PERPAJAKAN
SKRIPSI
Disusun Oleh :
A1021411RB5027
FAKULTAS EKONOMI
BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
peyelenggaraan negara, karena pajak memegang peranan penting bagi penerimaan negara.
Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 23A amandemen Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
pajak dan pemungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara, diatur dengan
undang-undang. Hal tersebut menunjukan bahwa pajak merupakan peralihan kekayaan dari
lain memuat mengenai Undang-Undang pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai
dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM), dan jenis pajak lainnya seperti
Dalam beberapa tahun terakhir, pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
memberikan kontribusi besar terhadap APBN. Menurut data Kementrian Keuangan Republik
85,6% atau 1.498,9 triliun dari 1.750,3 triliun, yang meliputi : Penerimaan perpajakan dari
PPh Migas Rp 35,934 triliun, PPh Nonmigas Rp 751,77 triliun, PPN dan PPnBM Rp 493,888
triliun, PBB Rp 17,295 triliun, Cukai Rp 157,158 triliun, pajak lainnya Rp 8,749 triliun, dan
Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak Yon Arsal mengatakan,
penerimaan tersebut turun 2,79% secara year on year (yoy). Pada periode yang sama tahun
lalu, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 791,9 triliun. Oleh karena itu pemerintah
semua aspek menuju ke arah yang lebih baik, agar dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak dan reformasi pajak dijalankan dari waktu ke waktu.
Tabel 1.1.
Realisasi Penerimaan Negara dari Pajak
KONTRIBUSI NAIK / TURUN
REALISASI PENERIMAAN PAJAK KONTRIBUSI
TAHUN PENERIMAAN PERPAJAKAN TERHADAP PAJAK DARI
NEGARA (miliyar rupiah) PENERIMAAN TAHUN
(miliyar rupiah) NEGARA SEBELUMNYA
(%)
2010 995.271,50 723.307,00 72,67 -
2011 1.210.599,70 873.874,00 72,19 Turun
2012 1.338.109,60 980.518,10 73,28 Naik
2013 1.438.891,10 1.077.306,70 74,87 Naik
2014 1.550.490,80 1.146.865,80 73,97 Turun
2015 1.508.020,37 1.240.418,86 82,25 Naik
2016 1.786.225,00 1.539.166,20 86,17 Naik
2017 1.737.629,40 1.495.893,80 86,09 Turun
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017.
berkontribusi sebesar 69,37% sampai dengan 86,09% dari tahun 2010 sampai tahun 2017
terhadap penerimaan Negara. Dari data diatas, selama 7 tahun penerimaan pajak terhadap
penerimaan negara mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Penurunan penerimaan pajak
terjadi pada tahun 2011, 2014 dan 2017 tidak terlepas dari peran serta wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya, dimana dari data tersebut dapat tercermin bahwa
tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap target realisasi
penerimaan pajak. Sehingga, perlu ditingkatkan ketaatan dan kepatuhan wajib pajak agar
dapat memaksimalkan penerimaan pajak yang akan mendorong tercapainya realisasi target
penerimaan negara.
Di tengah beban pengamanan penerimaan negara yang terus meningkat dan tingkat
kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap sistem perpajakan, Pemerintah perlu
mendasar, dikhawatirkan akan terjadi penurunan kepatuhan membayar pajak sehingga dapat
mengganggu kestabilan dan sustainability keuangan negara. Oleh karena itu, proses
pembayaran dan pelaporan pajak sangat melelahkan. reformasi perpajakan ini merupakan
faktor utama dalam rangka pemberdayaan strategi pemungutan pajak dengan pendekatan
holistik dan berkesinambungan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak dibawah
naungan Kementerian Keuangan telah dan akan terus melakukan reformasi perpajakan yang
selaras dengan dinamika perekonomian dan dunia usaha agar dapat mewujudkan sistem
perpajakan yang adil, kompetitif, dan memberikan kepastian hukum. Reformasi perpajakan
yang dilakukan mencakup dua bidang yaitu reformasi di bidang kebijakan dan reformasi di
Sebagai bentuk penghargaan atas peran serta masyarakat, pemerintah dalam hal ini
untuk memberikan pelayanan yang efisien, profesional, dan adil dalam penyelenggaraan
administrasi perpajakan. Semenjak tahun 2002, Direktoran Jenderal Pajak telah meluncurkan
program perubahan atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut modernisasi.
Jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan
sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem
informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian
pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para Wajib Pajak. Jika program
suatu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner.
Tujuan modernisasi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib
aparat pajak. Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi adminsitrasi perpajakan
1. Struktur organisasi
(http://www.pajak.go.id/sites/default/files/Annual_Report%202007.pdf)
peningkatan yang lebih efisien dan lebih produktif. Hal-hal yang mengindikasi efektifitas
sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain :
3. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak
4. Peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih cepat melalui internet, tanpa harus
melalui e-Registration dari website pajak yang akan memudahkan wajib pajak untuk
6. Dengan adanya Account Representative (AR) sebagai ujung tombak pelayanan yang
mempermudah sistem pelaporan pajak oleh wajib pajak dan tempat wajib pajak
Perbaikan proses bisnis juga dilakukan antara lain melalui pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dengan dibukanya fasilitas e-Filing (pengiriman SPT secara
(pendaftaran NPWP secara online melalui internet). Semua fasilitas tersebut disediakan untuk
selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu termasuk hari libur. Selain itu e-Billing pun salah
satu fasilitas tersebut adalah sistem pembayaran elektronik (Billing system). Sistem
pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara secara
elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan
Billing System. Billing System adalah metode pembayaran elektronik dengan menggunakan
Kode Billing. Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan kewajiban
Kebutuhan akan teknologi infomasi semakin berkembang. Pemerintah dalam hal ini
memperbaiki sistem administrasi perpajakan lebih mudah untuk wajib pajak dan lebih praktis
melakukan pembayaran, pelaporan dimana saja. Dan mempercepat proses ekerjaan yang
memakan waktu lama menjadi semakin simple dan cepat selesai dengan bantuan teknologi
informasi.
berikut :
2. Proses pembayaran pajak dan pelaporan pajak bagi wajib pajak sangat melelahkan
modernisasi perpajakan?
administrasi perpajakan?
penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang
administrasi perpajakan.
2. Untuk mengetahui respon Wajib Pajak sebelum dan setelah adanya modernisasi
administrasi perpajakan.
perpajakan.
yang didapat selama masa perkuliahan serta untuk menambah wawasan dan
Wajib Pajak.
b. Bagi Peneliti atau Mahasiswa lain, bentuk penelitian ini dapat dikembangkan
mengetahui tingkat kepuasan dan pelayan yang telah diberikan kepada masyarakat
penghasilan atau atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya terlihat
tingkatkan dan disosialisasikan agar masyarakat semakin memahami arti penting dan
segala hal yang berkaitan dengan pajak. Maka pemerintah dalam hal ini Direktorat
Definisi pajak menurut Prof. Dr. MJH. Smeets dalam buku De Economische
norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang
pengeluaran pemerintah”.
Adapun definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam
umum”.
reformasi dalam memberikan pelayanan yang dilakukan oleh kantor pajak dimana
akan mempengaruhi pula patuh tidaknya wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak dalam melaporkan pajaknya dengan
cara mendatangi ke kantor-kantor pajak terdekat. Jika system yang ada telah
memberikan kepuasan terhadap Wajib Pajak maka Wajib Pajak sendiri akan lebih
1. Sistem Administrasi
2. Efektifitas Pengawasan
keadaan masyarakat, dan kurangnya sosialisasi adanya sistem administrasi perpajakan yang
semakin modern. Maka dari penjelasan diatas dapat digambarkan kerangka pikir sebagai
berikut :
Realisasi Target
Penerimaan Pajak
Infrastruktur Reformasi
Sistem Pemungutan
Perpajakan Perpajakan
Modernisasi Administrasi
Perpajakan
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Wajib Pajak yaitu pemahaman wajib pajak, mordernisasi sistem administrasi dan saksi pajak.
Gambar 1.2
Paradigma Penelitian
1.6.2 Studi Empiris
Tabel 1.5.
Studi Empiris
Dependen : Variabel :
Kepatuhan Modenisasi
Wajib Pajak sistem
Dependen :
Independen administrasi
Silke Ayu Modernisasi
2 : Kepatuhan berpengaruh
Pariningtyas Administras
Independen : Wajib Pajak dan signifikan
i Perpajakan
Modernisasi terhadap
Administrasi kepatuhan
Perpajakan Wajib Pajak.
1.6.3 Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 PAJAK
Pajak secara sederhana dapat dikatakan sebagai iuran yang memaksa yang dibebankan
kepada Wajib Pajak atas objek pajak yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan negara
berupa pembangunan dan rumah tangga negara, sebagai manfaat dari pajak dirasakan tidak
umum”.
umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah”.
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
antara lain :
pelaksanaannya yang bersifat dapat dipaksakan. Artinya iuran yang mau tidak mau harus
dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang telah diatur dalam undang-undang. apabila
rakyat atau badan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai wajib pajak
namun, tidak membayar pajak maka, akan dikenakan sanksi sesuai undang-undang yang
berlaku.
b. Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dari negara yang secara langsung dapat ditunjukan.
Pada dasarnya hasil pungutan pajak digunakan untuk membiaya pengeluaran pemerintah
secara umum, misalnya untuk membangun jalan, membayar pegawai negeri, menjaga
keamanan negara, dan memelihara ketertiban umum, dan semua itu merupakan jasa
negara kepada masyarakat. Karena jasa pemerintah bersifat umum maka, antara jumlah
pembayaran pajak oleh seseorang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan jasa
atau kontraprestasi yang diterima dari negara. Jadi, jasa timbal atau kontraprestasi dari
negara itu jelas ada namun tidak dapat ditunjukan langsung pada tiap individu.
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
d. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
negara.
1. Fungsi Budgeter
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
3. Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanankan kebijaksanaan pemerintah
dibidang sosial dan ekonomi.
Mardiasmo (2016:2) menyebutkan agar pemungutan pajak tidak menimbulkan
hambatan atau perlawanan, pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
2. Undang-undang dan pelaksanaan pemungutan pajak harus dilakukan secara adil terhadap
wajib pajak. Adil dalam arti perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara
6. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansil). Biaya pemungutan pajak harus dapat
Menurut Siti Resmi (2014:11) dalam pemungutan pajak dikenal dengan beberapa
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan
menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan
menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak
sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya
membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk :
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada pihak ketiga yang
ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan
Menurut Abizar (1998) dalam Prasetyo (2010) persepsi adalah suatu proses dengan
lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku atas suatu objek atau
permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan
mempengaruhi perilaku yang dipilihnya. Persepsi terbentuk dari pengamatan melalui proses
melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, menerima suatu hal yang selanjutnya seseorang
gambaran.
Pengaruh persepsi dalam membentuk perilaku individu sebagai warga negara dalam rangka
Pengertian wajib pajak menurut Siti Resmi (2014:19) dalam Ketentuan Umum dan
“Wajib pajak adalah orang pibadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban pepajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”.
Hak wajib pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah :
1. Hak atas kelebihan pajak. Setiap pembayaran wajib pajak yang dilaporkan ke Kantor
Pelayanan Pajak ternyata terdapat kelebihan pembayaran maka dapat direstitusikan atau
2. Hak dalam pemeriksaan misalnya hak untuk menanyakan Surat Perintah Pemeriksaan,
hak untuk meminta Tanda Pengenal petugas pemeriksa, hak untuk meminta penjelasan
alasan dilakukan pemeriksaan, hak untuk meminta penjelasan perbedaan atau selisih hasil
3. Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan peninjauan kembali atas hasil
pemeriksaan.
:
1. Mendafratkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Apabila orang
pribadi sudah memiliki penghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) maka
3. Kewajiban dalam hal diperiksa contohnya, adalah wajib pajak menunjukan atau
4. Kewajiban memberikan data. Bagi pihak ketiga pun termasuk intansi pemerintah, badan
lembaga asosiasi dan yang lain harus memberikan data yang diminta oleh Kantor
Pelayanan Pajak.
atau terbelakang ke masyarakat modern. Selain itu modernisasi juga merupakan proses
Perpajakan Modern :
merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan yang
maupun kelembagaan agar sistem administrasi tersebut lebih efisien, ekonomis dan cepat.
Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menjalankan program
perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut
Modernisasi. Berjalan atau tidaknya program modernisasi ini bergantung pada pelaksanaan
good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan
akuntabel dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal. Pelaksanaan dari
good governance di dasari konsep pelayanan prima dan pengawasan intensif. Modernisasi
dilakukan di KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madia, dan KPP Pratama. KPP Wajib Pajak Besar
mengelola Wajib Pajak skala besar secara nasional dengan jenis badan dan terbatas
jumlahnya. KPP Madia mengelola wajib pajak besar jenis badan dalam skala regional
(lingkup Kantor Wilayah) dan juga terbatas jumlahnya. Sedangkan KPP Pratama mengelola
WP menengah ke bawah yakni jenis badan di luar yang telah dikelola di KPP Wajib Pajak
kerja sama dan keterbukaan hati dari kedua belah pihak, baik dari Direktorat Jenderal Pajak
dan informasi diawali dengan adanya penerapan e-system yaitu, fasilitas e-filling (pengiriman
SPT secara online melalui internet), e-SPT (penyerahan SPT dalam media digital), e-payment
(fasilitas pembayaran online untuk PBB), dan e-registration (pendaftaran NPWP secara
online melalui internet). Adanya fasilitas pembayaran PBB yang dapat dilakukan di
ATM/teller atau biasa disebut TP-Elektronik. Dengan fasilitas ini wajib pajak dapat
melakukan pembayaran PBB selama 24 jam dan 7 hari seminggu termasuk hari libur.
Penyederhanaan formulir SPT tahunan pajak penghasilan dan penerbitan template SPT bagi
WP yang berbahasa inggris untuk memudahkan pengisian dan pencetakan SPT, serta
mempermudah persyaratan pendaftaran WP dan Pengusaha Kena Pajak terutama bagi warga
asing dengan tidak mewajibkan Surat Keterangan Domisili diganti hanya dengan
menyampaikan Surat Pernyataan. Fungsi pengawasan internal akan lebih efektif dengan
adanya built-in control system karena siapapun dapat mengawasi berjalannya proses
Siti Kurnia Rahayu (2010 : 93) mengatakan bahwa administrasi pajak dalam arti
sebagai prosedur meliputi antara lain tahap-tahap pendaftaran Wajib Pajak, pelaporan pajak
METODOLOGI PENELITIAN
“Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
adalah:
penelitian adalah cara untuk menganalisis data secara rasional, empiris dan
sistematis untuk mendapatkan fakta dan kesimpulan dari masalah yang diteliti.
3.2.1. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelian ini adalah metode
deskriptif asosiatif.
Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut
dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga pada akhirnya menghasilkan
suatu kesimpulan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan suatu
kesimpulan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan saran terbaik.