispepsia 6 6 4 5,33
Diabetes Melitus 8 8 8 8
Hipertensi 8 8 6 7,3
Bronkitis 6 6 4 5,33
Faringitis 4 4 4 4
Febris 8 4 4 5,33
Myalgia 4 4 4 4
Heaadache 6 4 4 4,6
Cephagia 6 4 4 4,6
17

3. Komponen C
Penentuan nilai komponen C adalah berdasar konversi berikut.

Tabel 3.6 Indikator Penilaian Kriteria C


Ketersediaan Solusi Skor
Sangat efektif ( 80-100%) 10
Efektif (60-80%) 8
Cukup efektif (40-60 %) 6
Kurang efektif(20-40%) 4
Tidak efektif (0-20%) 2

Tabel 3.7 Penilaian Kriteria C


Masalah Ketersediaan Solusi Skor
ISPA Efektif 8
Dispepsia Efektif 7
Diabetes Melitus Efektif 8
Hipertensi Efektif 8
Bronkitis Efektif 8
Faringitis Efektif 8
Febris Sangat Efektif 9
Myalgia Efektif 8
Heaadache Efektif 7
Cephagia Efektif 7

4. Komponen D
Penentuan nilai komponen D adalah berdasar aspek berikut.
a. P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah
b. E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat
c. A : Acceptability: apakah bisa diterima masyarakat
18

d. R : Resources: Adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah


e. L: Legality: Tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada
Berdasarkan masalah kesehatan di Puskesmas Kemranjen 2 didapat
penilaian komponen D sebagai berikut.

Tabel 3.8 Penilaian Kriteria D


Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
ISPA 1 1 1 1 1 1
Dispepsia 1 1 1 1 1 1
Diabetes Melitus 1 1 1 1 1 1
Hipertensi 1 1 1 1 1 1
Bronkitis 1 1 1 1 1 1
Faringitis 1 1 1 1 1 1
Febris 1 1 1 1 1 1
Myalgia 0 1 1 1 1 0
Heaadache 0 1 1 1 1 0
Cephagia 0 1 1 1 1 0

5. Prioritas
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B)C
Nilai Prioritas Total (NPT) = (A+B)C X D

Tabel 3.9 Prioritas Masalah


Masalah NPD NPT Peringkat
ISPA 90,64 90,64 6
Dispepsia 93,31 93,31 5
Diabetes Melitus 128 128 1
Hipertensi 122,4 122,4 2
Bronkitis 106,64 106,64 3
Faringitis 80 80 7
19

Febris 101,97 101,97 4


Myalgia 80 0 8
Heaadache 74,2 0 8
Cephagia 74,2 0 8

Berdasarkan penilaian prioritas dasar dan prioritas total didapatkan


tiga prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II adalah
diabetes melitus, hipertensi, dan bronkitis.
20

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥80 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak
pemeriksaan minimal 10 menit (AHA, 2017). Selama bertahun-tahun,
hipertensi diklasifikasikan sebagai tekanan darah dengan nilai sistol 140
mmHg atau lebih dan nilai diastol 90 mmHg atau lebih, tetapi pedoman
terbaru mengklasifikasikan hipertensi merupakan kondisi tekanan darah
130/80 mmHg atau lebih (ACC, 2017). Tekanan darah didefinisikan sebagai
gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan
darah dinyatakan dalam tekanan sistolik per tekanan diastolik, dengan nilai
normal kurang dari 120/80 mmHg (Sherwood, 2011; Martini et al., 2012).

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi dan faktor resiko hipertensi menurut Corwin (2009), Irianto
(2014), Padila (2013), Syamsudin (2013), Udjianti (2010) :
1. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Apabila kedua orang tuanya
menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan
bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
akan turun ke anak-anaknya.
2. Jenis kelamin dan usia
Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan
pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahuntahun dan wanita
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan. Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyebutkan
bahwa prevalensi penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada
perempuan (8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%).
21

3. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa
dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya karena
dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan pendeita
hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika garam
yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam
tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada
volume darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah membawa
lebih banyak cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah
inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah. Kelenjar
adrenal memproduksi suatu hormon yang dinamakan Ouobain. Kelenjar
ini akan lebih banyak memproduksi hormon tersebut ketika seseorang
mengkonsumsi terlalu banyak garam. Hormon ouobain ini berfungsi
untuk menghadirkan protein yang menyeimbangkan kadar garam dan
kalsium dalam pembuluh darah, namun ketika konsumsi garam
meningkat produksi hormon ouobain menganggu kesimbangan kalsium
dan garam dalam pembuluh darah.
Kalsium dikirim kepembuluh darah untuk menyeimbangkan
kembali, kalsium dan garam yang banyak inilah yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Konsumsi garam
berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal menyempit dan menahan
aliran darah. Ginjal memproduksi hormone rennin dan angiostenin agar
pembuluh darah utama mengeluarkan tekanan darah yang besar sehingga
pembuluh darah pada ginjal bisa mengalirkan darah seperti biasanya.
Tekanan darah yang besar dan kuat ini menyebabkan seseorang
menderita hipertensi. Konsumsi garam per hari yang dianjurkan adalah
sebesar 1500 – 2000 mg atau setara dengan satu sendok teh. Perlu diingat
22

bahwa sebagian orang sensitif terhadap garam sehingga mengkonsumsi


garam sedikit saja dapat menaikan tekanan darah. Membatasi konsumsi
garam sejak dini akan membebaskan anda dari komplikasi yang bisa
terjadi.
4. Obesitas
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5. Merokok
Merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu
sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu aktivitas yang didapatkan dari
adanya pergerakan tubuh manusia (Farizati dalam Khomarun, 2013).
Menurut WHO (2010), aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap
pergerakan anggota tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka dan
kegiatan tersebut memerlukan pengeluaran energi.
Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),
pada tahun 2013 ditemukan bahwa di 22 provinsi yang ada di
Indonesia, terdapat penduduk yang memiliki prevalensi aktivitas fisik
tergolong kurang aktif, dan data tersebut berada di atas rata-rata
penduduk yang ada di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya 5 daerah tertinggi dengan penduduk yang memiliki aktivitas
fisik yang kurang aktif, yaitu Provinsi DKI Jakarta (44,2%), Papua
(38,9%), Papua Barat (37,8 %), Sulawesi Tenggara dan Aceh (37,2 %).
Menurut Kemenkes RI (2015) manfaat aktifitas fisik dapat dilihat
dari aspek fisik, aspek psikologis dan aspek sosioekonomi. Manfaat
aspek fisik diantaranya menurunkan resiko penyakit degeneratif,
memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung,
mengendalikan tekanan darah tinggi, mengendalikan gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2. Manfaat aspek psikologis diantaranya
23

meningkatkan rasa percaya diri, membangun rasa sportivitas, dan


membantu mengendalikan stress. Manfaat aspek sosio-ekonomi seperti
meningkatkan produktivitas.
Menurut penelitian di Kosovo menunjukkan aktivitas fisik kurang,
berisiko 1,98 kali menderita hipertensi. Sehingga klasifikasi aktivitas
fisik sebagai faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tingkat aktivitas fisik berisiko (rendah-sedang) dan tidak berisiko
(tinggi). Aktivitas fisik mengurangi risiko hipertensi dengan
mengurangi resistensi pembuluh darah dan menekan aktivitas sistem
saraf simpatik dan sistem renin angiotensin Aktivitas fisik mengurangi
risiko hipertensi dengan mengurangi resistensi pembuluh darah dan
menekan aktivitas sistem saraf simpatik dan sistem renin angiotensin.
Aerobik selama 30-45 menit/hari efektif mengurangi risiko hipertensi
19-30%. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih tinggi. Semakin tinggi detak jantung semakin keras
jantung bekerja untuk setiap kontraksi dan semakin kuat desakan pada
dinding arteri (Hashani, 2014).

7. Stress

Hasil penelitian Putri, et al (2016) menunjukkan bahwa faktor stres


memiliki pengaruh yang kuat terhadap timbulnya hipertensi. Hal ini
sejalan dengan sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa sekitar
38,45% dari sampel penelitian dilaporkan dalam keasaan stress akan
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada sampel yang tidak
mengalami stres. Hal ini menunjukkan bahwa faktor psikologis juga
mempengarui tekanan darah. Stress psikologi berkontribusi sebanyak
9% pada resiko terjadinya hipertensi. Penelitian pada 52 negara
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara infark
miokard dengan keadaan stress dinansial, dan stress permasalahan
hidup (hu, et al, 2015).

Stress dapat mempengaruhi timbulnya hipertensi sesuai dengan


teori yang menyebutkan bahwa kondisi stress meningkatkan aktivitas
24

saraf simpatis yang kemudian meningkatkan tekanan darah secara


bertahap. Stress dapat merangsang kelenjar anak ginjal untuk
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, artinyasemakin berat kondisi stress seseorang
maka semaikin tinggi pula tekanan darahnya. Stress juga dimungkinkan
menjadi salah satu faktor resiko yang sangat kuat dan bisa
mempengaruhi atau memunculkan faktor resiko yang lain berupa
perubahan perilaku ataupun perubahan pola makan.

C. Klasifikasi
1. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Adapun faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi esensial, yakni faktor genetik, psikologis,
lingkungan, serta diet. Pada tahap awal terjadinya hipertensi esensial,
curah jantung meningkat sedangkan tahanan perifer normal. Hal ini
disebabkan adanya peningkatan aktivitas simpatik. Selanjutnya, curah
jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang
disebabkan oleh refleks autoregulasi. Hipertensi esensial berjalan tanpa
gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target
(Kotchen., 2012).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebab dan
patofisiologinya diketahui. Penyebab hipertensi sekunder diakibatkan
oleh beberapa hal berikut, yakni hipertensi renal (kelainan parenkim
ginjal, pembuluh darah ginjal, adanya tumor, retensi natrium, dan
peningkatan pembuluh darah ginjal), hipertensi akibat penyakit endokrin
(akromegali, hipertiroidisme, hipotiroidisme, sindrom metabolik,
pheokromositoma), hipertensi akibat pengaruh obat-obatan, hipertensi
akibat kelainan neurologis (peningkatan tekanan intrakranial, guillain-
barre syndrome, dan stroke), hipertensi disertai obstructive sleep apnea
(OSA), hipertensi akibat kelainan pembuluh aorta (koarktasio aorta),
25

serta hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan (preeklamsia dan


eklamsia) (Chiong., 2008; Kotchen., 2012).
2. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Derajat Hipertensi
Menurut American College of Cardiology, klasifikasi hipertensi
dapat dibagi menjadi:

Tabel 4.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (ACC, 2017)
Klasifikasi tekanan Tekanna Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Meningkat 120-129 <80
Hipertensi stage 1 130-139 80-89
Hipertensi stage 2 ≥140 ≥90

3. Klasifikasi Hipertensi Lainnya


a. Krisis Hipertensi (Emergency Hypertension)
Krisis Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah
sistolik > 180 mmHg dan tekanan darah diastolik > 120 mmHg. Menurut
klasifikasi JNC 7, Krisis Hipertensi tidak ikut disertakan dalam 3 stadium
klasifikasi Hipertensi. Akan tetapi, krisis hipertensi merupakan keadaan
yang khusus dan bersifat gawat darurat sehingga memerlukan tatalaksana
yang lebih agresif. Hal ini disebabkan karena Krisis Hipertensi disertai
dengan kerusakan organ target sehingga harus ditanggulangi segera dalam
waktu 1 jam. Kerusakan organ target meliputi ensefalopati, perdarahan
intrakranial, UAP (Unstable Angina Pectoris), infark miokard akut, gagal
jantung kiri akut dengan atau tanpa edema paru, diseksi atau aneurisma
aorta, gagal ginjal, dan eklamsia (pada ibu hamil) (Firdaus., 2013).
b. Hipertensi Urgensi (Urgency Hypertension)
Hipertensi Urgensi merupakan suatu keadaan yang mirip dengan krisis
hipertensi (tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan tekanan darah diastolik
> 120 mmHg), akan tetapi tanpa disertai kerusakan organ target. Hipertensi
Urgensi tidak dimasukkan juga ke dalam klasifikasi JNC 7, akan tetapi juga
26

merupakan suatu keadaan yang khusus dimana tekanan darah ini harus
diturunkan dalam waktu 24 jam dengan pemberian obat antihipertensi
(Firdaus., 2013).

D. Patomekanime
Banyak faktor yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan sistol dan
atau diastol, namun patofisiologi yang mendasari peningkatan tekanan darah
adalah adanya peningkatan tahanan perifer total tubuh dan peningkatan
cardiac output / curah jantung. Curah jantung dipengaruhi oleh stroke volume
dan heart rate. Peningkatan curah jantung dapat mempengaruhi tahanan
perifer melalui mekanisme autoregulasi. Mekanisme ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya hiperperfusi jaringan dengan cara vasokonstriksi
(Noerhadi, 2008).
Pengaturan curah jantung sangat dipengaruhi oleh RAAS (Renin-
Angiotensin-Aldosteron System) pada ginjal. RAAS dimulai pada saat sel
juksta glomerulus mensekresi renin akibat adanya penurunan laju filtrasi yang
salah satunya disebabkan oleh stenosis arteri renalis. Renin yang keluar akan
mengubah angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I, kemudian
angiotensin I diubah oleh ACE (Angiotensin Converting Enzyme) menjadi
angiotensin II. Angiotensin II akan menginduksi sekresi aldosteron yang akan
meretensi natrium. Natrium yang terakumulasi dalam pembuluh darah akan
menarik cairan intertisial melalui mekanisme osmolaritas, sehingga volume
darah meningkat dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Angiotensin II
juga akan berikatan dengan reseptor AT1 yang menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi sehingga tahanan perifer total meningkat. (Sherwood, 2011,
Martini et al, 2012).
E. Diagnosis
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun
luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah
sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
27

diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada


seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi
(JNC 7, 2003).
Tabel 4.2 Klasifikasi Hipertensi (JNC 7, 2003).

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi di Indonesia mengacu pada beberapa
guideline, diantaranya guideline Joint National Committee (JNC) 8 tahun
2014 dan Europan Society of Hypertension (ESH) and European Society
of Cardiology (ESC) atau ESC/ESH tahun 2007 (Tedjasukmana, 2012).
Guideline JNC 8 mencantumkan 9 rekomendasi penanganan hipertensi
yang terdiri dari (Muhadi, 2016):
1. Rekomendasi 1
Pada populasi umum berusia ≥60 tahun terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥150
mmH atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target sistolik
<150 mmHg dan target diastolik <90 mmHg (Strong Recommendation-
Grade A).
Pada populasi umum berusia ≥60 tahun jika terapi farmakologis
hipertensi menghasilkan tekanan darah sistolik lebih rendah (misalnya
<140 mmHg) dan ditoleransi baik tanpa efek samping kesehatan dan
kualitas hidup, dosis tidak perlu disesuaikan (Expert Opinion-Grade E).
2. Rekomendasi 2
Pada populasi umum <60 tahun terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah diastolik ≥90
mmHg dengan target tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk usia
28

30-59 tahun Strong Recommendation-Grade A; untuk usia 18-29 tahun


Expert Opinion-Grade E).
3. Rekomendasi 3
Pada populasi umum <60 tahun terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg (Expert
Opinion-Grade E).
4. Rekomendasi 4
Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik
terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika
tekanan darah sistolik ≥140 mm)H atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target
tekanan darah diastolik <90 mmHg (Expert Opinion-Grade E).
5. Rekomendasi 5
Pada populasi berusia <18 tahun dengan diabetes terapi
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan
darah diastolik <90 mmHg (Expert Opinion-Grade E).
6. Rekomendasi 6
Pada populasi non-kulit hitam umum, termasuk mereka dengan
diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe
thiazide, calcium channel blocker (CCB), angiotensin-converting
enzyme inhibitor (ACE-I), atau angiotensin receptor blocker (ARB).
(Moderate Recommendation-Grade B).
7. Rekomendasi 7
Pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan
diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe
thiazide atau CCB. (Untuk populasi kulit hitam: Moderate
Recommendation-Grade B; untuk kulit hitam dengan diabetes: Weak
Recommendation-Grade C).
29

8. Rekomendasi 8
Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik,
terapi antihipertensi awal (atau tambahan) sebaiknya mencakup ACE-I
atau ARB untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk
semua pasien penyakit ginjal kronik dengan hipertensi terlepas dari ras
atau status diabetes (Moderate Recommendation-Grade B).
9. Rekomendasi 9
Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan
mempertahankan target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak
tercapai dalam 1 bulan perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau
tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang direkomendasikan
dalam rekomendasi 6 (Tabel 4.2). Dokter harus terus menilai tekanan
darah dan menyesuaikan regimen perawatan sampai target tekanan
darah dicapai. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2
obat tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan
gunakan ACE-I dan ARB bersama-sama pada satu pasien.
Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai menggunakan obat di
dalam rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau perlu menggunakan
lebih dari 3 obat, obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan.
Rujukan ke spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika target
tekanan darah tidak dapat tercapai dengan strategi di atas atau untuk
penanganan pasien komplikasi yang membutuhkan konsultasi klinis
tambahan. (Expert Opinion-Grade E).
30

G. Kerangka Teori Penelitian

Keturunan Hipertensi

Hipertensi

Curah Jantung

Kecepatan Denyut Jantung Isi Sekuncup Tahanan Perifer

Sistem Renin-Angiostensin
Usia
Sistem Saraf Otonom
Jenis Kelamin
Disfungsi Endotelium
Aktivitas Fisik
Substansi Vasoaktif
Asupan Garam
Hiperkoagulasi

Obesitas
Disfungsi Sistolik

Merokok

- Merokok
- Stress
31

H. Kerangka Teori Konsep

Riwayat Keluarga

Stress

Aktivitas Fisik

Asupan Garam dan Hipertensi


Lemak
Obesitas

Merokok

Jenis Kelamin

Pengetahuan

I. Hipotesis
1. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
2. Ada hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kemranjen 2
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
4. Ada hubungan antara asupan garam dan lemak dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
5. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Kemranjen 2
6. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
7. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
32

8. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi di


wilayah kerja Puskesmas Kemranjen 2
33

I. METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Observasi atau pengukuran variabel dilakukan pada waktu yang
bersamaan.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko penyakit
Hipertensi pada masyarakat wilayah kerja Puskemas Kemranjen II.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi target
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh warga Kemranjen di wilayah
Puskesmas II Kemranjen.
b. Populasi terjangkau
Warga Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen.
2. Sampel
a. Kriteria dan Ekslusi
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan kriteria-kriteria
berikut:
i.Kriteria Inklusi
a) Tinggal di desa Pageralang Kecamatan Kemranjen
b) Dapat berkomunikasi secara verbal
c) Usia > 60tahun
d) Bersedia menjadi respon
ii. Kriteria Ekslusi
a) Tidak bersedia menjadi responden
b) Memiliki riwayat hipertensi sekunder
34

b. Besar Sampel
Cara menentukan besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus:
𝑍𝛼+𝑍𝛽
𝑛=[ 1+𝑟 ]2 + 3
0,5𝐼𝑛 ( )
1−𝑟

n = Jumlah sampel
α = kesalahan tipe satu 5%
Zα = 1,96
β = kesalahan tipe dua 10%
Zβ = 1,64
r = koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna
ditetapkan 0,5

Dengan rumus ini didapatkan sampel minimal:

1,96+1,64
𝑛=[ 1+0,5 ]2 +3
0,5𝐼𝑛 ( )
1−0,5

n = 38

Berdasarkan perhitungan sampel di atas, maka besar sampel minimal untuk


penelitian ini adalah 38 orang.

c. Teknik sampling
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling dengan metode consecutive sampling.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Jenis Kelamin, Aktivitas Fisik, Obesitas, Merokok, Asupan Garam,
Riwayat Keluarga
2. Variabel terikat : Kejadian hipertensi
35

D. Definisi Operasional
Tabel 5.1. Definisi operasional variabel
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Jenis dan
Skala
Data

1. Jenis Varian laki-laki dan perempuan yang Kuesioner Kategorik


Kelamin dibedakan berdasarkan bentuk fisiknya. Faktor- nominal
Faktor
Hasil interpretasi:
Risiko
a. Laki-laki Hipertensi
b. Perempuan
2. Riwayat Data riwayat penyakit hipertensi dalam Kuesioner Kategorik
Keluarga keluarga diperoleh dari kuesioner. Faktor- nominal
Keluarga yang dimaksud yaitu antara Faktor
lain orang tua, saudara kandung, nenek, Risiko
dan kakek. Hipertensi

Hasil interpretasi:

a. Ada riwayat hipertensi dalam


keluarga
b. Tidak ada riwayat hipertensi dalam
keluarga
3. Indeks Massa Indeks massa tubuh adalahnilai dari hasil Timbangan, Kategorik
Tubuh (IMT) penghitungan berat badan dalam pita ukur nominal
kilogram dibagi kuadrat tinggi badan
dalam meter; IMT = BB (kg) / TB2 (m2).

Hasil interpretasi IMT (Sustrani, 2004)


yaitu:

a. Obesitas (jika IMT >25 kg/m2)


b. Tidak Obesitas (jika IMT <25 kg/m2
4. Kebiasaan Kebiasaan makan makanan asin atau Kuesioner Kategorik
36

Makan banyak mengandung garam yang Faktor- ordinal


Makanan dilakukan sehari-hari dalamperiode Faktor
Asin waktu tertentu. Makanan asin misalnya Risiko
telor asin, kecap asin, sayur asin, kripik Hipertensi
kentang, keju, daging kaleng, saos
tomat, saos cabai (Kemenkes, 2014).

Hasil interpretasi:

a. Sering,jika makan makanan asin3-6


kali perminggu atau 1x/hari
atau>1x/hari
b. Kadang,jika makan makanan asin1-2
kali perminggu
c. Jarang,jika makan makanan asin
belum tentu satu minggu sekali
5. Kebiasaan Kebiasaan makan atau minum yang Kuesioner Kategorik
Mengonsumsi mengandung lemak jenuh seperti daging Faktor- ordinal
Lemak Jenuh ,jeroan, (daging atau jerohan dari Faktor
binatang berkaki empat), telur, susu dan Risiko
lain-lain yang dilakukan sehari-hari Hipertensi
dalam periode waktu tertentu.

Hasil interpretasi:

a. Sering,jika makan/minum yang


mengandung lemakjenuh3-6 kali
perminggu atau 1x/hari atau>1x/hari
b. Kadang,jika makan/minum yang
mengandung lemak jenuh1-2 kali
perminggu
c. Jarang, Jika makan/minum yang
mengandung lemak jenuh belum
tentu satu minggu sekali
37

6. Kebiasaan Perilaku menghisap batang rokok atau Indeks Kategorik


Merokok menghirup asap rokok yang dibakar dan Brinkman ordinal
atau pernah merokok dalam sehari-hari. dalam
Kuesioner
Rumus Indeks Brinkman = jumlah rata-
Faktor-
rata rokok yang dihisap sehari (batang) x
Faktor
lama merokok (tahun)
Risiko
Hasil interpretasi: Hipertensi

a. Perokok Berat (Indeks Brinkman ≥


600)
b. Perokok Sedang (Indeks Brinkman
200-599)
c. Perokok Ringan (Indeks Brinkman 1-
199)
d. Perokok Pasif (ada perokok aktif di
lingkungan rumah atau tempat kerja)
e. Bukan Perokok Pasif/Aktif
7. Aktivitas Aktivitas fisik adalah intensitas Kuesioner Kategorik
Fisik kegiatan/gerakan otot yan dilakukan Faktor- Ordinal
sehari-hari untuk membakar energi dan Faktor
dijumlahkan dalam satuan METs sesuai Risiko
standar IPAQ. Hipertensi

Hasil interpretasi:

a. Rendah: <600 METs/menit/minggu


b. Sedang: 600-1499
METs/menit/minggu
c. Tinggi: > 1500 METs/menit/minggu
8. Tingkat Kemampuan untuk memahami tentang Kuesioner Kategorik
Pengetahuan pengertian hipertensi, gejala hipertensi, Faktor- nominal
terhadap dampak dan cara pengendalian Faktor
Hipertensi hipertensi. Risiko
38

Hasil interpretasi: Hipertensi

a. Tingkat pengetahuan baik jika


jawaban benar ≥ 5
b. Tingkat pengetahuan kurang baik jika
jawaban benar < 5
9. Stres Stress dinilai dari keadaaan psikis Kuesioner Kategorik
seseorang. Dinilai menggunakan Faktor- nominal
kuisioner khusus yang mengkaji tingkat Faktor
stress, yaitu Depression Anxiety Stress Risiko
Scale (DASS). Hipertensi

Hasil interpretasi:

a. Stres, jika skor ≥14 untuk perempuan


dan ≥12 untuk laki-laki
b. Tidak stres, jika skor <14 untuk
perempuan dan <12 untuk laki-laki
10. Hipertensi Hipertensi esensial merupakan suatu Sfigmamo- Kategorik
Esensial keadaan terjadinya peningkatan tekanan meter nominal
darah yang memberi gejala berlanjut raksa,
pada suatu target organ tubuh yang tidak stetoskop
disebabkan oleh kondisi atau penyakit
tertentu (JNC VIII, 2013).

Hasil interpretasi:

a. Hipertensi (tekanan darah ≥140/90


mmHg)
b. Tidak hipertensi (tekanan darah
<140/90 mmHg).
39

E.Instrumen Pengambilan Data


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data
dalam penelitian. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Pengumpulan
data dilakukan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disertai lembar
persetujuan penelitian (Informed Consent), tensimeter, Timbangan injak dan
midline.
a) Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,
sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam
hal wawancara) tinggal memberikan atau dengan memberikan tanda-tanda
tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini berisi daftar
pertanyaan mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi.
b) Sphygmomanometer atau tensimeter
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
Sphygmomanometer atau tensimeter jarum yang mempunyai ketelitian
millimeter (mmHg). Adapun prosedurnya adalah:
1) Melingkari manset alat pengukuran pada lengan bagian atas pasien.
2) Menempelkan stetoskop pada arteri tepat dibawah manset tersebut.
3) Memompa manset sehingga menggelembung dan memblokade aliran
darah melalui arteri, sehingga pulsa pada lengan tidak terasa lagi.
4) Melepaskan udara dari manset.
5) Mencatat tekanan darah dimana detak jantung terdengar pertama kali yang
disebut tekanan sistolik dan dimana bunyi menghilang yang disebut tekanan
diastolik.
c) Timbangan injak dan midline
Timbangan injak dan midline ini digunakan untuk mengukur berat badan
dan tinggi badan responden guna menghitung Index Massa Tubuh (IMT).
2. Teknik Pengambilan Data
a) Wawancara
40

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan


data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Jenis wawancara dalam penelitian ini
adalah wawancara terpimpin atau wawancara yang dilakukan dengan pedoman-
pedoman berupa kuesioner. Pedoman dalam kuesioner disusun dari variabel-
variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara umur penderita, jenis kelamin, obesitas, konsumsi
garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga yang menderita
hipertensi dengan kejadian hipertensi
b) Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaaan tekanan darah digunakan untuk mengetahui data mengenai
status hipertensi pada responden yang melakukan pemeriksaan rutin di
Puskesmas II Kembaran Banyumas.
c) Pengukuran berat badan dan tingi badan
Untuk mengetahui data mengenai status obesitas dilakukan dengan cara
perhitungan antara berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan (m)
dikuadratkan, sehingga didapatkan Index Massa Tubuh (IMT) responden yang
melakukan pemeriksaan rutin di Puskesmas II Kembaran Banyumas.
F.Rencana Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden.
Masing-masing variabel hasil penelitian dideskripsikan berdasarkan frekuensi.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan
variabel terikat menggunakan uji Chi Square. Data yang tidak memenuhi syarat uji
Chi Square, maka analisis dilakukan dengan menggunakan uji alternatif Fisher
Exact Test.
3. Analisis multivariat
41

Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi berganda. Uji ini digunakan
ntuk menganalisis hubungan beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil
analisis multivariat dapat dilihat dari odd ratio.

G.Waktu dan Tempat


Kegiatan akan dilaksanakan pada April 2019. Penelitian akan dilakukan di Desa
Pageralang dan Puskesmas II Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
42

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Analisis Univariat
Hasil penelitian ini di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II
khususnya di Desa Pageralang, dengan jumlah responden 40 orang lansia.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung pengisian kuesioner yang
dipandu oleh peneliti. Analisis univariat yang digunakan dengan menggunakan
distribusi frekuensi pada masing-masing variabel dan presentasenya.
Tabel 6.1 Karakteristik Responden
No Variabel Indikator N %
1 Hipertensi Hipertensi 25 62.5
Tidak hipertensi 15 37.5
2 Jenis Kelamin Laki-Laki 5 12.5
Perempuan 35 87.5
3 Riwayat Keluarga Ada 30 75.0
Tidak Ada 10 25.0
4 Indeks Massa Obesitas 11 27.5
Tubuh Tidak Obesitas 29 72.5
5 Sering 24 60.0
Kebiasan Makan Asin Kadang 10 25.0
Jarang 6 15.0
6 Sering 0 0.0
Konsumsi Lemah Jenuh Kadang 3 7.5
Jarang 37 92.5
7 Perokok Berat 6 15.0
Merokok Perokok Sedang 0 0.0
Perokok Ringan 0 0.0
Perokok Pasif 21 52.5
Bukan Perokok 13 32.5
8 Tinggi 6 15.0
Aktivitas Fisik Sedang 11 27.5
43

Rendah 23 57.5
9 Tingkat Baik 16 40.0
Pengetahuan Kurang baik 24 60.0
10 Stress Ya 14 35.0
Tidak 26 65.0
44

2. Hasil Analisis Data Bivariat


Analisis data bivariat ini menggunakan uji Chi Square. Jika tidak ada sel yang
mempunyai nilai expected kurang dari lima, maka dapat digunaan uji Chi Square.
Jika paling tidak ada satu sel yang mempunyai nilai expected kurang dari lima,
maka menggunakan uji Fisher dan uji Kolomogorov-Smirnov.

Tabel 6.2 Hasil Analisis Data Bivariat

HT Non-HT Nilai
Interpretasi
Variabel Kategori p
n n

Laki-laki 2 3
Jenis Tidak
Perempuan 23 12 0.264
Kelamin signifikan

Riwayat HT 23 7
0.002 Signifikan
Keluarga Non-HT 2 8
Rendah 23 0
Aktivitas
Sedang 0 11 0.000 Signifikan
Fisik
Tinggi 2 4
Sering 18 6
Garam Kadang 7 3 0.003 Signifikan

Jarang 0 6
Berat 2 4
Sedang 0 0
Ringan 0 0
Merokok 0.000 Signifikan
Pasif 16 5
Tidak 7 6
merokok
Sering 0 0
Tidak
Lemak Kadang 1 2 0.312
signifikan
Jarang 24 13
Obesitas Tidak 18 11 0.613 Tidak
45

obesitas signifikan
Obesitas 7 4
Stress 11 3
Tidak
Stres Tidak 14 12 0.231
signifikan
Stress
Pengetahuan Baik 10 6 1.000 Tidak
Buruk 15 9 signifikan

Pada tabel 6.2 didapatkan hasil uji komparatif antara faktor resiko
Hipertensi dengan angka kejadian Hipertensi. Pada faktor resiko riwayat keluarga,
Konsumsi makanan asin, aktifitas fisik, merokok dan stress didapatkan hasil nilai
p<0.05. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara riwayat
keluarga, konsumsi makanan asin, aktifitas fisik, merokok dan stress menderita
Hipertensi dengan angka kejadian Hipertensi. Hasil analisis statistik pada faktor
resiko lainnya didapatkan hasil nilai p>0.05, maka tidak terdapat hubungan antara
faktor resiko lainnya terhadap angka kejadian Hipertensi.

3. Hasil Analisis Data Multivariat


Analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat pada faktor resiko dengan
angka kejadian Hipertensi dengan nilai p<0.25, yaitu riwayat keluarga, konsumsi
makanan asin, aktifitas fisik dan stress menderita Hipertensi dengan angka kejadian
Hipertensi. Hasil analisis multivariat tercantum dalam tabel 6.3.
Tabel 6.3 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik
Variabel Nilai p
Step 1

Riwayat keluarga HT 0.001

Aktivitas Fisik 0.000

Konsumsi Garam 0.003

Stress 0.123
46

Merokok 0.759

Tabel 6.3 menjelaskan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat


keluarga, aktivitas fisik, konsumsi garam dengan angka kejadian Hipertensi
(P<0.05). Sedangkan untuk faktor resiko stress dan merokok tidak memiliki
hubungan bermakna dengan angka kejadian Hipertensi (p>0.05).
B. Pembahasan
1. Analisis Univariat
Berdasarkan data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan jumlah responden perempuan
(87.5%) lebih banyak daripada responden laki-laki (12.5%). Responden yang
memiliki riwayat keluarga hipertensi (75.0%) lebih banyak tiga kali lipat dari
jumlah responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi (25.0%).
Responden yang memiliki kebiasaan makan makanan asin jumlahnya lebih
banyak pada kelompok sering (60.0%), beturut-turut kelompok kadang (25.0%)
dan jarang (15.0%). Namun berbeda pada responden pada variabel kebiasaan
mengonsumsi lemak jenuh, jumlah kelompok sering yakni (0.0%), kelompok
kadang (7.5%), dan kelompok jarang (92,5%).
Data pada variabel merokok, yakni kelompok perokok berat 15.0%, perokok
pasif 52.5%, dan bukan perokok 32.5% serta tidak didapatkan responden yang
terdistribusi pada kelompok perokok sedang dan ringan. Sebagian besar
responden memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah yakni 57.5%, selain itu
kelompok aktivitas fisik sedang dan tinggi adalah berturut-turut 27.5% serta
15.0%.
Tingkat pengetahuan responden didominasi oleh kelompok dengan tingkat
pengetahuan yang kurang baik terhadap hipertensi (60.0%). Kelompok dengan
tingkat pengetahuan yang baik adalah sebesar 40.0%. Selain itu, sebagian besar
responden memiliki stres yakni sebanyak 14 orang (35.0%), sedangkan
kelompok yang tidak stres adalah sebanyak 26 orang (65.0%).

2.Analisis Bivariat

a. Hubungan Hipertensi dengan Jenis Kelamin


47

Berdasarkan hasil uji fisher diperoleh nilai p > 0,05 yang


menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin dengan
hipertensi. Hal ini dapat diartikan bahwa responden berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan memiliki risiko relatif sama. Hasil penelitian ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Raihan, et al (2014) yang
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin dengan
hipertensi. Penelitian lain tentang hipertensi juga dilakukan oleh Anggara
dan Prayitno (2012) dengan hasil tidak terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan hipertensi.
Menurut Cortas (2008) prevalensi terjadinya hipertensi pada laki-
laki dengan perempuan sama besar. Namun, pada perempuan sebelum usia
menopouse akan terlindungi dari penyakit kardiovaskuler. Hal ini
disebabkan oleh adanya hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis (Cortas,
2008 dalam Reihan, et al, 2014). Selain itu, hormon estrogen berperan
dalam proteksi tekanan darah istirahat ketika adanya aktivitas saraf simpatis
otot (Robertson, 2012 dalam Ningsih, 2017). Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas pada perempuan usia
premenopuse (Cortas, 2008 dalam Reihan, et al, 2014). Menurut Santoso
dalam Sulistyowati (2010), laki-laki dan perempuan memiliki peluang
relatif sama menderita hipertensi yang kemungkinan disebabkan oleh
pekerjaan. Mayoritas perempuan saat ini telah bekerja, sehingga dapat
mempengaruhi keadaan psikologis seperti stres. Keadaan tersebut akan
meningkatkan risiko terkena hipertensi (Sulistyowati, 2010).
b. Hubungan Hipertensi dengan Riwayat Keluarga
Faktor genetik pada penelitian ini memiliki hubungan yang
bermakna terhadap kejadian hipertensi di desa Pageralang (p < 0,05).
Sehingga seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi dapat digunakan
untuk memastikan diagnosa hipertensi esensial. Hal ini disebabkan karena
peningkatan natrium intraseluler dam rendahnya rasio antara kalium
terhadap natrium. Seorang anak dengan riwayat keluarga hipertensi
48

memiliki risiko lebih besar untuk menderita hipertensi. WHO


memperkirakan 3 % dari anak yang lahir dari ayah dan ibu normotensif
akan mungkinkan menderita hipertensi. 45% seorang anak menderita
hipertensi bila kedua orang tua menderita hipertensi. Jika hanya salah satu
orang tua hipertensi maka 12,8% anaknya akan menderita hipertensi.
Tingkat tekanan darah memiliki hubungan dengan faktor genetik (Saing,
2005; Aisyah, 2011).
c. Hubungan Hipertensi dengan Merokok
Kebiasaan merokok menunjukan hubungan yang bermakna pada
penelitian ini (p < 0.05). Hal ini sejalan dengan teori yang menjelaskan
bahwa nikotin yang terkandung pada asap rokok dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah melalui proses pelepasan epinefrin, sedangkan
Carbon monoxide (CO) berperan dalam penyakit kardiovaskuler yaitu
aterosklerosis dan pembentukan trombus. Nikotin pada rokok memiliki
peran penting dalam peningkatan cardiac output, heart rate, dan tekanan
darah. Nikotin pada rokok memiliki peran penting dalam peningkatan
cardiac output, heart rate, dan tekanan darah. Berdasarkan penelitian,
perilaku merokok dapat meningkatkan risiko 6,9 kali lebih besar untuk
terjadinya hipertensi. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan
tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5 – 20 kali per
menit (Jegathes, 2010).
d. Hubungan Hipertensi dengan Konsumsi Garam
Pada penelitian ini, nilai p value hubungan asupan garam dengan
kejadian hipertensi didapatkan 0.003, artinya hubungan antara asupan
garam dengan kejadian hipertensi tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Pada penelitian ini asupan garam dibatasi pada seberapa sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dalam satu minggu . Jika
tidak pernah dalam seminggu dikatakan jarang, jika 1-2 kali dalam satu
minggu dikatakan kadang, jika >3 kali dalam seminggu dikatakan sering.
Hasil ini sesuai dengan teori bahwa garam menyebabkan
penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar
tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
49

manusia yang mengkonsumsi garam kurang ditemukan tekanan darah rata-


rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya
rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6
gram atau 3 sendok per hari (Depkes RI, 2006).

e. Hubungan Hipertensi dengan Aktivitas fisik

Aktifitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh


pergerakan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
aktifitas fisik akan menjadi faktor risiko indepeden untuk penyakit kronis
dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara
global (Wahyuni, 2017).

Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara


aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. Pada penelitian ini responden
berumur >60 tahun yang dominannya sudah tidak bekerja karena sudah
lanjut usia dan bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga hanya mengisi
waktunya duduk-duduk melihat televisi dan aktivitas didalam rumah saja.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya proses menua pada lanjut usia.
Orang lanjut usia pada lazimnya secara fisiologis adalah normal memiliki
nilai tekanan darah yang tinggi.Selain karena mengurangi aktifitasnya di
usia senja, kondisi ini juga terjadi karena dinding arterio telah menebal dan
kaku karena arteriosclerosis sehingga darah dipaksa untuk melalui
pembuluh darah yang sempit. Semakin aktif aktifitas fisiknya semakin
normal tekanan darah baik pada hipertensi sistol maupun diastol, dan
semakin tidak aktif aktivitas fisiknya semakin tinggi tekanan darah baik
pada hipertensi sistol maupun diastol (Wahyuni, 2017)

f. Hubungan Hipertensi dengan Obesitas


Penelitian ini mengkategorikan variabel obesitas menjadi obesitas dan
tidak obesitas. Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel obesitas dengan
hipertensi menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik
ditunjukkan dengan nilai p value 0,613 atau p > 0,05.
50

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Jegathes (2010)


meyatakan bahwa obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian hipertensi. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan mayoritas
masyarakat yang menjadi responden tidak mengalami obesitas.
g. Hubungan Hipertensi dengan Konsumsi Lemak
Penelitian ini mengkategorikan variabel konsumsi lemak jenuh menjadi
sering, jarang, dan kadang. Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel
konsumsi lemak dengan hipertensi menunjukkan hubungan yang tidak
bermakna secara statistik ditunjukkan dengan nilai p value 0,312 atau p >
0,05.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ismuningsih (2013), yang
memiliki hasil tidak bermakna secara statistik. Menurut Ismuningsih (2013),
konsumsi lemak tidak signifikan dapat terjadi karena ada faktor lain yang
menyebabkan meningkatnya tekanan darah, seperti konsumsi natrium, usia,
riwayat keluarga, dan adanya penyakit lain yang menyertainya. Kondisi ini
juga menyerupai karakteristik warga Desa Pageralang.
h. Hubungan Hipertensi dengan Tingkat Pengetahuan
Penelitian ini mengkategorikan variabel tingkat pengetahuan menjadi
tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil
uji Fisher antara variabel tingkat pengetahuan dengan hipertensi
menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik ditunjukkan
dengan nilai p value 1,00 atau p > 0,05.
Hasil penelitian Sari dkk (2018) menggambarkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara tingkat kepatuhan lansia tentang hipertensi dengan
kepatuhan dalam meminum obat. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan tentang hipertensi maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan
dalam meminum obat
Hal ini dapat terjadi karena apa yang telah dilakukan responden selama
ini merupakan tindakan yang mengarah pada upaya pencegahan hipertensi
meskipun responden tidak menyadari bahwa dari segi pengetahuan responden
masih kurang (Utomo, 2013).
i. Hubungan Hipertensi dengan Tingkat Stres
51

Penelitian ini mengkategorikan variabel tingkat stress menjadi stress dan


tidak stress. Berdasarkan hasil uji Fisher antara variabel tingkat stress dengan
hipertensi menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik
ditunjukkan dengan nilai p value 0,231 atau p < 0,05.
Hal ini serupa dengan hasil peneltian Bahri dan Sugiyanto (2014)
dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Stres dan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Panti Wredha di Yogyakarta. Hal ini dapat
diakibatkan karena stress psikologis baru dapat mempengaruhi hipertensi jika
telah melewati proses yang lama. Hubungan ini tidak terjadi secara langsung.
Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan
darah yang menetap. Hanya jika stress menjadi permanen, dan tampaknya
tidak ada jalan untuk mengatasinya atau menghindarinya, maka organ yang
demikian akan mengalami hipertensi sedemikian terus-menerus sehingga
stress menjadi resiko (Armilawaty, 2007).
3. Analisis Multivariat
Faktor risiko seperti aktivitas fisik, riwayat keluarga dan konsumsi garam
mempengaruhi hipertensi dengan konsumsi garam merupakan faktor risiko yang
paling berpengaruh. Pada uji hubungan secara statistik ditunjukan dengan nilai sig
untuk riwayat penyakit keluarga adalah 0.001 atau ≤ 0.05, nilai sig untuk aktifitas
fisik adalah 0.000 atau ≤ 0.05, nilai sig untuk konsumsi garam adalah 0.003. Nilai
Odd Ratio (OR) pada konsumsi garam lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas
fisik dan riwayat penyakit keluarga, sehingga konsumsi garam lebih berpengaruh
terhadap hipertensi.
Penelitian membuktikan bahwa orang yang berolahraga memiliki faktor
risiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kolesterol tinggi. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-
50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, latihan fisik antara 30-45 menit
sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi (Cortas,
2008). Salah satu bentuk latihan fisik adalah dengan berolahraga. Prinsip
terpenting dalam olahraga bagi orang yang menderita hipertensi adalah mulai
dengan olahraga ringan yang dapat berupa jalan kaki ataupun berlari-lari kecil.
52

Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi, sebagian gennya akan


berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan yang akan meningkatkan tekanan
darah. Riwayat keluarga dekat yang mempunyai hipertensi akan meningkatkan
risiko hipertensi sebesar 4 kali lipat melaporkan bahwa seseorang yang normal
dengan riwayat hipertensi pada keluarga terjadi penurunan aktivitas saraf
parasimpatis yang signifikan. perubahan saraf otonom ini diturunkan melalui
genetic yang berperan dalam kejadian hipertensi (Syukraini, 2009)
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.
Asupan garam kurang dari tiga gram setiap hari memiliki prevalensi hipertensi
yang rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram per hari menyebabkan
prevalensi hipertensi meningkat antara 15-20%, oleh karena itu WHO
menganjurkan untuk pembatasan konsumsi garam 28 dapur hingga 6 gram sehari
atau setara dengan 2400 mg natrium (Syukraini, 2009).
Pada dasarnya konsumsi natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam
dapur dengan jumlah normal dapat membantu mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah, namun natrium dalam jumlah yang
berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah,
akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan
darah menjadi tinggi (Syukraini, 2009).
53

VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil dan pembahasan, faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi di masyarakat Desa Pageralang kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyumas adalah riwayat penyakit keluarga, konsumsi garam perhari dan kurangnya
aktivitas fisik maka dapat diambil beberapa masalah yang terkait faktor risiko yang
sudah teridentifikasi tersebut. Konsumsi garam yang tinggi menjadi faktor risiko paling
besar berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Pemecahan masalah yang terkait
riwayat penyakit keluarga, konsumsi garam perhari dan kurangnya aktivitas fisik
dengan hipertensi maka dapat dibuat beberapa alternatif. Adapun beberapa alternatif
pemecahan masalah yaitu :
1. Penyuluhan mengenai penyakit hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, tatalaksana,
pencegahan hipertensi, dan komplikasi akibat hipertensi serta faktor risiko
kaitannya dengan konsumsi garam perhari dan kurangnya aktivitas fisik
2. Konseling saat prolanis mengenai penyakit hipertensi, penyebab, tanda dan gejala,
tatalaksana, pencegahan hipertensi, dan komplikasi akibat hipertensi serta faktor
risiko kaitannya dengan konsumsi garam perhari dan kurangnya aktivitas fisik.
3. Pelatihan Kader Kesehatan Desa Pageralang mengenai pengukuran tekanan darah
dan senam hipertensi.
B. Penentuan Alternatif Terpilih
Adanya berbagai keterbatasan meliputi sarana, tenaga, dana, dan waktu membuat
perlunya dilakukan pemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah. Metode Rinke
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam memilih prioritas
pemecahan masalah. Metode tersebut menggunakan dua kriteria, yaitu efektifitas dan
efisiensi jalan keluar.Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat
diatasi, pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan
biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.
1. Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M : Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1. Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2. Masalah yang dapat diatasi kecil
54

3. Masalah yang dapat diatasi cukup besar


4. Masalah yang diatasi besar
5. Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I : Importancy (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan
selesainya masalah):
1. Sangat tidak langgeng
2. Tidak langgeng
3. Cukup langgeng
4. Langgeng
5. Sangat langgeng
c. V : Vulnerability (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan
penyelesaian masalah):
1. Penyelesaian masalah sangat lambat
2. Penyelesaian masalah lambat
3. Penyelesaian cukup cepat
4. Penyelesaian masalah cepat
5. Penyelesaian masalah sangat cepat
2. Kriteria efisiensi jalan keluar
a. C :Cost(yang dikaitkan dengan biaya yangdikeluarkan dalam menyelesaikan
masalah)
1. Biaya sangat murah
2. Biaya murah
3. Biaya cukup murah
4. Biaya mahal
5. Biaya sangat mahal
Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Rinke untuk masalah
riwayat penyakit keluarga, konsumsi garam perhari, kurangnya aktivitas fisik di Desa
Pageralang Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut :
55

Tabel 7.1 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode Rinke

Efektivitas Urutan
Daftar Alternatif M I V Efisiensi Prioritas
No MxIxV/C
Jalan Keluar (C) Pemecahan
Masalah
1 Penyuluhan 4 4 4 3 21,33 1
mengenai penyakit
hipertensi
2 Konseling saat 4 4 3 3 16 2
prolanis mengenai
penyakit hipertensi
3. Pelatihan Kader 3 2 3 3 6 3

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode


Rinke, didapatkan prioritas alternatif pemecahan masalah, yaitu penyuluhan mengenai
penyakit hipertensi.
56

BAB VIII. RENCANA KEGIATAN


A. Latar Belakang
Paradigma kesehatan di negara berkembang telah berubah.
Dahulu, masalah kesehatan berupa penyakit tidak menular (PTM)
merupakan milik negara-negara maju, sedangkan negara
berkembang turut dikaitkan dengan permasalahan penyakit menular.
Negara maju seperti Amerika selalu berhubungan dengan
permasalahan obesitas, sindrom metabolik, hipertensi maupun
diabetes yang dikaitkan dengan gaya hidup sedentary atau kurang
gerak dan kelebihan nutrisi. Kini, penyakit tidak menular tidak
hanya menjadi masalah negara maju, namun menjadi masalah
kesehatan secara global
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius saat ini adalah hipertensi. Hipertensi disebabkan oleh
adanya tekanan darah yang tinggi melebihi nilai normal yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari
sama dengan 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.
Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh
terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik
seperti penyakit lain (JNC 7, 2003). Faktor yang dapat
mempengaruhi hipertensi terdiri dari faktor risiko yang dapat diubah
dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah diantaranya
adalah merokok, obesitas, aktifitas fisik, konsumsi garam, konsumsi
kopi, dan stres, sedangkan faktor yang tidak dapat diubah seperti
jenis kelamin, umur, genetik (Frisoli et al., 2011).
Diperkirakan seperempat penduduk dunia menderita
hipertensi dan jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi sekitar
sepertiga penduduk dunia pada tahun 2025. Di seluruh dunia, sekitar
972 juta orang atau 26,4% dari seluruh manusia di bumi mengidap
57

hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2%


di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di
negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,
temasuk Indonesia (WHO, 2013). Hasil Riskesdas tahun 2013
menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada
penduduk dengan usia di atas 18 tahun adalah sebesar 25,8%.
Provinsi Jawa Tengah mempunyai prevalensi hipertensi di atas
prevalensi nasional yaitu 26,4% (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang.
Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai 1 milyar orang
dan sekitar 7,1 juta kematian akibat hipertensi terjadi setiap
tahunnya (Depkes RI, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007 Kementerian Kesehatan RI, prevalensi
hipertensi di Indonesia pada usia diatas 18 tahun mencapai 29,8%.
Prevalensi ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya
usia. Prevalensi hipertensi pada golongan umur 55-64 tahun, 65-74
tahun dan >75 tahun, masing-masing mencapai 53,7%, 63,5%, dan
67,3. Di banyak negara, 50% dari populasi yang berusia lebih dari
60 tahun memiliki hipertensi. Secara keseluruhan, sekitar 20% dari
masyarakat dewasa di dunia diperkirakan mengalami hipertensi
(Madhur, 2014). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi
di Indonesia hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8
persen. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah mencapai 26,4%
(Riskesdas, 2013).
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi diantaranya riwayat pada keluarga, faktor gaya hidup
(merokok, diet, berat badan, olahraga, narkoba, dan alkohol), dan
faktor psikososial. Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan
seseorang tujuh kali lebih berisiko terkena stroke, enam kali lebih
berisiko menderita congestive heart failure (CHF), dan tiga kali
lebih berisiko terkena serangan jantung. Hipertensi merupakan
58

penyebab kematian nomor tiga pada semua umur di Indonesia, yakni


mencapai 6,8% setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%)
(Depkes RI, 2008). Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan yang adekuat untuk penderita
hipertensi.
Data kasus hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas menunjukkan bahwa jumlah kasus hipertensi pada tahun
2014 sebesar 6398 kasus. Salah satu daerah di kabupaten Banyumas
yang memiliki angka kejadian hipertensi yang cukup tinggi adalah
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.

B. Tujuan
Kegiatan penyuluhan ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
terutama mengenai penyebab, faktor risiko, tanda gejala, dan
pencegahan.
2. Meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat untuk hidup
sehat dan rutin memeriksakan kesehatan diri.
C. Materi dan bentuk kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan akan dibagi menjadi :
1. Pendampingan prolanis di Puskesmas Kemranjen II
2. Penyuluhan tentang hipertensi, dengan materi penyebab terjadinya
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi,
komplikasi hipertensi, serta penanggulangan hipertensi dengan cara
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
D. Sasaran
Sasaran penyuluhan hipertensi ditujukan kepada pasien
dengan hipertensi wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
Pelaksanaan penyuluhan dilakukan di Puskesmas Kemranjen II saat
jadwal prolanis pada Kamis 16 April 2019.
59

E. Pelaksanaan
1.Susunan Acara Pelaksanaan Kegiatan
Berikut adalah susunan acara (rundown) pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
Tabel 8.1 Rundown Kegiatan

Hari, Tanggal Waktu (WIB) Tempat Kegiatan

Selasa 08.15-08.30 Puskesmas Pembukaan


Kemranjen II

16 April 2019 08.30-08.35 Sambutan Ketua


Pelaksana
Kegiatan

08.35-08.45 Sambutan Kepala


Puskesmas
Kemranjen II

08.45-09.15 Materi Hipertensi

09.15-09.35 Diskusi dan tanya-


jawab

09.35-09.45 Penutupan
kegiatan

2. Personil
a. Penanggung jawab : dr. Muhammad Amir
b. Pembimbing : dr. Madya Ardi W , M.Si
3. Pelaksana dan pemberi materi:
a. Ghalia Yasmin
b. Novela Ananda T. S
60

F. Rencana Anggaran
No Barang Unit Biaya

1. Penggandaan brosur @5000 10 Rp 50.000

2. Hadiah Botol minum @10.000 3 Rp 30.000

Total Rp 80.000

G. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan kepada seluruh anggota
prolanis yang datang, dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah
informasi dalam penyuluhan yang dilakukan dapat diterima dan
dipahami oleh peserta. Evaluasi yang dilakukan adalah diskusi
berupa tanya jawab antara pemberi materi penyuluhan dan peserta
penyuluhan.
61

IX. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan untuk melakukan intervensi terhadap
permasalahan kesehatan di Puskesmas Kemranjen II adalah
penyuluhan dan pemberian brosur mengenai hipertensi, faktor resiko,
tanda dan gejala, pengobatan, diet untuk hipertensi serta komplikasi.
Penyuluhan yang dilakukan diharapkan dapat masalah yang berkaitan
dengan tingginya angka kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kemranjen II Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

1) Materi

Materi yang disiapkan adalah materi tentang pengertian


hipertensi, faktor resiko, tanda dan gejala, pengobatan, diet untuk
hipertensi serta komplikasi

2) Sarana

Sarana yang dipersiapkan berupa alat tulis, dan brosur

b. Tahap pelaksanaan
1) Judul Kegiatan :Penyuluhan tentang Hipertensi
2) Hari/Tanggal :Selasa, 16 April 2019
3) Tempat : Puskesmas Kemranjen II
4) Penanggung jawab : dr. Indah Kumala Sari
5) Pelaksana : Dokter Muda Unsoed ( Ghalia Yasmin dan Novela
Ananda T. S
6) Peserta : semua peserta prolanis
7) Penyampaian materi :
62

Penyampaian materi dilakukan dengan lisan dan tulisan untuk


menjelaskan pengertian hipertensi, faktor resiko, tanda dan gejala,
pengobatan, diet untuk hipertensi serta komplikasi

c. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal,


yaitu evaluasi sumber daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut
ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi masing-masing aspek.

1) Evaluasi sumber daya

Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M


yaitu man, money, method, material, machine.

a) Man.
Secara keseluruhan sumber daya dalam pelaksanaan diskusi
sudah termasuk baik karena narasumber memiliki pengetahuan
yang cukup memadai mengenai materi yang disampaikan.
b) Money
Sumber dana juga cukup untuk menunjang terlaksananya
diskusi termasuk untuk menyiapkan sarana dan prasarana.
c) Money
Sumber dana juga cukup untuk menunjang terlaksananya
diskusi termasuk untuk menyiapkan sarana dan prasarana
c) Method
Metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui
pemberian materi secara lisan dan tulisan dengan pembagian
brosur serta dilakukan diskusi. Evaluasi pada metode ini
termasuk cukup baik dan sasaran penyuluhan tertarik untuk
mengikuti dan mendengarkan penjelasan narasumber.
d) Material
Materi yang diberikan pada penyuluhan telah dipersiapkan
dengan baik, materi penyuluhan diperoleh dari buku ilmu
penyakit dalam.
63

2) Evaluasi proses
Evaluasi terhadap proses disini adalah terhadap proses
pelaksanaan penyuluhan. Penyuluhan yang dijadwalkan pada Hari
Selasa, 16 April 2019 pukul 08.15 WIB sesuai dengan waktu yang
sudah dijadwalkan.. Peserta dinilai cukup antusias. Hal ini dilihat
dari keaktifan peserta pada saat diskusi. Peserta yang hadir terdiri
dari masyarakat yang berusia diatas 60 tahun dan anggota prolanis
di wiayah kerja Puskesmas Kemranjen II. Secara umum acara
berlangsung baik.
B. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik,
konsumsi garam, riwayat keluarga, dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
2. Saran ‘
Masyarakat Puskesmas Kemranjen II perlu membiasakan diri
untuk gaya hidup lebih sehat untuk menghindari dari hipertensi
64

DAFTAR PUSTAKA
65

Aisyah,A. 2011. Analisis faktor yang mempengaruhu kejadian hipertensi


primer di desa Trunuh Klaten Selatan. Mahasiswa Keperawatan. Skripsi.
Yogyakarta : Stikes Aisiyah. (Dipublikasikan)
American College of Cardiology. 2017. Guidline for The Prevention, Detection,
Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults.
Clinical Practice Guidelines. DOI: 10.1016/j.jacc.2017.07.745
American Heart Association. 2017. Guideline for the Prevention, Detection,
Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults.
Clinical Practice Guidelines. DOI: 10.1016/j.jacc.2017.07.745
Anggara, F.H, Prayitno, N. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat tahun
2012.
Chiong JR, Aronow WS, Khan IA, Nair CK, Vijayaraghavan K, Dart RA,
Behrenbeck TR, Geraci SA. Secondary hypertension: current diagnosis
and treatment. Int J Cardiol. 2008; 124(1):6-21.
Cortas K, et al, 2008, Hypertension, http//:www.emedicine.com. Di akses pada
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Craig, C.L., A.L. Marshall, M. Sjostrom, A. Bauman, M.L. Booth, B.E.
Ainsworth, et al.2013. International Physical Activity Questionnare: 12-
Country reliability and validity. Medicine & Science in Sports &
Exercise.3(1):1381- 1395.
Dalyoko, D.A.P. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya
Pengendalian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Mojosongo Boyolali. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dipublikasikan.
Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi. Direktorat P2PL. Jakarta.
Depkes RI. 2008. Pedoman Teknis; Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi. Indonesia Sehat. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Dirjen P&PL
Firdaus, Setianto, Budhi, Isman. 2013. Buku Saku Jantung Dasar. Bogor:Ghalia
Indonesia
Frisoli, TM., Schmieder, RE., Grodzicki, T., and Messerli, FH. 2011. “Beyond
Salt: Lifestyle Modifications and Blood Pressure”. European Heart
Journal, 32(24): 3081- 7.
Hashani, V., Roshi, E., & Burazeri, G. Correlates of Hypertension Among Adult
Men and Women in Kosovo. Mater Sociomed 2014;26(3), 203–215.
Irianto Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabeth.
Jakarta.
Jegathes, Jode.2010. gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-pasien
Hipertensi yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUD H.
66

Adam Malik Medan. Skripsi Ilmiah. Medan: Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara.
JNC 7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA,
289:2560-2571.
Kemenkes RI. (2013). Prevalensi Hipertensi, Penyakit yang Membahayakan.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Kemenkes RI,
Jakarta.
killer, global public health crisis Available at:
http://www.who.int/topics/hypertension/en/diakses tanggal 31 Desember
2018.
Kotchen TA, Kotchen JM. 2012. Nutrition, Diet, And Hypertension. In: Shils ME,
Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ, editors. Modern nutrition
in health and disease. 10th Edition. Philadelpia: Lippincott Williams
and Wilkins; p. 1095-1107.
Martini, F. H, Nath, J. L. Bartholomew, E. F. 2012. Fundamental of Anatomy &
Phisiology. 9th Edition. San Francisco: Pearson.
Muhadi. 2016. JNC 8: Evidence-Based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa. CDK-236, 43(1): 54-59.
Noerhadi, M. 2008. Hipertensi dan Pengaruhnya Terhadap Organ-Organ Tubuh.
Medikora. 4(2) : 1-18
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Raihan, Lailatun Najmi, Erwin, Ari Pristiana Dewi. 2014. “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Primer pada Masyarakat di
Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir”. JOM PSIK. No. 2, Vol.
1:1-10.
Saing, Johannes H. 2005. Hipertensi Pada Remaja. Jurnal Sari Pediatri. 4(6) :
159-165.
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sulistyowati. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi di Kampung Botton Kelurahan Magelang Kecamatan
Magelang Tengah Kota Magelang tahun 2009. Semarang. Universitas
Negeri Semarang.
Sustrani, L. 2004. Stroke. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Syamsudin. 2013. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika pp 31.
67

Syukraini, Irza. 2009. Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat


Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Universitas Sumatera Utara.
Skripsi.
Tedjasukmana, P. 2012. Tata Laksana Hipertensi. CDK-192, 39(4) : 251-255.
Udjianti, Wajan U., 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta.
WHO. 2010. Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web
site, 2008.
Wolin, K.Y., D.P. Heil, S. Askew, C.E. Matthews,dan G.G. Bennett. 2018.
Validation of the International Physical Activity Questionnaire-Short
Among Blacks. Journal of Physical Activity and Health. 5(5): 746-760.
World Health Organization (WHO). 2013. A global brief on hypertension: silent
68

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Data Univariat
Statistics
JK TD RPK Asin Lemak Obesitas Rokok
N Valid 40 40 40 40 40 40 40
Missing 1 1 1 1 1 1 1

Frequency Table
JK
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 5 12,2 12,5 12,5
Perempuan 35 85,4 87,5 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
TD
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Hipertensi 25 61,0 62,5 62,5
Tidak 15 36,6 37,5 100,0
Hipertensi
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
RPK
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 30 73,2 75,0 75,0
Tidak 10 24,4 25,0 100,0
69

Total 40 97,6 100,0


Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Asin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Sering 24 58,5 60,0 60,0
Kadang 10 24,4 25,0 85,0
Jarang 6 14,6 15,0 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Lemak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kadang 3 7,3 7,5 7,5
Jarang 37 90,2 92,5 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Obesitas
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 11 26,8 27,5 27,5
Tidak 29 70,7 72,5 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Rokok
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
70

Valid Berat 6 14,6 15,0 15,0


Pasif 21 51,2 52,5 67,5
Tidak aktif dan 13 31,7 32,5 100,0
pasif
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Aktifitas
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ringan 23 56,1 57,5 57,5
sedang 11 26,8 27,5 85,0
Berat 6 14,6 15,0 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 16 39,0 40,0 40,0
Buruk 24 58,5 60,0 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
Total 41 100,0
Stress
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid stress 14 34,1 35,0 35,0
Tidak 26 63,4 65,0 100,0
Total 40 97,6 100,0
Missing System 1 2,4
71

Total 41 100,0
72

Lampiran 2. Hasil Analisis Data Bivariat


JK * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
JK Laki-laki Count 2 3 5
% within 40,0% 60,0% 100,0%
JK
Perempuan Count 23 12 35
% within 65,7% 34,3% 100,0%
JK
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
JK

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1,234a 1 ,267
Continuity Correctionb ,381 1 ,537
Likelihood Ratio 1,191 1 ,275
Fisher's Exact Test ,345 ,264
Linear-by-Linear 1,203 1 ,273
Association
N of Valid Cases 40
73

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,88
b. Computed only for a 2x2 table
.
Lemak * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
Lemak Kadang Count 1 2 3
% within 33,3% 66,7% 100,0%
Lemak
Jarang Count 24 13 37
% within 64,9% 35,1% 100,0%
Lemak
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
Lemak
74

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1,177a 1 ,278
Continuity Correctionb ,216 1 ,642
Likelihood Ratio 1,133 1 ,287
Fisher's Exact Test ,545 ,312
Linear-by-Linear 1,148 1 ,284
Association
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.
b. Computed only for a 2x2 table

RPK * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
RPK Ya Count 23 7 30
% within 76,7% 23,3% 100,0%
RPK
Tidak Count 2 8 10
% within 20,0% 80,0% 100,0%
RPK
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
RPK
75

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10,276a 1 ,001
Continuity Correctionb 8,000 1 ,005
Likelihood Ratio 10,321 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,002
Linear-by-Linear 10,019 1 ,002
Association
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,75.
76

b. Computed only for a 2x2 table


Obesitas * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
Obesitas Ya Count 7 4 11
% within 63,6% 36,4% 100,0%
Obesitas
Tidak Count 18 11 29
% within 62,1% 37,9% 100,0%
Obesitas
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
Obesitas

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,008a 1 ,927
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,008 1 ,927
Fisher's Exact Test 1,000 ,613
Linear-by-Linear ,008 1 ,928
Association
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,13.
b. Computed only for a 2x2 table
pengetahuan * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
pengetahuan Baik Count 10 6 16
% within 62,5% 37,5% 100,0%
pengetahuan
Buruk Count 15 9 24
77

Asin * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
Asin Sering Count 18 6 24
% within 75,0% 25,0% 100,0%
Asin
Kadang Count 7 3 10
% within 70,0% 30,0% 100,0%
Asin
Jarang Count 0 6 6
% within 0,0% 100,0% 100,0%
Asin
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
Asin
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 11,840a 2 ,003
Likelihood Ratio 13,716 2 ,001
Linear-by-Linear 8,655 1 ,003
Association
N of Valid Cases 40
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2,25.
aktifitas * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
aktifitas Ringan Count 23 0 23
% within 100,0% 0,0% 100,0%
aktifitas
78

sedang Count 0 11 11
% within 0,0% 100,0% 100,0%
aktifitas
Berat Count 2 4 6
% within 33,3% 66,7% 100,0%
aktifitas
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
aktifitas

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 34,311a 2 ,000
Likelihood Ratio 45,287 2 ,000
Linear-by-Linear 20,564 1 ,000
Association
N of Valid Cases 40
79

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The

stress * TD Crosstabulation
TD
Tidak
Hipertensi Hipertensi Total
stress stress Count 11 3 14
% within 78,6% 21,4% 100,0%
stress
Tidak Count 14 12 26
% within 53,8% 46,2% 100,0%
stress
Total Count 25 15 40
% within 62,5% 37,5% 100,0%
stress
minimum expected count is 2,25.
80

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,374a 1 ,123
Continuity Correctionb 1,436 1 ,231
Likelihood Ratio 2,487 1 ,115
Fisher's Exact Test ,177 ,114
Linear-by-Linear 2,314 1 ,128
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,48971535
Deviation
Most Extreme Absolute ,385
Differences
Positive ,385
Negative -,258
Test Statistic ,385
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
81

Lampiran 3. Hasil Analisis Data Multivariat

Dependent Variable
Encoding
Internal
Original Value Value
Hipertensi 0
Tidak 1
Hipertensi
Block 0: Beginning Block

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -,511 ,327 2,446 1 ,118 ,600

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in 40 97,6
Analysis
Missing Cases 1 2,4
Total 41 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 41 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the
total number of cases.
82
Classification Tablea,b

Predicted
TD
Tidak Percentage
Observed Hipertensi Hipertensi Correct
Step 0 TD Hipertensi 25 0 100,0
Tidak 15 0 ,0
Hipertensi
Overall Percentage 62,5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables RPK 10,276 1 ,001
Asin 8,877 1 ,003
Rokok ,094 1 ,759
aktifitas 21,091 1 ,000
stress 2,374 1 ,123
Overall Statistics 29,900 5 ,000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 44,733 5 ,000
Block 44,733 5 ,000
Model 44,733 5 ,000
83

Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R
Step likelihood R Square Square
1 8,192a ,673 ,918
a. Estimation terminated at iteration number 20
because maximum iterations has been reached.
Final solution cannot be found.

Classification Tablea
Predicted
TD
Tidak Percentage
Observed Hipertensi Hipertensi Correct
Step 1 TD Hipertensi 24 1 96,0
Tidak 0 15 100,0
Hipertensi
Overall Percentage 97,5
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Si Lowe
B S.E. Wald df g. Exp(B) r Upper
Step RPK 34,24 4776,7 ,000 1 ,9 741366442 ,000 .
1a 0 62 94 200000,00
0
Asin 51,56 7325,7 ,000 1 ,9 247005202 ,000 .
1 45 94 900000000
00000,000
Rok ,809 1,326 ,372 1 ,5 2,245 ,167 30,201
ok 42
aktif 34,80 4776,7 ,000 1 ,9 130883989 ,000 .
itas 8 62 94 3000000,0
00
stres 17,15 3206,7 ,000 1 ,9 28110604, ,000 .
s 2 17 96 520
84

Con - 31168, ,000 1 ,9 ,000


stant 226,0 485 94
52
a. Variable(s) entered on step 1: RPK, Asin, Rokok, aktifitas, stress.
85

Lampiran 4. Kuesioner

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI ESENSIAL PADA USIA LANJUT
DI PUSKESMAS KEMRANJEN II
TAHUN 2019

Waktu dan Tanggal Pengambilan Data


Hari, tanggal :
Jam :

A. Identitas Responden
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Tekanan Darah _____ mmHg (hipertensi/tidak hipertensi)

B. Riwayat Keluarga
Apakah di keluarga Anda ada anggota yang menderita Ya Tidak
hipertensi?
Jika “Ya”, sebutkan!

C. Indeks Massa Tubuh


Berat Badan Tinggi IMT Interpretasi
(kg) Badan (m)
𝑘𝑔 Obesitas/
= Tidak obesitas
𝑚𝑥 𝑚

D. Kebiasaan Makan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan tanda check list pada
pilihan jawaban Sering, Kadang, Jarang.
Keterangan:
Sering = 3-6 kali per mingguatau 1x/hariatau>1x/hari
Kadang = 1-2 kali per minggu
86

Jarang = belumtentu 1 kali dalamseminggu


No Pertanyaan Sering Kadang Jarang
1 Saya suka makan makanan asinmisalnyatelorasin,
kecapasin, sayurasin, kripikkentang, keju,
dagingkaleng, saostomat, saoscabe, dll.
2 Saya suka makan makanan berlemak
misalnyagorengan, jeroan
(dagingataujerhandaribinatangberkaki empat),
daging kambing, dagingayam, telur ayam, daging
sapi, susumurni, dll

E. Kebiasaan Merokok
No. Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah anda merokok ?
2. Mulai usia berapa anda merokok ?
3. Apakah anda dulu merokok ?
Jika ya, umur berapa anda berhenti merokok ?
5. Berapa batang rata-rata konsumsi per hari?
6. Jenis rokok apa yang anda gunakan ?
Dengan atau tanpa filter ?
7. Apakah keluarga anda ada yang mempunyai kebiasaan
merokok ?
8. Apakah lingkungan kerja anda ada yang mempunyai
kebiasaan merokok ?
Nilai Skor Brinkman =
Kategori kebiasaan merokok = (Berat/Sedang/Ringan/Pasik/Bukan
Perokok)

F. Aktivitas Fisik
Pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan seputar aktivitas fisik yang Anda
lakukan selama 7 hari terakhir. Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini
meskipun Anda merasa bahwa Anda bukanlah orang yang aktif. Pikirkan
tentang aktivitas fisik yang Anda lakukan di tempat kerja, di rumah dan
halaman, untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dan pada waktu luang
untuk rekreasi atau berolahraga.
I.Pertanyaan mengenai aktivitas fisik berat:

Ingat kembali semua aktivitas fisik berat yang telah Anda lakukan selama 7
hari terakhir. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang memerlukan kerja
keras dan menyebabkan Anda bernafas jauh lebih cepat daripada biasanya.
Pikirkan aktivitas fisik yang telah Anda lakukan selama sekurang-kurangnya
10 menit pada suatu waktu.

1. Selama 7 hari terakhir, berapa harikah Anda melakukan aktivitas fisik


berat seperti mengangkat beban berat, menggali, senam aerobik, atau
87

bersepeda cepat?
_______ hari per minggu

Tidak ada aktivitas fisik berat lanjutkan ke pertanyaan no 3

2. Berapa lama waktu yang biasa Anda gunakan untuk melakukan aktivitas
fisik berat tersebut?
_______ jam per hari
_______ menit per hari

Tidak tahu/tidak pasti

Skor MET= 8.0 METs x menit x hari =


II.Pertanyaan mengenai aktivitas fisik sedang:

Ingat kembali semua aktivitas fisik moderat (sedang) yang telah Anda lakukan
selama 7 hari terakhir. Aktivitas fisik moderat adalah aktivitas yang
memerlukan kerja fisik sedang dan menyebabkan Anda bernafas agak lebih
cepat daripada biasanya. Pikirkan aktivitas fisik yang telah Anda lakukan
selama sekurang- kurangnya 10 menit pada suatu waktu.

3. Selama 7 hari terakhir, berapa harikah Anda melakukan aktivitas fisik


moderat seperti mengangkat beban ringan, bersepeda santai, atau bermain
tenis berpasangan? Ini tidak termasuk berjalan kaki.
_______ hari per minggu

Tidak ada aktivitas fisik moderat lanjutkan ke pertanyaan no 5

4. Berapa lama waktu yang biasa Anda gunakan untuk melakukan aktivitas
fisik moderat tersebut?
_______ jam per hari
_______ menit per hari

Tidak tahu/tidak pasti

Skor MET= 4.0 METs x menit x hari =


III.Pertanyaan mengenai aktivitas fisik ringan:

Ingat kembali tentang waktu yang Anda gunakan untuk berjalan kaki dalam 7
hari terakhir, termasuk berjalan kaki di tempat kerja, di rumah, berjalan kaki
dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki semata-mata untuk rekreasi,
olahraga, atau mengisi waktu luang.

5. Selama 7 hari terakhir, berapa harikah Anda telah berjalan kaki selama
sekurang-kurangnya 10 menit?
88

_______ hari per minggu

Tidak ada aktivitas berjalan kaki Lanjutkan ke pertanyaan no 7

6. Berapa lama waktu yang biasa Anda gunakan untuk berjalan kaki dalam
satu hari?
_______ jam per hari
_______ menit per hari

Tidak tahu/tidak pasti

Skor MET= 3,3 METs x menit x hari =

IV.Pertanyaan mengenai kegiatan di luar aktivitas fisik:

Pertanyaan terakhir adalah mengenai waktu yang Anda gunakan untuk duduk
dalam sehari selama 7 hari terakhir. Termasuk waktu yang digunakan duduk
di tempat kerja, di rumah, saat belajar, dan selama waktu luang. Waktu ini juga
termasuk waktu yang digunakan duduk di kursi, duduk saat mengunjungi
teman-teman, membaca, atau berbaring sambil menonton televisi.

7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang Anda gunakan untuk
duduk dalam satu hari?
_______ jam per hari
_______ menit per hari

Tidak tahu/tidak pasti


Total Skor MET =
Kategori aktivitas fisik = Berat/Sedang/Ringan

G. Tingkat Pengetahuan terhadap Hipertensi


Pertanyaan diajukan oleh pewawancara. Centanglah pada kolom:
- Benar, apabila responden memberi jawaban benar terhadap pertanyaan
tersebut
- Salah, apabila responden memberi jawaban salah terhadap pertanyaan
tersebut

No. Pertanyaan Benar Salah


1. Hipertensi dan darah tinggi punya arti yang sama
2. Pusing, susah tidur, dan mata berkunang-lunang itu
merupakan gejala dari hipertensi
3. Merokok dan minum-minuman beralkohol merupakan
faktor mendorong terjadinya hipertensi
89

4. Penderita hipertensi tidak diperbolehkan mengonsumsi


daging kambing
5. Penderita hipertensi perlu mengurangi konsumsi
garam
6. Buah semangka, melon, dan mentimun adalah buah
yang dapat menurunkan hipertensi
7. Buah nanas dan durian adalah buah yang harus
dihindari oleh penderita hipertensi
8. Orang yang mengalami kegemukan (obesitas) berisiko
tinggi terserang penyakit hipertensi
9. Melakukan olahraga secara teratur merupakan salah
satu upaya mengendalikan hipertensi
Total skor benar =
Total skor salah =
H. Tingkat Stres
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat
empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Hampir tidak pernah.
2 : Kadang-kadang
3 : Cukup sering
4 : sangat sering
Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
centang (√) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman
Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban
yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
Bapak/Ibu yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.

No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
Saya merasa kecewa karena mengalami hal
1.
yang tidak diharapkan
Saya merasa tidak mampu mengatasi hal
2.
penting dalam hidup saya
3. Saya merasa gugup dan tertekan
Saya merasa tidak mampu mengatasi segala
4.
sesuatu yang harus saya atasi
Saya marah karena sesuatu diluar kontrol
5.
saya telah terjadi
90

Saya merasa kesulitan-kesulitan menumpuk


6. semakin berat sehingga saya tidak mampu
mengatasinya
Saya percaya terhadap kemampuan sendiri
7.
untuk mengatasi masalah pribadi
Saya merasa segala sesuatu telah berjalan
8.
sesuai dengan rencana saya
Saya mampu mengatasi semua masalah
9.
dalam hidup saya
10. Saya merasa sukses
91

Lampiran 5. Dokumentasi
92

Anda mungkin juga menyukai