Anda di halaman 1dari 3

Farmasi

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

XIV

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari segala seluk-beluk mengenai obat. Ilmu


farmasi adalah terapan dari (sedikitnya) tiga bidang ilmu yaitu kedokteran, kimia,
dan biologi. Ruang lingkup ilmu farmasi tak hanya berfokus pada bidang ilmu
eksakta, melainkan juga pada bidang ilmu sosial seperti Manajemen
Farmasi dan Farmakoekonomi.
Sesuai regulasi yang diatur pada Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, pekerjaan kefarmasian merupakan pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Diatur pula dalam regulasi tersebut bahwa pekerjaan kefarmasian
tersebut hanya berhak dilakukan oleh para tenaga kefarmasian yang terdiri dari:

1. Apoteker (apt.)
2. Tenaga teknis kefarmasian, yang terdiri dari:
o Sarjana farmasi (S.Farm.)
o Ahli madya farmasi (A.Md.Farm.)
o Analis farmasi
o Tenaga menengah farmasi/asisten apoteker

Apoteker di Indonesia ditandai dengan adanya gelar apt. di depan nama yang
berhak. Dalam pekerjaan kefarmasian, hanya apoteker yang dapat menjadi
penanggung jawab atas segala pekerjaan kefarmasian yang dilakukan. Berbeda
dengan dokter yang mengenakan jas berwarna putih tulang, baju
resmi apoteker saat menjalankan praktiknya adalah jas berwarna putih gading. [1]
Di luar negeri (dalam bahasa Inggris) apoteker disebut sebagai "pharmacist", yang
di-Indonesia-kan menjadi farmasis. Sebutan farmasis tergolong jarang digunakan
dan tidak resmi untuk menyebut para tenaga kefarmasian, namun sering kali
digunakan untuk merepresentasikan seluruh ahli farmasi yang dihasilkan oleh
berbagai tingkatan pendidikan (SMK Farmasi, Diploma Farmasi, Sarjana Farmasi,
dan Apoteker).

Etimologi[sunting | sunting sumber]
"Farmasi" merupakan kata serapan dari bahasa Inggris "pharmacy". Sedangkan,
kata "pharmacy" sendiri mengakar dari kata "pharmacon" yang merupakan sebutan
bangsa Yunani Kuno untuk "obat". "Farmacie" (bahasa Prancis) dan "pharmakeia"
(bahasa Latin) adalah bentuk-bentuk awal lainnya dari sejarah kata "farmasi".

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Sejarah farmasi dan kedokteran sangat dipengaruhi oleh para tokoh
seperti Hippocrates (450-370 SM), Dioscorides (abad ke-1 M), dan Galen (120-130
M).

Galen (120-130 M), salah seorang tokoh farmasi.

Hippocrates (450-370 SM), seorang dokter dari Yunani yang sangat


dihargai karena secara ilmiah memperkenalkan farmasi dan kedokteran.
Selain itu, Hippocrates juga membuat sistematika dalam pengobatan,
menyusun uraian tentang ratusan jenis obat-obatan dan dinobatkan
sebagai bapak ilmu kedokteran.

 Dioscorides (abad ke-1 M), seorang dokter Yunani yang memiliki


keahlian dalam bidang botani. Beliau juga adalah orang pertama yang
menggunakan ilmu tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan dan kemudian
menghasilkan karya dengan sebutan De Materia Medika.
Dioscorides mengembangkan ilmu farmakognosi dan menghasilkan obat
obatan yang dibuat seperti napidium, opium, ergot, hyosciamus,
dan cinnamon.
 Galen (120-130 M), seorang dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani yang
berkewarganegaraan romawi. Galen terkenal setelah menciptakan sistem
pengobatan, fisiologi, dan patologi yang merumuskan kaidah-kaidah yang
banyak diikuti selama 1500 tahun. Galen juga dinobatkan sebagai
pengarang buku terbanyak di zamannya dan meraih penghargaan untuk
500 bukunya tentang ilmu kedokteran-farmasi serta 250 buku lainnya
tentang filsafat, hukum, maupun tata bahasa. Hasil karyanya di bidang
farmasi uraian mengenai penyediaan obat yang sekarang dikenal dengan
sebutan farmasi galenik.[2]

Disiplin Ilmu[sunting | sunting sumber]


Selain itu, farmasi juga mempelajari pengembangan ilmu dan teknologi pembuatan
obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan
kondisi pasien.[3] Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik
farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan
farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care)
di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan
penyediaan informasi obat.[4]

Rujukan[sunting | sunting sumber]
1. ^ Surabaya, Management Information System-Universitas.  "IAI Minta Apoteker Berperan
Cegah Obat Ilegal".  Universitas Surabaya (Ubaya). Diakses tanggal 2021-09-23.
2. ^ Haeria (2017). "PENGANTAR ILMU FARMASI
Haeria".  webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal  2020-09-22.
3. ^ Inggriani, Rini (2016-02-20).  Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Farmasi. Gramedia Pustaka
Utama. hlm.  30. ISBN 978-602-03-2609-2.
4. ^ Farmasetika Dasar & Hitungan Farmasi. EGC. ISBN 978-979-448-777-8.

Anda mungkin juga menyukai