Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


APLIKASI PERENCANAAN DI RUANG RAWAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. MUHAMMAD MUSTAPA 20176513061


2. ASRI MAHARANI 20176523008
3. MUTIARA FITRI 20176523065
4. AGNISYA ISAURELI FERISA 20176523002
5. KHADROJI MUHAMMAD ILYAS 20176513042
6. DESTERINA PALMA ANPEESTER 20176523017
7. NORMA ENDAH SAPRILIANA 20176523073
8. FANNY TRIANTI 20176523025
9. KIKI SUSIANA 20176523044
10. INDAH MULYATI 20176523034
11. INES DWI SAVITRI 20176523036
12. RIRIN SETYO PUTRI 20176523094
13. RADEN MEGA 20176523084

PRODI D-IV KEPERAWATAN PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PONTIANAK
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Aplikasi
Perencanaan Diruang Rawat.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak dan rekan-rekan, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu Kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Makalah Membantu sesuai


Langkah-Langkah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.

Pontianak, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.

Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah
situasi sama halnya dengan kita mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk.
Kita akan memperhitungkan peraihan kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan
mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki
potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki
potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah, manajer akan
terlibat dalam pengambilan keputusan. Di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya kehidupan
yang selalu bersangkutan dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang
diperoleh setelah melakukan musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam
manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin.

Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan


masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat
untuk maksud tersebut, puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administrative.

Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya masyarakat


dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan kesehatan dan pelayanan
kesehatan strata pertama. Selama ini yang banyak berkembang adalah puskesmas merupakan
pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan?


2. Bagaimanajenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat?

3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen?

4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan


puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan.

2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.

3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen.

4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan


puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan


1. Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan
dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan
keputusan.

Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan yang meliputi


kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan.
Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).

Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan organisasi,


menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan system
perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker keperawatan,
perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang dalam
pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah – langkah praktis untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).

Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke


depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi
tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut
dilaksanakan, bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa
yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).

Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan


profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan,
dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus
berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien.
(Asmuji, 2014).

Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah


diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan
oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi membuat rencana
dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di
bawahnya. Seperti digambarkan dalam piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada
tingkatan lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan.
Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan
dibawahnya yang lebih spesifik.

M
isi Fil
osofi
Tujuan
umum
Tujuan
khusus
Kebij
akan
Pro
sedur
A
turan

Gambar Hierarki Perencanaan (Marquis, Bessie L & Carol . Huston.

Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)

3. Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:

a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan

b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan


c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang
tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis

e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya

f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.

h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).

4. Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:

a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan


perubahanperubahan lingkungan.
b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.

e) Memudahkan koordinasi.

f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.

g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

h) Menghemat waktu dan dana.

5. Syarat perencanaan
Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:

a) Factual atau realistis

Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini berarti
perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang
dihadapi keperawatan.
b) Logis atau rasional

Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini berarti
perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat dijalankan.
c) Fleksibel

Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang
baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dimasa datang, sekalipun
tidak berarti perencanaan dapat diubah seenaknya.
d) Komitmen

Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh anggota dalam
organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh dan
mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam organisasi.

6. Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen
yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input,
proses, output, control dan mekanisme umpan balik. a)Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang
memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-
lain.
b) Output

Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya
dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta
kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang
dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang
sesuai standar dan akreditasi.
d) Mekanisme umpan balik

Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit


keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga
proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).
e) Proses

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam
proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi
resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian akhir
adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

7. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat
suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus
ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang mengapa
organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang
Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun
2015”.

8. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan
kepada klien secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep perawatan
mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi keperawatan dan perawatan mandiri
seperti didefinisikan oleh perawat profesional.

9. Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang
menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam institusi atau
organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tetang apa yang
mereka yakini dari manajemen dan praktik keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan
keyakinan mereka sebagaimana misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah
akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan seperti klien
atau pasien dan sebagai pekerja, tentang pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja
keperawatan untuk klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan
sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan,
dan tentang lingkungan atau komunitas dimana pelayanan keperawatan diberikan. Karakter
dan kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan tujuan dan
filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen atau pelayanan, dan
ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai individu yang
unik bermartabat.

10. Perumusan tujuan


Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan
bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan
merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi
pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.
(Asmuji, 2014).

11. Perkiraan kebutuhan kerja


Perkiraan kebutuhan kerja menurut Kuntoro (2010) yaitu penetapan jumlah tenaga
keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan dibutuhkan untuk asuhan
keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio
perawat dan klien untuk memenuhi standar praktik keperawatan. Kategori keperawatan klien:
a) Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri.
b) Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan sebagai dalam
tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat
intravena, mengatur posisi dan lain sebagainya.
c) Perawatan total (total care) yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam
perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.
d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan
keperawatan yang terus menerus.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data
sensus.
2. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat dengan menganalisa alur
keja perawat atau work flow rata-rata frekuansi dan waktu kerja ditentukan dengan
data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
3. System approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan dapat menentukan
jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta
mempertimbangkan kompunen input-proses-output-umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu
perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan.
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan langsung yang
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
perawatan langsung (direct care) adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetri dan
Hurchinsun (1975) dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung
didasarkan pada kategori berikut:
a) Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam =2 jam.

b) Perawatan sebagian (partial care) adalah ¾ x 4 jam = 3 jam

c) Perawatan total (total care) adalah 1-1½ x 4 jam = 4-6 jam


d) Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam

Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak langsung.
Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam Gillies (1994),
menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan perawatan tidak langsung adalah 36
menit/klien/hari. Dipihak lain, menurut Wolfe dan Young (1965) dalam buku yang sama
merupakan sebesar 60 menit/klien/hari.
Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan sebagai dasar
penghitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/ klien/hari.
Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu
menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu perawatan langsung, waktu perawatan tidak
langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya jumlah tenaga yang di butuhknan di
hitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:
1) Jumlah klien yang di rawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut.

2) Kondisi atau tingkat ketergantungan.

3) Rata – rata harm perawatan.

4) Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan, dan


pendidikan kesehatan.
5) Frekuensi tindakan perawatan yang di butuhkan klien.

6) Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan pendidikan kesehatan.


Di samping itu, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat,
yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan
ekonomi, ikim/ musim, politik, dan hukum/ peraturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan
keperawatan yang di butuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat memperhitungkan jumlah
tenaga keperawatan yang di butuhkan untuk masing – masing unit. Metode perhitungan yang
di gunakan, yaitu metode rasio, metode gilles, metode lokakarya keperawatan, metode di
Thailand dan Filipina dan metode perhitungan ISN (indicator staf need).
Metode rasio di dasarkan atas surat keputusan mentri kesehatan no 262 tahun 1979,
kebutuhan tenaga di dasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing – masing
untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada.
Tabel 5-1 metode rasio menurut SK Menkes No 262 1979.
Rumah Perbandingan
Sakit
Kelas A Tempat tidur : tenaga medis = 4-7 : 1 tempat tidur
dan B : tenaga keperawatan = 2 : 3-4 tempat tidur : tenaga
nonkeperawatan = 3:1 tempat tidur : tenaga non-medis =
1:1
Kelas C Tempat tidur : tenaga medis = 9 : 1 tempat tidur :
tenaga keperawatan = 1 : 1 tempat tidur: tenaga non-
keperawatan
= 5:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 3: 4
Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1 tempat tidur :
tenaga keperawatan = 2:1 tempat tidur : tenaga non-medis
=6:1
Metode Gillies (1994), digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari

B = jumlah pasien rata-rata per hari

Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk memperhitungkan jumlah kebutuhan


tenaga adalah metode lokakarya keperawatan (1989). Metode ini juga dikhususkan untuk
menghitung tenaga keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Metode keempat adalah metode Thailand dan Filipina yang didasarkan pada jumlah
jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm kerja perawat dalam 1 tahun, dan Jumlah
jam kerja dalam 1 tahun. Jumlah jam perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat inap
selama 24 jam yang terdiri dari penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah
dari penyakit dalam (3,4 jam), post-partum (3 jam), bayi neonatus (2,5 jam), dan anak (4 jam)
sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3 jam,
unit rawat jalan yang jam perawatan per pasiennya adalah 0,5 jam, kamar operasi untuk
rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam), untuk rumah sakit tipe C dan D (3 jam), dan
kamar bersalin sebanyak 5-8 jam. Hari kerja efektif perawatan dalam 1 tahun diperinci
berdasarkan jumlah hari dalam 1 tahun (365 hari), jumlah hari kerja nonefektifdalam 1 tahun
(jumlah ghari minggu 52 hari, libur nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah hari
efektif dalam 1 tahun yaitu 365-76=289 hari, dan jumlah hari efektif perminggu yaitu
289:7=41 minggu. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun yaitu jam kerja dalam 1 tahun
yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640 jam/tahun.
Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakkan rumus berikut :
1)Unit Rawat Inap (URI)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan koreksi 25%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam

2) Unit Rawat Jalan (URJ)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi 25%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam

3) Kamar Bedah/Operasi (KBd/O)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah.angg.Tim.OK koreksi 25%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam

4) Kamar Bersalin (KB)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi 10%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam

Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan penjumlahan URI,
URJ, KBd/O dan KB.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah
dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang digunakan dalam metode
ini adalah beban kerja dan tiap-tiap unit atau institusi.
Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan dihasilkan pada
masa mendatang. Tiga faktor yang mendasari formula ISN, yaitu :
a) Indicator beban kerja. Indicator ini merupakan pembilang dan sebagai faktor
variable dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil pelaksanan yang
dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama satu tahun kalender. Untuk
tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang berbeda akan memiliki beban
kerja dan kapasitas yang berbeda pula.
b) Bobot (weighting).

c) Kapasitas tenaga.

Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan tenaga berdasarkan salah satu
metode di atas (Gillies, 1994).
Diketahui, kondisi tenaga keperawatan di salah satu Rs “XY” berdasarkan laporan
tahunan tahun 1995 sebagai berikut. 1.Bagian UPI, rata-rata pasien/hari adalah 2,6
2. Bagian bedah, rata-rata/hari adalah 44,7

3. Bagian non-bedah/non-UPI rattan-rata pasien/hari sebesar 211,3

Ditanyakan, berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bagian UPI, bagian
bedah, dan abagian non-bedah/ non-UPI berdasarkan data di atas?
Dijawab:

1) Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan perhari) untuk bagian UPI
adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata-rata perhari) adalah 2,6 ; A bedah = 5 jam
dengan B = 44,7 ; dan A non-bedah / non UPI = 4 jam dengan B = 211,3
2) Asumsi jumlah hari tidak kerja per tahun sebagai berikut.

a. Hari minggu/ sabtu = 104 hari

b. Hari libur nasional = 12 hari

c. Cuti tahunan = 12 hari

d. Izin / sakit = 12 hari


Jadi, jumlah keseluruhannya adalah 140 hari
3) Asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam.

Jadi, kebutuhan tenaga keperawatan untuk masing-masing bagian adalah sebagai


berikut:

a. UPI = 4 orang

b. Bedah =45 orang

c. Non bedah / non UPI =171 orang

Dengan demikian, jumlah kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan di


rumah sakit “XY” adalah 220 orang, dengan perincian 4 perawat untuk bagian UPI, 45
perawat untuk bagian bedah, an 171 perawat untuk bagian non bedah / non UPI.

B. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung kepada jenis
perencanaan yang disusun kepala ruangan diantaranya adalah :
1) Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.

2) Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang


bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan kebutuhan
klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.
5) Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan, medis


yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

8) Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.

9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.


10) Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra, 2014).
Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat selain
yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan perencanaan dalam manajemen
keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan
jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun;
sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek.
Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang perawatan adalah
rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.a)Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/
perawat primer, dan perawat pelaksana.
b) Rencana bulanan

Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana
bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dapat dibuat oleh
kepala ruang dan ketua tim/ perawat primer.
c) Rencana tahunan

Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan
disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh
kepala ruang.
Ada dua jenis perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang


ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi.
Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
2. Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan digunakan
serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta menggambarkan
cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi
perawatan pasien.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:
Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan
peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994),
dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: merencanakan jumlah dan kategori
tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan, merencanakan jumlah jenis peralatan
perawatan yang diperlukan, merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan
keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

C. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen


Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang akan
saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari
adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis
tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk membuat perencanaan adalah:
1) Pengumpulan data.
2) Analisis lingkungan

1. Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh karena itu,
keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat sebagai manusia
seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang
mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawat lupa merumuskan
tujuan dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat
ditengah jalan dan hanya berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan
konsentrasi organisasi layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana
cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan banyak sisi yang akan
saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang dapat dilaksanakan adalah
bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu
seperti SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.

D. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan


puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional
1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap
a)Pengorganisasian

Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian
tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap,
maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan.

2. Perawat Primer.

3. Perawat Asosiet.

Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi Rumah
sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan keperawatan sebelumnya,
bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah
diidentifikasi pada pengumpulan data sebelumnya.
b) Rencana Strategi Perencanaan

Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana
rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan didalam Manajemen
Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan
praktek keperawatan yang professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur
kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan wewenang dari masingmasing perawat di
ruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat,
bagaimana system kepemimpinannya, instalasi instalasi yang menunjang idalam proses
keperawatan seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan
dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit ini
(anggaran, karyawan, non medis).
c) Pengaturan dan Kegiatan

Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan
penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh
dibawah ini akan diberikan rencana kegiataan kelompok dalam penerapan model asuhan
keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan
M Uraian rencana kerja
inggu
1) Pembuatan struktur organisasi kelompok
2) Orientasi ruangan dan perkenalan
3) Analisa situasi dan perumusan masalah
4) Penyusunan progam kerja
5) Penyusunan proposal pelaksanaan model
asuhan keperawatan professional
6) Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran
1 dalam penerapan model praktek keperawatan
professional
7) Penyusunan format pengkajian khusu dan sistim
dokumentasi asuhan keperawatan.
8) Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat dan
kelengkapan administrasinya.
9) Penyusunan format supervise
10) Penyusunan format penunjang kegiatan lainnyaa seperti
format kegiatan harian
11) Uji coba peran
1) Penerapan model asuhan keperawatan professional :
aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses
dokumentasi keperawatan
2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi
II keperawatan
3) Penyelengaraan supervise keperawatan
4) Penyelenggaraan sentralisasi obat
5) Persiapan penyelengaraan rotasi dinas 24 jam
1) Penerapan model asuhan keperawatan professional :
aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan
III proses dokumentasi keperawatan
2) Penerapan semua progam
3) Penyelengaraan rotasi 24 jam

I 1) Evaluasi penerapan model asuhan


keperawatan professional
V 2) Penyusunan laporan
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu pelaksanaanya,
selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai
menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian bukti
pelaksanaan, bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal
(pembagian tugas).
d) Persiapan Pendokumentasian

Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk
sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang
dipergunakan selama ini berdasarkan criteria : apakah sudah sesuai dengan standar
dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada di ruangan,
apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
kemudian ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai.
e) Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus
didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu
untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.
1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:

Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan


yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:a)Manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan)
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)

c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)

d) Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses


keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. (Suyanto, 2008).
2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut
Nursalam (2007) yaitu:
a. Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut
tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga
mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas):’’ tenaga keperawatan,
administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi
keperawatn secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu
memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha
orang lain.
b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai
suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud
untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien, menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan
ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang
lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas
bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang
telah direncanakan.
d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf
mampu melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan.
2. Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi keperawatan
dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu:
a) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan

b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif


c) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan

d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien

e) Manajemen keperawatan harus terorganisir

f) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan

g) Divisi keperawatan yang baik

h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif


i) Pengembangan staf

j) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawanan


Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (karu).
Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat
danbertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang
dikelola oleh kepala ruang yaitu:
1. SDM Keperawatan

2. Sarana dan prasarana

3. Biaya/anggaran

4. Sistem informasi

5. Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.
6. Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.
7. Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan
perubahan/pembaharuan.
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:

a. Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat

b. Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan dengan tim kesehatan.

c. Mengelola keuangan

d. Mengelola SDM keperawatan di ruangan

e. Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift.

f. Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.

g. Mengorientasikan dan mengembangkan staf

h. Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain.

i. Mempertahankan kenyaman/keamanan pasien

3. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap


Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan merupakan
proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis
personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar
yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem
kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer
keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan
perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).
Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari
perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan
datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk
memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan
personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan
penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan
penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.
Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah
memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat
menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).
4. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas, maka perlu
dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu
melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling
sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan
BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu,
kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem
manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan
manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan dan hak
pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai
upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.

E. Perencanaan Efektif
1. Pelaksanaan Strategi Dan Rencana Yang Efektif
Banyak topik yang dibahas dalam bagian ini yang langsung berkaitan dengan proses
pelaksanaan rencana dan tugas-tugas organisasi. Mengingat latar belakang informasi yang
relavan ini, sekarang kita dapat memusatkan perhatian pada beberapa aspek kunci. Pada
umumnya, lebih banyak perhatian dicurahkan kepada perencanaan dari pada pelaksanaan.
Perencanaan itu merupakan kegiatan intelektual atau pemikiran, sedangkan pelaksanaan itu
berorientasi pada tindakan.Pelaksanaan perlu menghimpun sumber daya, menstrukturkan
hubungan kerja, memadukan fungsi, dan mengawasi kegiatan-kegiatan yang berdasarkan
kebijaksanaan, rencana dan prosedur.
Mencapai sasaran dalam sistem manusia itu membutuhkan kepemimpinan pribadi
yang efektif. Strategi yang mungkin berhasil karena dorongan, semangat dan kepemimpinan
yang cemerlang yang menghasilkan komitmen dan usaha. Strategi yang sehat mungkin pula
hancur karena kurangnya kepemimpinan dan peserta organisasi hanya mengikuti arus saja.
Sasaran yang nyata adalah menggabungkan strategi yang sehat dengan pelaksanaan yang
terampil (skill fullimplementation) melalui kepemimpinan yang efektif.

2. Ciri- ciri Sebuah Perencanaan Yang Efektif


Dalam sebuah organisasi perencanaan mempunyai implikasi masa depan dan
mengandung arti dibutuhkanya keahlian merancang rencana untuk tercapainya tujuan. Pada
dasarnya rencana itu mempunyai 3 ciri- ciri yaitu:a)Perencanaan harus mengenai masa depan
b) Perencanaan harus menyangkut suatu tindakan yang akan dilakukan
c) Adanya suatu unsur identifikasi atau penyebab (causation) pribadi atau organisasi.
Artinya, adanya jalan tindakan dimasa depan akan diambil oleh perencanaan atau
oleh orang lain yang di tunjuk dalam sebuah organisasi. Masa depan, tindakan,
dan pelaksanaan pribadi atau organisasi adalah unsur- unsur yang perlu dalam
setiap rencana.
Menurut Sigian, perencanaan yang baik dalam manajemen adalah perencanaan yang
berciri sebagai berikut:
1. Rencana harus memepermudah tercapainya tujuan yang telah di tentukan
sebelumnya. Artinya, penyusunan suatu rencana tidak boleh dipandang sebagai
tujuan, tetapi sebagai cara yang sifatnya sistematik intuk tercapainya suatu tujuan
awal.
2. Perencana harus sungguh- sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai.
Menyusun rencana merupakan salah satu fungsi organik yang harus dilakukan
oleh setiap manajer.
3. Pemenuhan keahlian teknis. Penyusunan suatu rencana yang kemudian disahkan
manajer kemudian diserahkan kepada orang-orang yang memiliki berbagai jenis
keahlian yang diperlukan. Agar rencana yang disusun itu terpadu dan
komprehensif, maka anggota tim harus mampu bekerja sama sebagai satu tim
yang kompak.
4. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat. Maksudnya, rencana tidak
hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan: apa, di mana, bilamana, siapa
dan mengapa. Tetapi, juga disertai penjabaranya dalam bentuk program kerja yang
menyangkut segi kehidupan organisasi.
5. Keterkaitan sebuah rencana dengan pelaksanaannya. Jika dikatakan bahwa suatu
rencana merupakan suatu bentuk keputusan, berarti hanya mempunyai makna bila
dilaksanakan. Tepat tidaknya suatu rencana bukan terlihat dari cara
perumusannya, tetapi pada pelaksanaanya.
6. Kesederhanaan. Maksudnya adalah, kesederhanaan merupakan ciri rencana
menyangkut berbagai hal seperti teknik penyusunannya, bahasanya,
sistematikanya, formatnya, serta penekanan berbagai prioritasnya dan
memperoleh pengertian yang sama dengan perencana. Kesederhanaan harus tidak
mengurangi pentingnya kelengkapan rencana.
3. Hambatan- hambatan Dalam Proses Perencanaan Yang Efektif
Setiap perencanaan yang akan dilakukan pastinya tidak lepas dari suatu tantangan-
tantangan dan hambatan. Menurut Silalahi menjelaskan bahwa perencanaan yang baik (good
planning) dapat dilakukan apabila dapat diminimalisi hambatan-hambatan dalam
perencanaan. Hambatan perencanaan dapat di kategorikan atas dua kategori,
yaitu:a)Individual- based barriers
b)Organizationl- based Barrier

Individu sering tidak mau dan tidak mampu merencana sebab hambatan personal
untuk memaknakan partisipasi dalam perencanaan. Pada hal perencanaan efektif memerlukan
masukan dan partisipasi aktif dari anggota organisasi secara individual. Hambatan utama
dalam perencanaan efektif yang berasal dari hambatan individual memprioritaskan masalah-
masalah sehari-hari kekurangan dari ketrampilan perencanaan, reluktansi menentukan
rencana dan tujuan, resistansi personal untuk perubahan. Hambatan kedua ditemukan pada
tingkat organisasional, termasuk dalam hambatan organisasional ini adalah kendala tentang
sumber-sumber, kendala berupa keterbatasan informasi yang dapat, resintesi organisasional
untuk berubah.
Handoko merincikan hambatan-hambatan perencanaan yang efektif, yaitu sebagai
berikut:
a. Kurang pengetahuan tentang organisasi

Para manajer tidak dapat menetapkan tujuan-tujuan yang berarti bagi satuan-satuan
kerja mereka tanpa mempunyai pengetahuan tentang pekerjaan satuan kerja dan organisasi
secara keseluruhan.
b. Kurang pengetahuan tentang lingkungan

Para manajer sering kurang memahami lingkungan eksternal organisasi, seperti


pesaing, penyedia (pemasok), Pelanggan, lembaga- lembaga pemerintahan, dan sebagainya,
sehingga menjadi bingung tentang arah yang diambil dan enggan menetapkan tujuan yang
pasti.
c. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif
Rencana- rencana dibuat tidak hanya didasarkan pengamalan masa lalu, tetapi juga
peramalan kondisi- kondisi dimasa yang akan datang.
d. Kesulitan perencanaan operasi- operasi yang tidak berulang

Dalam organisasi banyak operasi-operasi yang hanya berlangsung dalam saat tertentu
saja yang tidak akan berulang pada saat-saat yang lain, namun perlu direncanakan. Para
manajer sering melupakan hal ini.
e. Biaya

Perencanaan memerlukan banyak biaya penggunaan sumber- sumber daya keuangan,


fisik dan manusia dalam arti terjadi pemborosanpemborosan dalam melakukan atau
merealisasikan rencana tersebut.
f. Takut gagal

Para manajer sering memandang kegagalan sebagai ancaman terhadap keamanan


jabatanya, penghargaan dan respek orang lain terhadap dirinya. Hal yang demikian ini
membuat para manajer enggan mengambil resiko dan menetapkan tujuan tertentu.
g. Kurang percaya diri

Bila manajer kurang percaya diri, maka mereka akan ragu- ragu dalam menetapkan
tujuan yang menantang. Para manajer seharusnya merasa bahwa mereka dan kelompok
kerjanya mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi.
h. Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan- tujuan alternative

Para manajer sering sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak dapat
mencapai semua hal yang penting baginya. Akibatnya, mereka mungkin menjadi enggan
untuk organisasi terikat pada satu tujuan karena terlalu menyakitkan untuk menyingkirkan
berbagai alternatif lainya.
Kasus Pemicu dan Pembahasan
Aplikasi Perencanaan di Ruang Rawat

Kasus:

Pada salah satu ruangan di rumah sakit RSUD Kalbar bernama ruangan G, mengalami
banyak keluhan, dari hasil survey didapatkan pelayanan ruangan G sangat buruk, mulai dari
tidak ketelatenan dan ketepatan datang saat dinas, hingga pelayanan ke pasien secara
langsung, salah satu pasien mengungkapkan ketidak puasaan tersebut seperti kurangnya
senyum, terlalu kasar dalam tindakan dan hal lain sebagainya serta bertentangan dan tidak
sesuai apa yang dicantumkan pada visi misi di rumah sakit khususnya diruangan G tersebut,
sehingga bagian dari rumah sakit tersebut menegur kepala ruangan di ruangan G, dengan
meminta pertanggungjawaban dan pembenahan pada bawahannya, apa yang akan kamu
lakukan bila menjadi seorang kepala ruangan dari ruangan G tersebut.

1. Pembahasan :

Pada sebuah perencanaan terdapat hierarki perencanaan yang dimulai dari misi,
filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakkan, prosedur dan aturan.

2. Analisa masalah:

Filosofi RSUD KALBAR : "kami mengedepankan pelayanan kesehatan prima"

Motto RSUD KALBAR : "bekerja keras melaksanakan pelayanan kesehatan


berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepuasan pelanggan"

Visi RSUD KALBAR : "menjadi rumah sakit terbaik, mandiri dan profesional"

Misi RSUD KALBAR :

a. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau masyarakat


b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan pelatihan,
penelitian dan pengembangan sumber daya aparatur
c. Meningkatkan kesejahteraan pegawai
d. Meningkatkan pendapatan guna menunjang kemandirian RS

Visi ruangan G : "kesembuhan pasien adalah kepuasan kami"


Misi ruangan G : "meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu profesional,
aman, nyaman, terjangkau, dan tertib administrasi"

Motto ruangan G : "senantiasa mengutamakan kesembuhan dengan pelayanan cepat,


tepat, ramah, dengan penuh keikhlasan"

Pada kasus menyebutkan bahwa kurangnya pelayanan pada ruangan G yang tidak
sesuai dengan visi misi dari rumah sakit tersebut yang tercantum pada misi nomor 1 dan misi
ruangan G sehingga kepala ruangan dituntut untuk menyelesaikan hal tersebut, dengan
mengadakan atau mengumpulkan beberapa perawat yabg bertugas diruangan itu, dari hasil
yang didapatkan kepala ruangan ternyata masalah utamanya adalah kekurangan tenaga atau
aparatur kesehatan, yang tidak sebanding sehingga terjadilah ketidaknyamanan pasien, dari
pelayanan yang kasar, kurang senyum dan judes, kepala ruangan mencatat dan mensurvey
kembali beberapa pasien dan beberapa perawat untuk mendukung alasan tersebut, setelah
alasan tersebut didapatkan, diajukanlah kepada direktur RSUD kalbar untuk kolaborasi
penanganan masalah agar cepat selesai, dengan cara penambahan perawat dirungan G bisa
didapat dari ruangan lainnya yang kurang pasien tetapi banyak perawatnya, ataupun perawat
yang berkompeten pada bidang penyajit tertentu atau dengan mengurangi jumlah pasien dan
pengoperan pasien ke ruangan yang sesuai dan memadai.

Untuk perawat atau petugas kesehatan yang datangvterlambat saat dinas pada ruangan
G, kepala ruangan menetapkan aturan tertulis yaitu pendendaan datang terlambat sebesar
Rp20.000,- per orang dan /terlambatan dengan ditambah tambahan jam dinas sebanyak 100
menit /terlambatan, misalnya terlambat 1 menit bertambah 10 menit jam lepas dinas berlaku
kelipatan.

Setelah itu kepala ruangan membuat sebuah peraturan yang disampaiakan saat
pertemuan untuk tetap mengingat dan menegakkan apa yang sudah tertulis dan tertuang
dalam visi, misi dan motto pada ruangan G juga menjaga nama baik di RSUD kalbar yaitu :

a. Selalu menerapkan senyum, sapa, sopan, santun kepada semua pasien dalam
keadaan apapun walau kita mengetahui batasan yang ada pada diri kita
b. Menanyakan dan mengecek terlebih dahlu apakah bed dan pasien sesuai dengan
perawat yang ada, bila sedang overload mintalah pertolongan pada perawat UGD
untuk mencari ruangan lainnya yanh sesuai dan memadai
c. Memberikan pelayanan sepenuh hati dengan menerapkan disiplin waktu datang
dinas tepat waktu
d. Hargai pendapat sesama teman sejawat untuk mengindari konflik yang dapat
tercipta dari emosi masing - masing
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan,
dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional.
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan
oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim, dan
kepala ruangan. Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem,
strategi organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan
prioritas.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang akan
saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari
adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis
tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.

B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun perencanaan manajemen
keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

_____.____. HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-
RABU

Diakses tanggal 29 September 2017

Anda mungkin juga menyukai