Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS PADA NY.

DI

Di Susun Oleh :

Diah Herawati 012016032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

Jl. K.H. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung

November, 2018
A. Konsep Penyakit Osteoporosis
Pada konsep penyakit osteoporosis akan diuraikan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi,
pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis.
1. Pengertian
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan
porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur
mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang
menjadi mudah patah (Brunner & Suddarth. 2002).
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa
tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh
karena fragilitas tulang meningkat. (Sudoyo, 2006)
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total, terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total, tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah sehingga tulang menjadi mudah fraktur
dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal
(Brunner&Suddarth, 2002).

2. Etiologi
Penyebab Osteoporosis yaitu ;
a. Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita
yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis
postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini dari
pada wanita kulit hitam.
b. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali
menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya
atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,
barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

3. Patofisiologi
Penyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan
aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur
tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang. Dalam keadaan
normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses reabsorbsi
dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan
ini, misalnya proses reabsorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi
penurunan massa tulang.
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian
korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria
akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian
trabekula pada usia lebih muda. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan
tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 %. Penurunan massa tulang lebih cepat pada
bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra. Bagian-bagian
tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.

4. Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar Ca, P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen
merangsang pembentukan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya
e. Pemeriksaan non-invasif.
f. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan
massa tulang.
g. Pemeriksaan absorpsiometri
h. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
i. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang.
Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
j. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam
batas normal, sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan
biomakers osteocalein (GIA protein).

5. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan osteoporosis adalah pengobatan jangka panjang, bahkan sepanjang kehidupan,
oleh karena itu diperlukan ketaatan pada penderita osteoporosis untuk menjalankan
pengobatan dan perawatan dengan baik, usaha pengobatan tidak hanya mecegah semakin
bertambah parahnya osteoporosis tetapi juga untuk mempertahankan status kesehatan
penderita.
Penanggulangan Osteoporosis secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalakssanaan
yaitu :
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis
rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam
beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila
terjadi fraktur panggul.
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa
tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik (senam pencegahan
osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga
menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis
seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid. Selain itu juga dapat dengan
menggunakan tekhnik agar persendian tidak kaku dalam mengatasi osteoporosis yaitu dengan
ROM (Range Of Motion) yaitu dengan menggerakkan bagian lengan (bahu) secara
bergantian dan berlawanan arah, menggerakkan lipatan lengan ke atas dan ke bawah secara
bergantian, meregangkan jari – jari tangan kearah dalam dan keluar, menggerakkan bagian
lutut dari atas ke bawah secara bergantian, memutarkan pergelangan kaki secara bergantian
B. Konsep keluarga
a. Pengertian keluarga
Menurut Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
sama lain didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. ( Bailon dan Maglaya. 1978 )
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-
isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
(Suprajitno, 2004: hal 1)
Dari beberapa definisi keluarga diatas mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat
ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan peran
masing-masing serta keterikatan emosional.
b. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun dengan perkembangan peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,
pengelompokan tipe keluarga selain dua di atas berkembang menjadi:
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernikahan (the
single adult living alone).
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual
cobabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family). (Suprajitno, 2004: hal 2)
c. Struktur Keluarga
1. Elemen Struktur Keluarga menurut Friedman, 2002 :
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya sendiri
maupun peran dilingkungan masyarakat.
b. Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan
anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi
orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki
peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat dicapai. Organisasi yang
baik ditandai adanya hubungan yang kuat antara anggota keluarga sebagai bentuk saling
ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya
masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-masing anggota keluarga
mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai
pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
3. Dominasi Struktur Keluarga
a. Dominasi Jalur Hubungan Darah
1. Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku di Indonesia
rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal
2. Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah satu suku
yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi Keberadaan Keberadaan Tempat Tinggal
1. Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak
suami.
2. Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak
istri.
c. Dominasi Pengambilan Keputusan
1. Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2. Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
d. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik ,
pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu, sebagai
anggota masyarakat/kelompok sosial tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh,
pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
Selain itu sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai
dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.(Ali, 2010 hal: 10)
e. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga menurut Friedman (1986) adalah:
1. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga.
Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar
anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga.
Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
sosialisasi.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah
kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
f. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahapan dan tugas perkembangan keluarga yang diadaptasi dari Duval adalah:
a. Pasangan Pemula atau Pasangan Baru Menikah
Tahapan ini dimulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan dengan
landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan perkembangan keluarga pemula antara
lain saling memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar masing-masing
pihak, merencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelas peran masing-masing
pasangan.
b. Keluarga Dengan “Child Bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Tahapan ini dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Tugas keluarga pada tahapan ini antara lain:
mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan
berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain: memberikan
ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, mulai
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan
kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus seks,
mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
c. Keluarga Dengan Anak Prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia lima tahun. Tugas
yang dimiliki pada keluarga dengan anak prasekolah diantaranya: menanamkan nilai-nilai
dan norma kehidupan, mulai menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan kultur
keluarga, memenuhi kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil, memperhatikan dan
memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.
d. Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Dimulai saat anak pertama berusia enam tahun dan berakhir saan anak berusia 12 tahun.
Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain: memenuhi kebutuhan
sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, memberikan pengertian
pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan anak, membantu anak dalam
bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.
e. Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun.
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai
menurun perhatiannya terhadap orang tua dibanding dengan teman sebayanya. Pada tahapan
ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini
tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Tugas keluarga pada tahapan
ini antara lain: memberikan perhatian lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan
tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam
batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Keluarga Dengan Melepas Anak ke Masyarakat
Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tuanya
untuk hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahapan ini antara
lain: mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-anak.
g. Keluarga Dengan Tahapan Berdua Kembali
Tugas bagi keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan baru
antara lain: menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap
menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu, mempertahankan kesehatan masing-masing
pasangan.
h. Keluarga Dengan Tahapan Masa Tua
Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga pada
tahapan ini adalah: saling memberikan perhatian yang menyenangkan antara pasangan,
memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling
mengingatkan akan adanya kehidupan kekal setelah kehidupan ini.
g. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang perlu dipahami dan
dilakukan antara lain:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga akan habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.

Anda mungkin juga menyukai