PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) merupakan salah satu ikan air tawar yang
banyak dibudidayakan di dunia (FAO 2016). Keunggulan ikan nila antara lain,
toleran terhadap perubahan lingkungan, memiliki siklus reproduksi yang pendek,
dan dapat memijah sepanjang tahun (Abdel & Sayed 2006). Berbagai kegiatan
pemuliaan telah banyak dilakukan pada ikan nila untuk meningkat performanya
terkait budidaya. Kegiatan pemuliaan yang telah dilakukan antara lain, transgenesis,
androgenesis, dan triploidisasi. Beberapa kegiatan pemuliaan tersebut membutuhkan
gamet dan embrio pada fase tertentu sebagai target (Abdel & Sayed 2006).
Kendalanya sebagian besar produksi benih ikan nila saat ini diperoleh dari
pemijahan secara alami, sehingga sulit mendapatkan gamet dan embrio pada fase
tertentu sebagai target. Gamet dan embrio pada fase tertentu lebih efisien diperoleh
melalui teknik pemijahan buatan.
Saat ini teknik pemijahan buatan sekaligus pembuahan secara buatan pada ikan
nila belum dikuasai. Salah satu penyebabnya adalah kesulitan dalam memasangkan
induk nila yang ingin dipijahkan. Menurut Myers & Hershberger (1991), ikan
nila memijah apabila induk betina dan jantan berpasangan. Keberadaan pasangan
tersebut dapat merangsang birahi pada induk untuk berovulasi. Berdasarkan
informasi tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan teknik pemijahan
1
buatan yang tepat pada ikan nila dengan penyuntikan menggunakan dua jenis
hormon, yaitu ovaprim.
B. Ruang Lingkup.
1. Persiapan Wadah Pemijahan.
Agar budidaya perikanan bisa berkelanjutan, diperlukan ketersediaan benih
yang berlimpah. Seiring perkembangan teknologi, saat ini sudah dipraktekkan
berbagai metode modern dalam pemijahan ikan air tawar untuk mendapatkan benih
berkualitas, salah satunya adalah dengan menyuntikkan hormon reproduksi pada ikan.
2
Tempat wadah pemijahan dapat dilakukan dalam bak pemberokan, kolam beton
dan akuarium. Tempat wadah pemijahan juga berfungsi sebagai tempat induk yang
telah terseleksi dan juga sebagai tempat penyuntikan induk ikan.
Berbagai alat yang dipakai untuk pemijahan ikan air tawar juga sudah lebih
modern dibandingkan alat-alat tradisional semisal bambu dan kayu yang dahulu
umum digunakan. Beberapa alat yang dipakai untuk pemijahan ikan air tawar, yaitu:
a. Bak semen merupakan tempat terjadinya pemijahan induk ikan nila yang
telah diberikan opavrim. Agar memudahkan pemantauan terhadap induk
ikan nila maka sebaiknya induk ikan nila yang telah disuntik dimasukkan ke
dalam bak.
b. Kakaban yang berfungsi sebagai tempat menempelnya telur yang
dikeluarkan oleh induk. Telur yang menempel pada kakaban dibiarkan
menetas menjadi larva ikan. Kakaban ditaruh pada dasar kolam dan
diberikan pemberat agar tidak mengapung. Cara membuat kakaban mudah
dan murah, hanya menyiapkan ijuk yang dijepit pada kedua sisi dengan bilah
bambu.
c. Hapa (jaring kelambu) yang fungsinya sebagai tempat penampungan
sementara indukan dan benih ikan sebelum dipindahkan ke tempat lain,
d. Penyaring air yang fungsinya untuk menahan berbagai kotoran yang terdapat
dalam air sebelum dialirkan ke dalam kolam pemeliharaan, agar kualitas air
bagus terbebas dari kotoran dan endapan.
e. Seser/serok terbagi dua jenis, yaitu seser kasar dan seser halus. Seser dipakai
untuk menangkap ikan. Seser kasar buat menangkap ikan berukuran besar,
sedangkan seser halus buat menangkap ikan berukuran kecil.
f. Ember biasa dan ember grading berlubang-lubang, berfungsi sebagai wadah
menyeleksi benih ikan berdasarkan ukuran. Memakai ember grading
membuat ikan yang diameter tubuhnya lebih kecil dari lubang bakal lolos,
sehingga bakal tertangkap ikan yang berdiameter lebih besar dari lubang.
3
g. Alat analis kualitas air diperlukan dalam pemijahan ikan air tawar agar bisa
didapatkan benih yang berkualitas. Alat analisis yang diperlukan, antara lain
DO Meter, pH Meter, Secchi Disk.
h. Bambu/paralon, tali. Teknik pemasangan kakaban untuk pemijahan ikan nila
adalah mengaitkan kakaban menggunakan tali dan bambu atau paralon agar
kakaban tersebut mengapung. Hal tersebut bertujuan agar telur yang
dihasilkan ikan nila tidak dimakan kembali oleh induk. Dikarenakan telur
yang dihasilkan ikan nila tidak mengapung. Sehingga harus ada tempat bagi
menempelnya telur ikan.
i. Sikat lantai dan sapu digunakan untuk membersihkan bak semen yang akan
dijadikan wadah pemijahan induk ikan nila.
2. Seleksi Induk.
Menurut Sugiarto (1987), calon induk diperoleh dengan cara menyeleksi
sejumlah ikan yang berasal dari suatu kegiatan pembesaran. Pada saat ini induk-induk
ikan nila 26 citra lada yang ada di BBI Sipungguk merupakan hasil pembesaran dan
penyeleksian (pengindukan) yang dilakukan sendiri. Untuk membedakan kelamin
jantan dan kelamin betina akan sangat mudah jika sifat kelamin skunder sudah
terlihat jelas. Amri dan Khairuman (2003) menyebutkan ciri-ciri induk ikan nila
jantan dan betina dapat dilihat pada tabel berikut ini.
4
air seni) pengeluaran telur dan
lubang pengeluaran
air seni
Tidak meruncing
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing
(membulat)
Menurut Djarijah (1995), secara genetis kualitas benih ikan nila sangat
ditentukan oleh kualitas induknya. Secara genetika induk yang baik akan
menghasilkan keturunan yang sebagian besar sama atau identik dengan induknya.
Kualifikasi induk yang baik dapat dilihat dari kurva pertumbuhan dan keadaan fisik.
Benih yang dapat disiapkansebagai calon induk adalah benih yang pertumbuhannya
cepat, keadaan fisiknya tidak cacat, sisik teratur rapi, badan lentur tetapi gesit.
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah dan memiliki kualitas
yang baik. Menurut Amri dan Khairuman (2003), tanda-tanda induk yang berkualitas
baik adalah sebagai berikut :
Ikan nila berusia lima bulan umumnya sudah dapat memijah, tetapi untuk
dijadikan induk ikan yang baik perlu dilakukan seleksi. Ikan nila yang akan dijadikan
induk harus memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki organ yang lengkap
(Murtidjo, 2001).
Menurut Amri dan Khairuman (2003), masa produktif ikan nila adalah pada
umur 1,5-2 tahun. Jika sudah berumur di atas dua tahun, induk harus segera diganti
5
dengan induk baru. Biasanya, induk yang lama sudah tidak produktif lagi. Namun
jika tetapdipijahkan, kualitas benih yang dihasilkan akan menurun.
3. Penyuntikan.
Penyuntikan ovaprim dilakukan dengan tujuan merangsang hormon untuk
mempercepat pemijahan dan menghasilkan telur yang lebih banyak. Kadar ovaprim
yang di berikan juga harus sesuai dengan ukuran karena akan mempengaruhi daya
tetas ikan tersebut. Pemberian dosis ovaprim untuk ikan nila sultana betina adalah 0,5
ml/kg sedangkan untuk induk jantan 0,25 ml/kg.
4. Penetasan Telur.
Pada masa berpijah ikan nila membutuhkan suhu antara 22-27°C, keadaan pH
air antara 5-11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, pH optimal untuk perkembangbiakan
dan pertumbuhan ikan ini adalah 7-8 (Rukmana, 2007).
Menurut Sutisna dan Sutasmanto (1999), Induk yang dipelihara dalam
konsentrasi oksigen 5 mg/l menghasilkan jumlah telur dan frekuensi pemijahan yang
tinggi. Pemasukkan induk ikan biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, ini
untuk menjaga agar induk tidak stress karena suhu air yang tinggi. Perbandingan
induk jantan dan betina yang dikawinkan biasanya 1 : 3, bila induk jantan yang
dimasukkan ke dalam kolam sebanyak 15 ekor, maka harus disediakan induk betina
sebanyak 45 ekor. Secara alami ikan biasa memijah pada musim hujan, (Alam Syah,
2005).
Ikan jantan yang telah mendapat pasangan akan membuat cekungan di dasar
kolam sebagai tempat pemijahan, cekungan berbentuk bulat cekung dengan garis
tengah kira-kira 30-50 cm atau tergantung ukuran induk ikan. Selama proses
pemijahan induk betina berada di dalam cekungan, kemudian induk jantan mendekati
induk betina dan pada saat itu induk betina mengeluarkan telur-telurnya dan dalam
waktu bersamaan induk jantan menghamburkan spermanya dan terjadilah pembuahan
(fertilisasi) telur (Suciptodan Prihartono, 2007). Dalam proses pemijahan induk ikan
6
nila membutuhkan pakan buatan dengan kandungan protein yang disarankan sebesar
28-30% untuk mencukupi kebutuhan energinya. Pakan buatan berbentuk pellet
terbuat dari dedak, bungkil kedelai, atau bungkil kacang. Pellet dapat diberikan 3-6%
perhari dari bobot induk (Suyanto, 2010).
5. Panen Larva.
Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8mm, pengeraman terjadi
selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh induknya selama 6-7
hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9-10 mm. Burayak yang
masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang ada pada tubuhnya
selama 4-5 hari, mulai hari ke 5 setelah menetas larva yang sudah keluar dari mulut
induk betina mulai mencari makan karena persediaan makanannya berupa kuning
telur sudah habis, makanan yang diberikan berupa pellet halus dengan kandungan
protein 25% diberikan tiga kali sehari, pagi, siang, dan sore hari dengan dosis 3-5%
dari perkiraan berat total larva. Bak perawatan larva dibuat dari semen atau fiber glas
dengan kepadatan perawatan yang sama yaitu 10.000 butir atau 10.000 ekor per bak
atau 5000 ekor/m2 (Djarijah, 1995). Suhu yang baik untuk pemeliharaan benih Ikan
Nila adalah 28-30 ºC. Sedangkan oksigen terlarut sebesar 6-8ppm (Suyanto, 2010).
Untuk mempertahankan kualitas air agar tetap baik, tidak keruh dan berbau
makadilakukan pemasukan air baru sekitar 10-30 %setiap tiga hari sekali
(Amrietal,2002).
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka perumusan masalah yang
ditetapkan dalam laporan yang dibuat penulis yaitu bagaimana pemijahan dan
penetasan telur Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dengan penyuntikan ovaprim.
7
D. Tujuan Kegiatan.
1. Tujuan Umum.
Praktek kompetensi ini bertujuan agar siswa memiliki semangat berwirausaha
dan mampu mengelola suatu usaha dibidang perikanan secara professional dengan
memperhatikan situasi dan kondisi serta potensi wilayah.
2. Tujuan Khusus.
Tujuan dari Praktek Kerja Industri (Prakerin) pembenihan ikan Nila Sultana di
Balai Benih Ikan (BBI) Sipungguk, Salo, Kabupaten Kampar ini adalah:
a. Mempelajari teknik pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
b. Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada proses kegiatan
pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
c. Bagaimana melakukan pemijahan dan penetasan telur yang baik dan benar
untuk mendapatkan larva yang sehat dengan derajat penetasan 60-80%.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
Pengembangan-pengembangan teknik budidaya ikan nila bertujuan untuk
menghasilkan ikan yang murah dan mudah dijangkau oleh daya beli masyarakat.
Dengan harga yang murah dan mudah dibudidayakan dikolam pekarangan,
diharapkan rakyat akan dapat lebih banyak makan ikan. Ini penting untuk
memperbaiki mutu gizi makanan rakyat, karena itu ikan merupakan sumber protein
yang bermutu tinggi. Cukupnya protein hewani dalam makanan kita,memperbaiki
kesehatan, jasmani, dan rohani. Protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh, serta mengembangkan daya pikir danmeningkatkan kecerdasan
(Mudjiman, 1996).
C. Subjek Kegiatan.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek kegiatan adalah siswa Praktek Kerja
Industri (Prakerin) di Balai Benih Ikan (BBI) desa Sipungguk, Salo, Kabupaten
Kampar. Objek penelitian dalam kegiatan adalah pemijahan dan penetasan telur Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus).
10
f. Sikat Lantai.
g. Sapu.
h. Happa dengan ukuran 4x2 meter.
i. Serok.
j. Suntik.
k. Kantong Plastik.
l. Timbangan.
m. Pengukur Kualitas Air (Thermometer, pH Meter, DO Meter)
n. Tabung Oksigen.
o. Takaran Larva.
p. Cangkul.
q. Ember.
2. Bahan.
a. Kapur.
b. Pupuk.
c. Pellet/pakan ikan ukuran 2mm.
d. Pellet/pakan gantung.
e. Opavrim.
f. Induk Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
E. Prosedur Kerja.
1. Persiapan Wadah Pemijahan
Alat dan bahan
a. Bak semen ukuran 4m x2 m.
b. Kakaban
c. Bambu/paralon
d. Tali
e. Sikat lantai
11
f. Sapu
g. Happa ukuran 4 m x 2 m
Prosedur Kerja.
a. Bak dibersihkan dengan menggunakan sikat lantai.
b. Happa dipasang di dalam bak dan diikat menggunakan tali nilon
c. Kakaban disusun secara rapai di dalam bak.
d. Kakaban diikatkan ke bamboo atau paralon sebagai pemberat.
e. Air dimasukkan ke dalam bak sampai ketinggian 50 cm.
f. Pasang instalasi airasi di dalam bak sebnyak 6 titik setiap baknya.
g. Hidupkan airasi dan endapkan air selama sehari semalam.
2. Seleksi Induk.
Alat dan Bahan
a. Induk Ikan Nila
b. Seser Induk
c. Serok
Prosedur kerja
a. Sebelum dilakukan penangkapan induk happa induk dipersiapkan terlebih
dahulu
b. Induk ditangkap dengan cara digiring menggunakan seser.
c. Induk diseleksi satu persatu.
d. Kematangan gonad induk dicek secara visual atau dipencet.
e. Induk jantan yang sudah matang ditandai dengan warna genital sudah
memerah dan apabila dipencet mengeluarkan sperma yang agak kental.
f. Induk betina yang matang gonad ditandai dengan warna telur yang sudah
kecoklat-coklatan.
g. Induk hasil seleksi ditampung di dalam hapa yang sudah disiapkan, jantan
dan betina dipisahkan.
12
3. Penyuntikan, pemijahan dan penetasan telur.
Alat dan bahan
a. Ovaprim
b. Alat suntuk 3 ml
c. Kantong plastik
d. Timbangan 10 Kg
Prosedur kerja
a. Sebelum dilakukan penyuntikan induk jantan dan betina terlebih dahulu
ditimbang.
b. Persipakan ovaprim dengan dosis jantan adalah 0.2 ml/Kg dan betina 0.5
ml/Kg berat ikan
c. Penyuntikan dilakukan sebanyak 1 kali
d. Waktu penyuntikan dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00 WIB.
e. Induk yang sudah disuntik diletakkan di happa di dalam bak pemijahan.
f. Perbadingan induk jantan dan betina 1 : 1 dari berat badan
g. Jumlah induk betina yang digunakan sebanyak 6 ekor setiap baknya.
h. Pemijahan terjadi 9 jam setelah penyuntikan.
i. Penetasan telur terjadi setelah 48 jam setelah pemijahan.
13
Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, pH, O2, kandungan CO2,
alkalinitas, NH3, NO2 dan salanitas.
Alat dan bahan
a. Thermometer.
b. pH meter.
c. DO meter.
Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas air
b. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, ph dan Oksigen terlarut.
c. Kualitas air diukur pagi dan sore hari.
d. Hasil pengukuran kualitas air dicatat dalam format hasil pengukuran kualitas
air.
5. Panen Larva.
Alat dan bahan
a. Tabung Oksigen.
b. Serok halus.
c. Kantong plastic
d. Takaran larva
Prosedur kerja
a. Waktu panen larva ikan nila dilakukan setelah umur larva tiga hari.
b. Sebelum dilakukan panen larva kakaban diangkat satu persatu.
c. Sisa-sisa telur yang menempel di kakaban dibersih kemudian dikering.
d. Larva dikumpulkan dipojok bak dengan cara mengangkat happa secara
pelan-pelan menggunakan sebatang bambu.
e. Larva yang sudah terkumpul disampling menggunakan takaran larva
sebanyak tiga kali, kemudian diambil rata-ratanya sebagai angka perkiraan
perhitungan larva.
14
f. Sebelum larva dihitung, persiapkan kantong plastik yang diisi air sebagai
wadah pengangkutan ke kolam pendederan.
g. Larva dihitung menggunakan takaran.
h. Satu kantong plastik berisi 35.000 ekor larva.
i. Setelah kantong plastik terisi larva, lalu diisi oksigen.
j. Larva siap diangkut ke kolam pendederan.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Dari hasil praktek kerja lapangan I ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. BBI (Balai Benih Ikan) Sipungguk, Salo sebagai Broodstock center bibit ikan
di daerah Kampar dan sekitarnya.
2. Tahapan pemijahan pada Praktek Kerja Lapangan meliputi pemeliharaan induk,
seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan dan
pemanenan.
3. Teknik Pemijahan Ikan Nila Sultana yang dilakukan di BBI (Balai Benih Ikan)
Sipungguk adalah semi intensif yaitu dengan menyuntikkan larutan Ovaprim
sesuai dosis setiap pemijahan pada ikan nila sultana.
4. Pemijahan ikan nila sultana yang dilakukan di BBI (Balai Benih Ikan)
Sipungguk perbandingannya 1:1 dari berat badan.
B. Saran.
Untuk pendalaman lebih lanjut, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam Kegiatan Praktek Kerja Lapangan sebaiknya teknik pembenihan yang
dipelajari lebih terarah untuk menunjuk perbedaan antara teknik yang dilakukan
secara alami dan teknik yang dilakukan secara buatan serta identifikasi
kelebihan dan kekurangan dari keduanya.
2. Disarankan untuk tidak menunda fertilisasi pada induk matang gonad lebih dari
3 jam setelah ovulasi telur dan ejakulasi sperma agar tingkat penetasan telur
tidak rendah dan perlu diadakan penelitian tentang teknik penyimpanan telur
setelah ovulasi dan ejakulasi untuk menjaga ketahanan fisik telur diluar tubuh
induk.
16
3. Diperlukan penambahan pegawai agar penanganan dan pengontrolan ikan lebih
optimal.
4. Perlu dimanfaatkan peningkatan sarana dan prasarana serta bangsal ikan agar
tingkat keragaman dan spesies ikan terpelihara.
17
LAMPIRAN
18
Gambar 2 Pemberokan Ikan Nila.
19