Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTEK FARMAKOTERAPI

SISTEM ENDOKRIN, REPRODUKSI, DAN SIRKULASI


(DEF4274T)
SEMESTER GENAP

DISUSUN OLEH KELOMPOK A1


ANGGOTA:

Fitria Mukti H. (165070500111003)


Putri Sal Sabilah I. (165070500111007)
Putu Dewi Pradnya P. (165070500111009)
Aninda Rizki A. (165070500111013)
Novia Ariani (165070501111001)
Ade Yulia Ningsih (165070501111005)
Filia Pradiva S. (165070501111013)
Alifia Rahmi N. (165070501111021)
Novera Nurdiana (165070507111007)
Fransiska Dewi Arjasa (165070507111009)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2018/2019
KONTRASEPSI

1. DEFINISI
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya
melawan/mencegah dan “konsepsi” artinya pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut
(BKKBN, 2015).

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat


permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan
pada pria vasektomi.Kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas. Sampai sekarang cara kontrasepsi ideal belum ada.
Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dapat dipercaya
b. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
f. Mudah pelaksanaannya
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
(Prawirohadjo, 2010).

2. EPIDEMIOLOGI
Keluarga Berencana (KB) ditetapkan sebagai program pemerintah
pada tanggal 29 Juni 1970 bersamaan dengan dibentuknya Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada tahun 2013, World Population
Data Sheet memaparkan bahwa Indonesia merupakan Negara ke-5 di dunia
dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak (249 juta). Selain itu, di
bandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, Indonesia dengan luas wilayah
terbesar menjadi Negara dengan angka fertilitas (TFR) 2,6 yang merupakan
diatas rata-rata TFR ASEAN, yaitu 2,4. Pelaksanaan program KB sendiri
kemudian didukung dengan adanya UU No. 52 tahun 2009, sehingga upaya
dalam mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas pun semakin didapatkan.
Pengaturan kehamilan dalam program KB adalah dengan menggunakan alat
kontrasepsi. Berdasarkan SKDI 2012, bahwa Prevalensi Penggunaan
Kontrasepsi (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 cenderung meningkat,
sedangkan TFR nya cenderung menurun. Hal ini menggambarkan
meningkatnya wanita yang melakukan KB, sehingga angka fertilitas Indonesia
pun menjadi semakin menurun. Selain itu, berdasarkan data BKKBN, pada
tahun 2013 terdapat 8.550.247 Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan
peserta KB baru dan sebanyak 48,56% menggunakan metode kontrasepsi
suntikan. Bila dilihat dari wilayah Indonesia, dari 33 provinsi, sebanyak 15
provinsi berada dalam cakupan persentasi KB akif nasional, dengan provinsi
Bengkulu berada di posisi teratas dengan persentase sebesar 87,70%,
sedangkan provinsi Papua berada dalam cakupan terendah, yaitu sebesar
67,15% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
3. ETIOLOGI

Umumnya kontrasepsi digunakan untuk menghindari kehamilan yang


tidak diinginkan sehingga dapat mengurangi jumlah aborsi atau mengontrol
angka kelahiran. Alasan wanita menunda kehamilan diantaranya yaitu ingin
fokus kepada karir/pekerjaan, mengontrol kelahiran bayi memberikan
kesempatan pada wanita untuk mengatur dan mengurus keluarga dan dirinya
sendiri secara lebih baik, ingin menyelesaikan pendidikan sebelum memiliki
anak, belum mampu untuk mengurus bayi, merasa adanya bayi akan
menghambat tujuan hidup yang ingin dicapai (Frost et al., 2012).
Selain mengontrol angka kelahiran, kontrasepsi juga digunakan karena
dapat memberikan manfaat kesehatan (tujuan nonkontraseptif) bagi wanita
yaitu untuk mengatasi gangguan menstruasi seperti dismenorrhea yang dapat
mengganggu aktivitas. Pil yang mengandung hormon berguna untuk
mengatasi menorrhagia (pengeluaran darah menstruasi yang berlebihan) yang
dapat memicu anemia, dapat juga untuk mengatasi jerawat dan
hirsutism.Penggunaan lainnya yaitu untuk mengatasi migrain saat menstruasi,
mengatasi nyeri pada pelvis karena adanya endometriosis dan pendarahan
karena fibrosis uterin. Selain itu kontrasepsi oral dapat membantu
memprediksi/mengontrol waktu menstruasi sehingga dapat
mengurangi/mencegah efek samping dari menstruasi Pengaturan waktu/siklus
menstruasi dapat bermanfaat juga bagi wanita yang ingin bepergian dalam
waktu lama atau ibadah. Penggunaan kondom pada pria dapat mencegah
penularan penyakit seksual (Jones, 2011).

4. PATOFISIOLOGI
Panjang siklus mentruasi umumnya adalah 28 hari (dalam rentang 21-
40 hari). Hari pertama menstruasi dihitung pada hari ke-1 fase folikular dan
berlanjut pada hari ke-14 pada fase ovulasi dan diakhiri dengan fase luteal
hingga kembalinya keberlangsungan fase awal siklus menstruasi. Hormon
yang mempengaruhi terjadinya menstruasi adalah epinephrine dan
norephinephrine, dimana keduanya menstimulasi hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin-releasing hormone sehingga anterior pituitary akan
mensekresi gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing
hormone (LH). Pada fase folikular, FSH akan membentuk folikel-folikel kecil
yang berkembang. Pada hari 5-7, folikel tersebut akan menjadi folikel
dominan yangmana nantinya akan pecah dan menghasilkan oosit. Dominan
folikel tersebut meningkatkan jumlah estradiol dan inhibin yang menyebabkan
efek negatif pada sekresi gonadotropin-releasing hormone dan FSH sehingga
atresia dari folikel masih tersisa. Selain itu, folikel dominan akan terus
berkembang dan mensintesis estradiol, progesterone, dan androgen. Estradiol
akan menghentikan aliran menstruasi, menebalkan endrometrium, serta
memproduksi lapisan mucus cervical. FSH akan meregulasi enzim aromatase
yang menginduksi konversi androgen menjadi estrogen. Kemudian, pituitary
akan melepaskan mid-cycle LH yang menstimulasi fase akhir dari pematangan
folikular dan ovulasi. Ovulasi sendiri berlangsung selama 24-36 jam setelah
puncak estradiol dan 10-16 jam setelah puncak LH. Pada 28-32 jam sebelum
folikel pecah, adalah fase yang dapat digunakan untuk memprediksi ovulasi,
dimana merupakan waktu yang tepat ketika intercourse 2 hari sebelum ovulasi
hingga pada saat ovulasi itu terjadi. Setelah ovulasi, luteinized follicles
menjadi corpus luteum, yangmana mensintesis androgen, estrogen, dan
progesterone. Bila terjadi kehamilan, human chorionic gonadotropin akan
mencegah regresi dari corpus luteum dan menstimulasi produksi estrogen dan
progesterone. Apabila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum akan rusak dan
terjadi penurunan progesterone, sehingga menstruasi terjadi (Wells, 2009).

5. TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Pencegahan kehamilan tanpa konsumsi obat terbagi menjadi dua yaitu,
periodic abstience dan barrier technique. Masing-masing teknik tersebut
terdiri atas :
1. Periodic Abstinence
 Coitus Interuptus : merupakan teknik penarikan penis sebelum
ejakulasi
 Lactational Amenorhea : suatu bentuk kontrol kelahiran alami yang
bergantung pada ibu baru yang hanya memberi ASI bayinya hingga
enam bulan.
 Natural family planning : perencanaan berdasar pada metode dugaan
seperti : menggunakan metode kalender, metode mucus cervical, dan
metode symptothermal
2. Barrier Technique
Merupakan teknik penggunaan alat pelindung seperti kondom pria,
kondom wanita, diafragma kontrasepsi, cervical cup, agen spermicidal

6. TERAPI FARMAKOLOGI
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.
Kontrasepsi terdiri atas terapi non hormonal dan terapi hormonal.
1. Kontrasepsi Non Hormonal
Metode kontrasepsi non hormonal terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode
Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal
dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat
yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi
(Manuaba, 2010). Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan
balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010). Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk
membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus, membantu
pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan
merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara
primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus
dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari
ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium
(Hartanto, 2002).
Kontrasepsi hormonal terdiri dari beberapa macam, antara lain :
a. Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing
factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pil KB terdiri dari
beberapa macam, antara lain pil monofasik, yaitu pil yang tersedia
dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau
progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari. Pil bifasik, yaitu pil
yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi, dan pil trifasik, yaitu pil yang tersedia
dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau
progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif,
dosis hormon bervariasi setiap hari.
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu tidak
mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur (mencegah
anemia), dapat digunakam sebagai metode jangka panjang, dapat
digunakan pada masa remaja hingga menopause, mudah dihentikan
setiap saat, kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
dihentikan, membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
b. Kontrasepsi Suntik
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu Depo Mendroksi Progesteron (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan
cara di suntik intramuscular (di daerah pantat), dan Depo Noretisteron
Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di
daerah pantat atau bokong). Mekanisme kerjanya meliputi
penghambatan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir
rahim tipis dan atrofi, serta menghambat transportasi gamet oleh tuba
falloppii. Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,
pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak
perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia
lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
c. Kontrasepsi Implan
Jenis kontrasepsi Implant yaitu Norplant yang terdiri dari 6
batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg
3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun, dan Jadena dan
indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Cara kerja kontrasepsi
Implant antara lain lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses
pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportasi sperma, dan menekan ovulasi.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang
tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung
hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T
dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel
(Hartanto, 2002).
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan
Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma
tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).

7. KASUS PRAKTEK FARMAKOTERAPI


SOAL TUTORIAL
1. Ny. TM, wanita sehat, sudah menikah, usia 33 tahun, BB 55 kg, TB 160
cm, datang ke apotek Anda menanyakan apakah dia dapat menggunakan
COC. Dia memiliki kebiasaan merokok 1 pak per hari. Apakah
kontraindikasi terhadap COC yang harus menjadi pertimbangan bagi Ny.
TM? Apakah Ny. TM dapat menggunakan COC?
Keterangan: riwayat HT (-), DM (-)  S/O
2. Ny. TM memutuskan untuk menggunakan COC. Jenis COC manakah yang
sesuai untuknya? Sebagai apoteker berikan rekomendasi COC yang tepat
untuk Ny. TM! A
3. Kapan sebaiknya Ny. TM mulai menggunakan COC?  P
4. Kapan sebaiknya Ny. TM menggunakan metode pendukung kontrasepsi
(back-up method)? P
5. Ny. TM bertanya kepada Anda, kapan sebaiknya saat yang tepat untuk
minum COC? Berikan konseling juga bagaimana jika Ny. TM lupa minum
COC! P
6. Ny. TM mendapat informasi dari temannya bahwa pemakaian COC yang
mengandung estrogen dapat menyebabkan risiko mengalami penyakit
kardiovaskular. Sebagai apoteker, bagaimana pendapat Anda terkait risiko
penyakit kardiovaskular akibat minum COC? Bagaimana saran Anda
terhadap Ny. TM?  A

8. PEMBAHASAN KASUS
8.1 SUBJEKTIF
 Ny. TM, wanita sehat, sudah menikah
 Berumur 33 tahun
 BB 55kg dan TB 160 cm
 Kebiasaan merokok 1 pak/hari
 Tidak ada riwayat DM maupun Hipertensi
 Datang ke apotek ingin menggunakan COC sebagai kotrasepsi dengan
metode yang tepat sebagai awalan penggunaan
8.2 OBJEKTIF
Diperoleh BMI pasien dengan rumus :
𝐵𝐵(𝑘𝑔) 55 𝑘𝑔
BMI = 𝑇𝐵2 (𝑚) = 1,62 𝑚2 = 21,48 (𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙)

8.3 ASSESSMENT
1. Ny. TM memutuskan untuk menggunakan COC. Jenis COC manakah
yang sesuai untuknya? Sebagai apoteker berikan rekomendasi COC
yang tepat untuk Ny. TM!
Macam-macam jenis COC yaitu :
- Monofasikadalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam
dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif tapi berisi zat
besi. Contoh monofasik adalah microgynon dengan komposisi 21
tablet masing-masing mengandung 0,15 mg levonorgestrel dan
0,03 mg Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo.
- Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan
dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif tapi
berisi zat besi. Contoh bifasik adalah climen 28 dengan komposisi
yang terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2 mg dan
12 tablet pink berisi estradiol valerate 2 mg dan cyproterone
acetate 1 mg.
- Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan
tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif tapi
berisi zat besi. Contoh trifasik adalah trinordiol 28 dengan setiap
kemasan berisi 28 tablet. Tablet-tablet ini disusun dalam kemasan
menurut urutan sebagai berikut: 6 tablet kuning tua dari 0,03 mg
etinilestradiol dan 0,05 mg levonorgestrel, 5 tablet putih dari 0,04
mg etinilestradiol dan 0,075 mg levonorgestrel, 10 tablet kuning
dari 0,03 mg etinilestradiol dan 0,125 mg levonorgestrel, dan 7
tablet innert merah dari 31,835 mg laktosa.
Rekomendasi COC yang tepat untuk Ny. TM adalah jenis COC
Monofasik yaitu microgynon dengan komposisi 21 tablet masing-
masing mengandung 0,15 mg levonorgestrel dan 0,03 mg
Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo. Dengan pertimbangan yaitu :
a. Jenis estrogen, dimana mestranol sudah tidak boleh digunakan,
sehingga Etinilestradiol yang dipilih
b. Efek antiandrogen, agar tidak banyak tumbuh jerawat dan tidak
banyak tumbuh bulu (hirsutisme) yang dapat menyebabkan resiko
PCOS
c. Berat badan dan BMI, dimana normal pada pasien yaitu BMI
21,48
d. Jumlah tablet, dimana dapat digunakan sediaan 21 tablet maupun
28 tablet. Namun perbedaannya untuk sediaan 21 tablet diberikan
edukasi 7 hari bebas pil agar darah haid keluar, sedangkan untuk
sediaan 28 pil dapat mempermudah mengingat karena setiap hari
diminum.
e. Profil lipid estogen dan progesterone

2. Ny. TM mendapat informasi dari temannya bahwa pemakaian COC


yang mengandung estrogen dapat menyebabkan risiko mengalami
penyakit kardiovaskular. Sebagai apoteker, bagaimana pendapat Anda
terkait risiko penyakit kardiovaskular akibat minum COC?
Bagaimana saran Anda terhadap Ny. TM?
Pasien masih bisa menggunakan COC asalkan tidak merokok.
Sebab merokok dapat meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular.Peningkatan risiko kematian pada penggunaan COC
pada beberapa studi menunjukkan risiko kematian karena penyakit
kardiovaskular pada wanita berusia <35 tahun tidak merokok atau
menggunakan kontrasepsi oral kombinasi adalah 0,59 per 100.000
dan 3,18 per 100.000 wanita >35tahun. Sementara pada perokok
dengan COC adalah 3,3 per 100.000 wanita <35 tahun dan 29,4 per
100.000 wanita >35 tahun.
Rekomendasi saran kepada Ny.TM yaitu hentikan konsumsi
rokok karena merokok merupakan faktor yang meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskular dengan atau tanpa penggunaan COC. Selain
itu perlu dikontrol dari segi makanan, kurangi konsumsi makanan
dengan kandungan kolesterol tinggi, garam tinggi, dan mencegah
stress.

8.4 PLAN
3. Ny. TM dapat memilih diantara 3 waktu dibawah ini (Dipiro, ) :
a. Quick Start
Ny. TM dapat enggunakan pil KB aktif pada hari diamana Ny.
TM membeli pil COC. Namun, Ny. TM harus benar benar
dipastikan bahwa sedang tidak hamil. Ny.TM dapat dianjurkan
untuk melakukan test kehamilan menggunkaan test pack, namun
apabila benar – benar merasa belum melakukan intercourse dengan
suaminya tidak perlu lagi melakukan tes kehamilan.

b. First Day Start


Ny. TM dapat menggunakan pil KB placebo pada hari
pertama saat menstruasi berikutnya.
c. Sunday Start
Ny. TM dapat menggunakan pil KB placebo pada hari Minggu
setelah membeli pil KB dan memulai siklus mestruasi. Sebagai
contoh Ny.TM membeli pil KB pada hari Rabu, maka Ny. TM
dapat meminum pil KB pada hari MInggu nya.
4. - Ketika Ny.TM lupa meminum 3 pil atau lebih
- Ketika pasien lupa meminum pil pada saat awal-awal penggunaan
COC, karena sama saja memperpanjang periode bebas pil
5. Regulasi saat Ny. TM lupa meminum pil :

a. Ketika Ny.TM lupa meminum 1 pil pada minggu pertama, maka


pil yang lupa diminum tersebut langsung dapat diminum saat
Ny.TM ingat. Pada kondisi seperti ini, pasien tidak perlu
menggunakan metode back up seperti kondom dll.
b. Ketika Ny.TM lupa meminum 2 pil sebagai contoh pada hari Senin
dan Selasa, maka pasien tersebut dapat meminum pil tersebut pada
hari Rabu dan Kamis masing masing 2 pil. Pada kondisi ini, pasien
tidak perlu menggunakan metode back up seperti kondom dll.
c. Ketika Ny.TM lupa meminum 3 pil atau lebih maka pasien dapat
membuang pil yang lupa diminum tersebut, kemudian teteap
melanjutkan pil samapi habis. Pada kondisi seperti ini, pasien
dianjurkan menggunakan metode back up seperti kondom dll.
Sebagai seorang apoteker, kita wajib memberikan edukasi kepada
pasien bahwa harus patuh dalam meminum obat, karena kalau tidak
patuh data menebabkan terganggunya keseimbangan hormonal pada
tubuh pasien. Apabila pasien sulit untuk mengatur cara meminum obat
dapat dianjurkan untuk menggunakan injeksi ataupun implant. Apabila
ibu hamil, dianjurkan meminum mini pill.

8.5 MONITORING DAN KONSELING


8.5.1 Monitoring

No Parameter Tujuan Monitoring


1. Tekanan darah pasien Memonitoring tekanan darah,
sebab hipertensi merupakan
kontraindikasi relatif dari
penggunaan pil kontrasepsi
2. Kebiasaan merokok Memonitoring kebiasaan merokok,
sebab perokok merupakan
kontraindikasi relatif dari
penggunaan pil kontrasepsi dan
dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit jantung
3 Efek samping obat Memonitoring efek samping obat
yang mungkin terjadi dan dapat
memperburuk keadaan pasien
seperti penyakit kardiovaskular

8.5.2 Konseling
No Sasaran Uraian Rekomendasi/Saran
Konseling
1 Pasien  Menghentikan  Pasien sebaiknya
kebiasaan menghentikan
merokok kebiasaan merokok
 Obat yang dikarenakan
dikonsumsi dapat merokok dapat
menyebabkan efek meningkatkan
samping terjadinya efek
 Pasien metabolik yang lebih
mendapatkan besar
terapi obat COC  Tidak usah khawatir,
selama 28 hari/21 jika pasien
hari mengalami efek
samping, bisa
menghubungi dokter
maupun apoteker
agar diberi terapi
yang tepat untuk
meng-cover efek
samping tersebut
 Pasien diharapkan
meminum obat tepat
waktu agar terapi
berjalan dengan
maksimal
2 Keluarga  Diingatkan kepada  Memberikan
pasien pasien untuk tidak penyuluhan atau
merokok informasi agar dapat
 Banyaknya jumlah menjaga ketaatan
obat yang pasien untuk
diminum dalam meminum obat dan
periode tertentu tidak merokok untuk
dapat menurunkan meminimalisir efek
ketaatan pasien samping penyakit
kardiovaskular

8.6 SOAL TAMBAHAN


Soal Tambahan
1. Sebutkan contoh progesterone yang antiandrogenik!
Jawaban :
Menurut (Raudrant & Rabe,2003) contoh progesterone
antiandrogenik antara lain chlormadinone acetate, cyproterone
acetat, dienogest, serta drospirenone. Mereka berfungsi untuk
memblokir reseptor androgen di organ target, dan juga mengurangi
aktivitas 5alfa-reduktase yang bertanggung jawab untuk mengubah
testosterone menjadi androgen yang lebih kuat. 5alfa-reduktase ini
biasanya berada di kelenjar sebaceous dan folikel rambut, apabila
kelebihan androgen maka akan menimbulkan maninfestasi jerawat,
alopecia, hirsutisme, dan lain-lain.

8.7 DAFTAR PUSTAKA


Abdur-Rahman Afeefa, Ali Moazzam, Amin Avni, Avni Michal,
Baggaley Rachel, Balderston Beth, et al. 2018. Family Planning: A
Global Handbook for Providers. Johns Hopkins Bloomberg School
of Public Health, Center for Communication Programs : USA
BKKBN. 2015. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia.
Jakarta: BKKBN
Dipiro, J.T., et.Al. (2008), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, Seventh Edition. Mc-Graw Hill.
Frost J. J. Dan Lindberg L. D. 2012. Reasons for using contraception:
Perspectives of US women seeking care at specialized family
planning clinics. Guttmacher Institute.New York.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta ; Pustaka Rahima.
Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta ; Pustaka
Sinar Harapan
Jones R. K. 2011. Beyond Birth Control: The Overlooked Benefits Of
Oral Contraceptive Pills. Guttmacher Institute. New York.
Jones Richard, Lopez Kristin. 2014. Human Reproductive Biology
(Fourth Edition), 245-269. Elsevier Inc : USA
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Infodatin : (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI) : Situasi dan Analisis Keluarga
Berencana. Jakarta
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta ; EGC.
Prawirihardjo,Sarwono. 2010. “Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi”.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
Sarwono

Raudrant D, and Rabe T.2003. NCBI Progestogens with Antiandrogenic


Properties, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12600226
diakses pada Jumat, 25 Januari 2019 pukul 23.12 WIB.

Schawartz JL, Weiner DH, Lai JJ, et al. Contraceptive efficacy, safety, fit,
and acceptability of a single-sixe diaphragm developed with
end-userinput. Obstet Gynecol, 2015; 125:895.
Sulistyawati, A. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta ; Salemba
Medika.
Wells, Barbara G., Dipiro, Joseph T., Schwinghammer, Terry L., Dipiro,
Cecily V. 2009. Pharmacotherapy Handbook, 7th Edition. New
York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai