Anda di halaman 1dari 11

Mekanisme Kerja Diuretika

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga


pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni

a. Tubuli proksimal. Ultra filtrate mengandung sejumlah besar garam yang disini
direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70 %, antara lain ion dan air, begitu pula glukosa
dan urem. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidais
berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis ( manitol, sorbitol ) bekerja
disini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. Menarik jaringan ke darah

b. Lengkungan Henle. Dibagian menarik dari Henle’s loop ini ± 25 % dari semua ion Cl yang
telah di filtrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari dan tetapi tanpa
air, hingga filtrat menjadi hipotosis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida dan
efakrinat, bekerja terutama disini dengan merintangi transport Cl dan demikian reabsorpsi
pengeluaran dan air juga diperbanyak.

c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini diabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga
filtrat menjadi lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan
memperbanyak ekskresi dan Cl sebesar 5-10 %. Dibagian kedua ion ditukarkan dengan ion atau .
proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
( spinorolakton ) dan zat-zat penghemat kalium ( amilorida, triamteren ) bertitik kerja disini
dengan mengakibatkan ekskresi ( kurang dari 5% dan retensi )

d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH ( vasopressin ) dari hipofisis bertitik kerja
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

Penggolongan Diuretik ( OOP, hal 521 - 526 )

Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :

a. Diuretik lengkungan

Furosemid, Bumetanida dan Etakrinat. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak
singkat ( 4-6 jam ). Mekanisme bekerja pada lengkungan Henle dengan cara mereabsorsi kurang
lebih 25% semua ion yang telah difiltrasi secara aktif kemudian disusul dengan reabsorbsi pasif
dari dan tetapi pengeluaran dan air juga diperbanyak.

b. Derivate – thiazida : hidroklorothiazida, klortakdon, mefrusida, indapamidadan, klopamida


efeknya lebih lemah dan lambat, tetapi bertahan lebih lama ( 6-8 jam ). Mekanismenya :
bekerja pada tubuli distal dengan cara mereabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat
menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Obat-obatan tersebut bekerja ini dengan memperbanyak
ekskresi dan sebesar 5-10 %.

c. Diuretic penghemat kalium : Antagonis aidosteron ( spironolakton, kankrenoat ),


amilorida, dan triamteren.

Efek-efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
guna menghemat ekskresi kalium. Mekanismenya : bekerja pada tubuli distal dengan cara
menukarkan ion dengan ion atau proses ini dikendalikan oleh kelenjar anak ginjal aldosteron.
Dimana aldosteron menstimulasi reabsorbsi dan ekskresi , proses ini dihambat secara
kompotetif ( saingan ) oleh obat-obat ini mengakibatkan ekskresi kurang dari 5% dan retensi .

d. Diuretika osmotis manitol dan sorbitol

Obat-obat ini hanya reabsorbsi sedikit oleh tubuli hingga reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya
adalah dieresis osmotif dengan sekresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi mekanismenya :
bekerja pada tubuli proksimal dengan cara mereabsorbsi ultrafiltrat yang mengandung
sejumlah besar garam untuk kurang lebih 70% antara lain ion dan air, begitupula glukosa dan
ureum karena reabsorbsi secara proposional, maka susunan filtrate tidak berubah dan tetapi
isofonis terhadap plasma. Obat-obat tersebut bekerja ditubuli ini dengan merintangi reabsorbsi
air dan juga Natrium. Natrium adalah ekskresi air kuat sedangkan sedikit.

e. Perintang – karbonanhidrase : Asetozolamide

Zat ini merintangi enzim karbonanhidrose ditubuli proksimal juga . Mekanisme bekerja pada
tubuh proksimal dengan harus merintangi enzim karbonanhidrase sehingga disamping karbonat,
juga dan diekskresikan lebih banyak bersamaan dengan air.

C. Obat

1. Benzotiadiazid

Sistem golongan ini merupakan hasil dari penelitian zat penghambat enzim karbonik anhidrase.
Benzotiazid berefek langsung terhadap transport dan ditubuli ginjal, lepas dari efek
penghambatnya terhadap enzim karbonik anhidrase. Tiazid dapat meninggikan ekskresi
ion terutama pada pemberian jangka pendek, dan mungkin efek ini menjadio kecil bila
penggunaannya berlangsung dalam jangka panjang. Ekskresi Natrium yang berlebihan tanpa
disertai jumlah air yang sebanding dapat menyebabkan hiponatremia dan hipokloremia,
terutama bila penderita tersebut mendapat diet rendah garam, namun secara keseluruhan
golongan tiazid cenderung kuat, karena intensitas dieresis yang ditimbulkan relative lebih
rendah.

2. Diuretik Hemat Kalium

Yang tergolong dalam kelompok ini adalah antagonis aldosteron, triamteren dan amilorid. Efek
diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.

· Antagonis aldosteron

Mekanisme adalah penghambat kompetitif terhadap aldosteron, sehingga dengan pembentuk


antagonis aldosteron, reabsorbsi dihilir tubuli distal dan diktus koligentes dikurangi, dengan
demikian ekskresi juga berkurang.

· Triamteren dan amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium eklorida, sedangkan ekskresi kalium
berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan
ekskresi dengan menghambat sekresi di sel tubuli distal.

3. Diuretik kuat

Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan d

iuretik lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena itu
kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam
etakrinat, furosemid, dan bumetanid.

( Farmakologi dan Terapi, hal 390 )

· Furosemid

Farmakokonetik :

Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65%
diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus
tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan
cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang
lebih distal lagi.

Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa
menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%

· HCT

Bekerja dibagian muka tubuli distal, efek diuretiknya lebih ringan dari diuretik lengkungan
tetapi bertahan lebih lama 6 – 12 jam. Daya hipotensinya lebih kuat, maka banyak digunakan
sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sekarang. Reabsorbsinya dari usus
sampai 20% CA 70% plasma t½ 6 – 12 jam ekskresinya lewat kemih secara utuh.

Gambar : Mekanisme kerja obat golongan diuretik


BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat - Timbangan

- Spuit Injeksi

- Beaker Glass

- Gelas Ukur

- Sudip

- Mortir dan Stamper

- Kapas

- Tabung ependrof 2,5 cc untuk menampung urine

- Stopwatch

Bahan - Tablet Furosemid

- Tablet HCT

- Lar. Nacl

- PGA
- Kertas indicator untuk mengukur pH

3.2 Skema Kerja

3.3 Dosis

Perhitungan dosis furosemid :

1. Nacl 0,9%

Yang disuntikan pada mencit 0,5 ml

2. Furosemid

Dosis pada mencit : 40 mg x 0,0026 = 0,104 ml

Furosemid yang tersedia 40 mg / tab

Membuat 50 mg → 40 mg / 50 ml

Jadi yang disuntikkan pada mencit = = 0,13 ml (13 cc)

Dosis pada mencit = 80 mg x 0,0026 = 0,208 mg

Jadi yang disuntikkan pada mencit = ml (26 cc)

Perhitungan dosis HCT :

1. Dosis pada mencit = 25 mg x 0,0026 = 0,065 mg/ml


2. Dosis HCT 25 mg/ 50 ml =

3. Dosis HCT 12,5 mg/ 50 ml =

3.4 Cara Kerja

1. Semua mencit dipuasaakan selama ± 16 jam, tetapi tetap diberi minum.

2. Mencit dikelompokan menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari dua ekor mencit,
menurut dosis obat yang tersedia.

3. Kelompok 1 mencit diberi air hangat secara oral sebanyak 1 ml/25 g mencit kemudian
disuntik NaCl 0,9% (0,5 ml) secara intraperitoneal (ip).

4. Kelompok 2 mencit disuntik intraperitoneal (ip) furosemid dosis 40 mg (13 cc) dan 80 mg
(26 cc).

5. Kelompok 3 mencit disuntik intraperitoneal (ip) HCT dosis 12,5 mg (26 cc) dan 25 mg (13
cc).

6. Tempatkan mencit dalam kandang kusus yang tersedia dan tampung urin yang
diekskresikan : catat jumlah urin kumulatif setiap turun 30 menit selama 4 jam.

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Hasil pengamatan :

No

perlakuan

berat

Vol. air

v. perlakuan

Mulai kemih

PH

Nacl

20 g

0,8

0,5

00-40

0,3

-
0,3

0,3 ml/jam

F. 40

20 g

0,8

0,13

00-17

0,2

0,6 ml/jam

F. 80

20 g

0,8

0,26

00-01

0,7

0,5

-
-

0,6 ml/jam

Analis Hasil :

Analis hasil furosemid :

1. F. 40 =

P2

P. . F. 80 =

3. Nacl =

Memberikan efek + jika prosentasi ˃ 75 %

Analis hasil HCT :

1. Nacl =

2. HCT 12,5 mg =

3. HCT 25 mg =

BAB V

PEMBAHASAN

Furosemid merupakan diuresis kuat yang bekerja pada lengkung henle bagian menaik,
mula kerjanya cepat ± 0,5 – 1 jam bertahan 4 – 6 jam. Kemudian HCT adalah diuresis yang
bekerja pada bagian muka tubuli dista yang efek diuretiknya lebih ringan dari furosemid.

Dari hasil percobaan furosemid 40mg memiliki mula kerja 17 menit lebih cepat dari pada
HCT 12,5 mg yang mula kerjanya yaitu 65 menit. Sedangkan pada furosemid 80mg memiliki
mula kerja 1 menit lebih cepat dari pada HCT 25mg yang mula kerjanya yaitu 51 menit.
Pada saat pemberian furosemid 40mg dan 80mg yang memiliki mula kerja lebih cepat
yaitu furosemid 80mg. Setelah 2 jam praktikum, didapat jumlah urin kumulatif yang sama
antara furosemid 40mg dan 80mg yaitu 0,6 ml/jam. Hal ini dikarenakan keadaan hewan uji
(mencit) yang diberi furosemid 80mg kurang sehat. Sedang kan pada pemberian HCT 12,5mg
dan 25mg yang memiliki mula kerja lebih cepat yaitu HCT 25mg. Dan jumlah urin kumulatif
pada HCT 25mg lebih banyak dibandingkan dengan HCT 12,5mg. Hal ini dikarenakan dosis pada
HCT 25mg lebih kuat, sehingga memberikan efek diuretik yang lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan dengan HCT dosis rendah.

Dari hasil percobaan, jumlah urin kumulatif furosemid 40mg dan 80mg sama banyak
yaitu 0,6ml/jam dan persentasinya adalah 75%. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada
yang seharusnya, furosemid itu memberikan efek positif bila prosentasinya diatas 75%.
Kemungkinan dikarenakan kondisi hewan uji yang berbeda antara hewan uji satu dengan yang
lain, jadi daya reabsorpsi elektrolit didalam hewan uji mempengaruhi jumlah urin kumulatifnya.

Anda mungkin juga menyukai