METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah retrospektif deskriptif.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif karena bertujuan
untuk menggambarkan frekuensi dan proporsi variabel.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
Pasien tumor otak yang dirawat inap di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo
b. Populasi Terjangkau
Pasien tumor otak yang dirawat inap di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo pada Maret-Mei 2019.
2. Sampel
a. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling dengan jenis total sampling.
b. Besar Sampel
Besar yang digunakan dalam penelitian ini jumlah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu 74 sampel.
berikut:
a. Kriteria inklusi
1)
b. Kriteria eksklusi
C. Variabel Penelitian
1. Keluhan utama pasien
2. Glassgow coma scale pasien
3. Lokasi tumor cerebri
4. Tindakan operatif
5. Lama perawatan
6. Status meninggal
D. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel
A. Hasil
Pengambilan data rekam medis pasien tumor otak pada Maret-Mei 2019
dilakasanakan pada Juni 2019 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.Setelah
dilakukan penelitian secara retrospektif deskriptif menggunakan metode total
sampling, didapatkan sampel penelitian berjumlah 74 kasus.
1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Tumor Otak
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 38 51,4
Perempuan 36 48,6
Usia
Balita (0-5) 2 2,7
Anak (6-11) 3 4,1
Remaja (12-25) 11 14,9
Dewasa (26-45) 25 33,8
Lansia (46-65) 31 41,9
Manula (>65) 2 2,7
Pasien tumor otak yang dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
pada Maret-Mei 2019 paling banyak jenis kelamin laki-laki 51,4% yaitu
sebanyak 38 pasien, dan perempuan 48,6% sebanyak 36 pasien.
Penelitian ini mengambil data pasien tumor otak jenis kelamin laki-
laki maupun perempuan, dan seluruh kelompok usia menurut WHO. Usia
pasien dibagi menjadi beberapa kelompok usia, yaitu balita (0-5 tahun), anak
(6-11 tahun), remaja (12-25 tahun), dewasa (26-45 tahun), lansia (46-65
tahun), dan manula (>65 tahun). Pasien dengan kelompok usia terbanyak
adalah kelompok usia lansia (46-65 tahun).
2. Distribusi Frekuensi Kasus Tumor Otak pada Pasien
Variabel Frekuensi Persentase
Keluhan Utama
Nyeri kepala 46 62,2
Pandangan kabur 8 10,8
Hemiparese 7 9,5
Penurunan kesadaran 13 17,5
GCS
Ringan (14-15) 66 89,2
Sedang (9-13) 4 5,4
Berat (3-8) 4 5,4
Letak tumor
Supratentorial 55 74,3
Infratentorial 19 25,7
Tindakan pada Pasien
Kraniotomi 47 63,5
VP shunt 4 5,4
Medikamentosa 23 31,1
Lama rawat inap
>4 hari 63 85,1
≤ 4 ℎ𝑎𝑟𝑖 11 14,9
Status Meninggal
Hidup 71 95,9
Meninggal 3 4,1
Tipe Kasus
Baru 71 95,9
Residif 3 4,1
B. Pembahasan
1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Tumor Otak
Pasien tumor otak yang dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
pada Maret-Mei 2019 paling banyak jenis kelamin laki-laki dibandingan
dengan perempuan. Hal ini menunjukkan laki-laki lebih sering memiliki
tumor otak, penelitian ini sejalan dengan penelitian Pramesti (2014) yang
menunjukkan bahwa tumor otak paling banyak pada laki-laki (60,74%)
dibanding dengan perempuan (39,26%). Hal ini sejalan juga dengan
penelitian Satria (2011)., menyebutkan bahwa rasio antara penderita pria dan
wanita adalah 55:45.
Pada penlitian ini pasien tumor otak paling banyak kelompok usia
lansia (46-65 tahun) sebanyak 41,9%. Hal ini sesuai dengan data tentang
tumor susunan saraf pusat mengenai puncak usia 45-65 tahun (Satyanegara,
2010). Sedangkan menurut penelitian Sinaga (2012) yang menyebutkan
bahwa tumor otak pada terjadi pada setiap umur, tersering pada anak-anak
usia 3-12 tahun dan dewasa usia 40 – 70 tahun.
2. Distribusi Frekuensi Kasus Tumor Otak pada Pasien
a. Distribusi Frekuensi Keluhan Utama Pasien Tumor Otak
Dari total keseluruhan 74 pasien, didapatkan mayoritas pasien
sebanyak 62,2% datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri
kepala. Hal ini sejalan dengan penelitian O’Callaghan (2011) yang
menjelaskan bahwa sebagian besar pasien yang terdiagnosis tumor otak
datang ke rumah sakit atau praktek dokter dengan keluhan perasaan tidak
nyaman, sakit kepala, muntah, dan atau kehilangan kesadaran. Nyeri
pada kepala merupakan salah satu gejala awal dari peningkatan tekanan
intracranial.
Penelitian ini menunjukkan pasien tumor otak memiliki tingkat
kesadaran composmentis (GCS ringan 14-15) yaitu sebanyak 55 pasien
atau 89,2%. Sedangkan pasien yang mengalami penurunan kesadaran
(GCS <14) ada sebanyak 8 pasien atau 10,8%. Hal ini sesuai dengan
manifestasi klinis tumor otak menurut Putri, (2015) ini bahwa gejala
umum tumor otak bukanlah penurunan kesadaran, melainkan nyeri
kepala akibat peningkatan tekanan intrakranial, selain itu mual muntah
terjadi akibat adanya rangsangan di medulla oblongata. Sedangkan
penurunan kesadaran dilaporkan sebagai gejala pada minggu akhir
kehidupan pasien tumor otak (Chang, Dunbar, Dzul-church, Koehn, &
Page, 2015).
b. Distribusi Frekuensi Letak Tumor pada Pasien
Dari total keseluruhan 74 pasien, diketahui paling banyak tumor
terletak pada daerah supratentorial sebesar 74,3%. Diketahui mayoritas
pasien tumor otak di RSMS terdiagnosa Meningioma, dalam hal ini
Meningioma merupakan tumor yang terletak supratentorial. Hasil ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanchez pada tahun
2006. Dalam penelitiannya pada 51 pasien tumor otak yang berjudul
“Clinical presentation of supratentorial and infratentorial intracranial
tumors in pediatric patients”, diketahui sebagian besar tumor pada
pasien terletak di daerah infratentorial dengan presentase sebesar 62,7%.
c. Distribusi Frekuensi Tindakan pada Pasien
Dari total keseluruhan 74 pasien, diketahui mayoritas pasien tumor
otak mendapat tindakan craniotomy yakni sebanyak 47%. Tindakan
pembedahan merupakan salah satu tatalaksana tumor otak, tujuannya
adalah untuk menghilangkan tumor sekaligus menurunkan tekanan
intracranial sehingga dapat meminimalisir gejala yang ditimbulkan.Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Abraham pada tahun 2017. Dalam penelitiannya pada 249 pasien tumor
otak yang berjudul “Outpatient surgery for brain tumours: A changing
paradigm”, diketahui sebagian besar pasien tumor otak menjalani
tindakan craniotomy dengan presentase sebesar 92,8%.
Penelitian Sari dkk (2013) menyebutkan bahwa dari 82 kasus yang
memiliki data mengenai terapi yang diterima oleh penderita tumor otak
diketahui penderita yang menjalani terapi craniotomy mencapai 95,1%.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian Abraham (2017) dan Sari dkk
(2013) sejalan dengan penelitian ini.
d. Distribusi Frekuensi Lama Rawat Inap (Length of Stay)
Dari total keseluruhan 74 pasien, didapatkan mayoritas pasien
sebanyak 85,1% menjalani rawat inap di RSMS selama >4hari. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dasenbrock, dkk
(2015) tentang “Length of hospital stay after craniotomy for tumor: a
National Surgical Quality Improvement Program analysis” yang
mengemukakan bahwa rata-rata pasien tumor otak menjalani rawat
selama 4 hari. Dalam penelitiannya, dari 11.550 pasien, didapatkan hasil
masa rawat inap pasien tumor otak post craniotomy mulai dari yang
paling cepat hingga paling lambat yakni 3-8 hari.
e. Distribusi Frekuensi Status Meninggal Pasien Tumor Otak
Penelitian ini menunjukkan sebanyak 71 (95,9%)% pasien
dinyatakan hidup sampai pasien diperbolehkan pulang. Sedangkan 3
pasien (4,1%) dianyakan meninggal di rumah sakit. Menurut,Cohn,
Calton, Chang, & Page (2015) pasien yang mengalami kematian
sebelumnya mengalami delirium. Hal ini bisa terjadi karena tumor itu
sendiri, gangguan elektrolit, infeksi, dan obat-obatan.
f. Distribusi Frekuensi Tipe Kasus Pasien Tumor Otak
Penelitian ini menunjukkan sebanyak 71 (95,9%) pasien tumor otak
merupakan kasus baru, dan sebanyak 3 (4,1%) adalah kasus residif.Hal
ini menunjukkan banyaknya prevalensi kasus tumor otak. Berdasarkan
data dari HPV dan cancer pada 2016, angka kejadian tumor otak di
Indonesia adalah 1,9 per 100.000 penduduk.
DAFTAR PUSTAKA